Prologue

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mimpi aneh lagi..

Gadis berambut pendek itu baru saja bangun dari tempat tidurnya, namun ia merasa masih belum cukup waktu tidurnya. Sinar matahari sudah masuk ke dalam kamar mencoba menggelitik, membangunkannya. Kucing kesayangannya pun mulai mengganggu tidur nyenyak dengan menjilati wajahnya yang berkulit sawo matang. Harum masakan ibunya pun mulai membuat perutnya bergema ria, menandakan ingin segera diberi asupan.
"Kak, ayo bangun. Mentang-mentang masuk kuliah siang jadi bangun siang juga gitu?" ucap sang ibu sambil memegang piring berisi rice omelette kesukaannya.
"Hehm.. bentaran." Ujarnya malas.

"Buset! Bangun woy! Mau berangkat jam berapa lu, masih tidur jam segini." Teriak sang adik yang masuk kedalam kamarnya sambil melirik kearah lemari buku besar milik sang kakak. Entah mencari apa.
"Lu sendiri ngapain liat-liat lemari buku gue?" ujarnya tak kalah ketus.
"Mau pinjem komik yang kemarin gue baca. Hehe.." ucap sang adik dengan wajah polos. Boneka kepala kucing dengan mulusnya mendarat tepat kepala sang adik. Sang adik menengok ke arahnya sang kakak sambil mengusap kepalanya.
"Sakit~" gumamnya.
"Ogah! Mau berapa komik lagi yang lu bawa dan kena rajia? Balikin komik gue dulu baru gue kