Drama in Dream : The New Line Story ..

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kekacauan saat kemarin yang dibuat guruku sudah diselesaikan oleh kepala sekolah. Beliau dinasihati habis-habisan oleh kepala sekolah, kasihan, namun bagaimana lagi itulah resikonya.
Hari ini aku mengambil kelas ramuan, namun kelas tersebut selesai dengan cepat. Aku sedang beristirahat di kantin sekolah untuk melepaskan penatku.

Baru beberapa hari disini tapi aku merasa nyaman, walaupun sekolah ini sedikit aneh dan aku sendiri belum terlalu banyak kenal dengan orang, karena setiap kelas memiliki peminatnya sendiri. Saat berkeliling di kantin sekolah, aku sangat tertarik dengan eskrim yang ada dikantin sekolah, bentuknya kotak seperti roti lapis, namun isinya eskrim. Aku putuskan untuk cemilan siang ini yaitu eksrim lapis.

Aku duduk di bawah pohon rindang dekat kantin, karena aku terlalu malu berbaur dengan orang banyak. Saat aku sedang makan, eskrim lapis tersebut sedikit meleleh dan membuat tanganku penuh dengan lelehan eskrim, karena memang baru pertama kalinya aku memakan eskrim dengan bentuk aneh tersebut. Lalu, ada seorang cowok yang duduk bersebelahan denganku sedang memakan eskrim sepertiku juga. Sedari tadi ia memperhatikan tingkahku yang kerepotan memakan eskrim. Ia langsung menarik eskrimku dan membantuku agar mudah memakan eskrim.

Awalnya ia memberikan eskrimnya padaku dan mengambil eskrimku lalu melapisi eskrimku dengan tisu, ia tersenyum dengan manisnya.
"Tidak tumpah lagi kan?" katanya sambil memberikan eskrimku padaku. Ia juga langsung mengambil eskrimnya ditanganku.
"Iya, makasih" ucapku. Ia menjawabnya dengan anggukan dan kembali memakan eskrimnya.
"Kau murid pindahan yah?" tanyanya tiba-tiba. Aku sedikit terkejut dengan pertanyaannya.
"Iya. Kok tahu?" Jawabku.
"Aprian. Angkatan 11." Ucapnya mengenalkan diri. "Okta. Angkatan 11." Aku pun ikut memperkenalkan diri. "Jangan aneh yah? Disekolah ini kalau ada gosip baru langsung cepat menyebar. Apalagi kamu anak pindahan yang spesial." Ia tersenyum dengan sangat misterius dan sangat sulit diartikan.
"Kau mengambil kelas apa saja?" tanyanya lagi.
"Kelas ramuan, fosil, tanaman obat, meramal, dan supranatural." Ucapku.
"Kelas kita sama." Ucapnya lagi dan terlihat sekali ia sangat antusias. "Salam kenal." ucapnya sambil tersenyum.
"Salam kenal juga." Ucapku.
Inilah cara Tuhan untuk memberikan teman padaku. Aprian, teman pertamaku disekolah ini. Untuk seorang cowok yang berwajah dingin, dia termasuk orang yang menyenangkan. Ia bilang ia juga tak terlalu banyak teman, tapi ia dikenal satu sekolah. Wajar saja karena ia mempunyai wajah yang manis dan ramah pada siapapun, dan satu lagi ia juga terkenal di antara para guru-guru. Aku tahu hal ini setelah mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasku. Selalu dapat nilai terbaik, tampan dan juga berbakat, beruntung sekali aku berteman dengan Aprian.

¤¤¤¤¤¤

Kehidupanku di sekolah ini berjalan baik, aku mengikuti berbagai macam kelas dan belajar hal aneh yang belum pernah kupelajari sebelumnya. Hantu atau monster seperti sudah biasa ditemukan disekolah ini. Benar yang dikatakan oleh Ayah, aku akan menemukan hal yang menyenangkan disini, setidaknya untuk menghibur diri. Namun sesekali aku juga merindukan ayah, terkadang aku berpikir apa Ayah menyuruhku sekolah disini karena Ayah tahu aku memiliki kekuatan yang aneh. Tapi aku selalu berpikir positif, bahwa Ayah mengirimku ke sekolah ini agar aku dapat belajar kekuatanku dengan nyaman dan tidak akan terganggu oleh orang yang mungkin nantinya akan mengganggapku aneh.

Aku juga mulai belajar mengendalikan kekuatanku yang bisa menghilang begitu saja, tentu saja tanpa diketahui banyak orang termasuk guru-guru di sekolah ini. Dengan bantuan dari sahabatku, Aprian, aku banyak mempelajari tentang kekuatanku. Basecamp kami yaitu gedung olahraga yang sepertinya sudah tidak digunakan lagi, hal ini juga berkat bantuan Aprian. Dia beralasan kepada penjaga sekolah ingin latihan basket sendiri tanpa diganggu setiap malam, karena dia termasuk anak yang dipercaya ia akhirnya diberi kunci gedung olahraga tersebut. Ia juga selalu membawa banyak buku dari perpustakaan tentang kekuatan yang aku miliki.

Aku sendiri heran, hanya aku yang memiliki kekuatan seperti ini di sekolah. Padahal Aprian tidak memiliki kekuatan aneh sepertiku. Dengan wajah seringai dan tangan yang menampu dagunya, ia bilang "kau itu unik dan kekuatan langka yang kau miliki harus dijaga baik-baik seperti itu." aku memukul kepalanya dengan kencang. Ia mengeluhkan bahwa kepalanya seperti habis ditimpa barbel dengan berat 10 ton. "Dasar cowok aneh!" teriakku.

Bicara tentang Aprian, hari ini aku tidak melihatnya sekolah, teman roommate nya pun aku tak lihat. 'Mungkin aku harus menanyakan pada adik kelasku' pikirku. Kau heran kenapa aku bisa kenal dengan adik kelas? Aku juga tak paham, tapi yang pasti awal aku mengenal beberapa adik kelas karena ketidaksengajaan, entah karena di klub yang sama atau tak sengaja selalu membantu siswa sekolah saat di perpustakaan. Aku sekarang menjadi anggota perpustakaan. Sebenarnya aku juga bukan tipe orang yang akan mengajak berkenalan duluan, tapi oranglah yang akan mengajak berkenalan. Makanya saat ini aku mengenal semua teman kelasku dan memiliki beberapa teman yang berbeda kelas denganku ataupun senior. Tapi tetap sahabatku dan teman pertamaku disini hanya Aprian.

Saat aku menuju asrama pria, aku menghampiri kamar di lantai satu milik adik kelasku yang sama-sama menjadi anggota perpustakaan, untuk menanyakan Aprian. Sekolah sebenarnya belum usai, hanya sedang istirahat makan siang. Tapi untungnya aku tak ada jadwal kelas siang. Saat aku membuka pintu kamar mereka, ternyata mereka sedang bolos pelajaran dan sedang menikmati bermain game online. Terkejut dengan kedatanganku, mereka langsung menutup laptop dan menyembunyikan dibelakang punggung mereka.
"Aishh! Kukira kepala sekolah." Ucap seorang pria berambut blown. Aku tertawa geli melihat ekspresi terkejut mereka. Mereka mulai membuka laptop lagi sambil bergumam kesal.
"Bisa tidak kak, mengetuk pintu dulu." Ucap seorang pria berkacamata sambil mulai membuka laptopnya lagi.
"Maaf. Apa kalian lihat Aprian? Hari ini aku tidak melihatnya sekolah."
"Dia sakit, dirawat dikamarnya. Kak Kamal juga sama sedang sakit." ucap pria dengan potongan rambut jamur.
"Terimakasih." Ujarku sambil bersiap-siap untuk pergi ke kamar Aprian
"Ya ya ya.. Tutup lagi pintunya kak dan jangan membuat kami terkejut lagi." Aku berdecak sebal melihat tingkah laku mereka. Namun perhatianku teralihkan karena suara ramai-ramai di asrama perempuan. Asrama pria dan wanita memang bersebrangan hanya dibatasi semak-semak yang tidak terlalu tinggi. Ternyata kepala sekolah sedang melakukan pemeriksaan asrama rutin. Ide jahil mulai muncul di kepalaku, aku tersenyum licik sambil menutup pintu kamar dengan pelan-pelan.
"Iya aku tahu kok, tapi sepertinya kepala sekolah akan berkeliling mengunjungi asrama kalian." ucapku dengan sedikit penekanan di kata "kepala sekolah". Untuk kedua kalinya aku melihat eskpresi terkejut dari mereka. Laptop yang awalnya sudah mulai meload game online, harus ditutup secara tak elit karena takut ketahuan oleh kepala sekolah.

Aku yang puas mengerjai adik kelasku, mulai mengendalikan kekuatanku agar sampai didepan kamar Aprian. Kuketuk pintu kamarnya dan membuka pintu kamarnya. Aku lihat Aprian sedang berbaring ditempat tidur dengan tangan yang terhubung dengan selang infus. Aprian hanya sedang menatap langit-langit kamarnya. "Hei.." sapaku pada Aprian yang terbaring lemah.
"Oh, hai. Kenapa ada disini?" Katanya. Ia menepuk-nepuk kursi yang berada di dekat meja belajarnya. "Katanya kamu sakit, jadi aku kesini mau jenguk." Ucapku.
"Iya, kayanya kelelahan. Tapi, kalau infusan ini habis aku udah bisa aktifitas lagi." Katanya sambil menunjuk botol berisi cairan infusan yang ada disebelah tempat tidurnya.
"Kamal juga sakit?" kataku sambil melihat ranjang Kamal yang berada disebelah ranjang Aprian. Ia juga sama-sama sedang diinfus.
"Iya, kayanya gara-gara kemarin bantu-bantu pak Indra buat beresin lab padahal dia lagi sakit juga." Aku hanya menggaguk mendengar penjelasan Aprian.
"Maaf yah gak bawa apa-apa."
"Udah dijenguk juga makasih, malu juga sih sebenernya." Ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Malunya?" tanyaku sambil menatap bingung Aprian.
"Gak keren banget orang tampan ketahuan sakit terus dijenguk. Kelihatan lemah." tangan kanan yang bebas bergerak, mengusap-ngusap dagunya. Aku yang melihat tingkahnya yang aneh berdecak sebal dan menjitak kepalanya. Ia meringis kesakitan dan menatap tajam padaku. Kami saling bertatap tajam dan akhirnya kami menyerah untuk tidak tertawa. Mendengar Kamal yang gelisah dalam tidurnya, kami berhenti tertawa dan melihat kedalam ranjang Kamal. Tapi sepertinya ia kembali tidur dengan nyamannya. Kami sama-sama menghela nafas lega dan melemparkan senyuman.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro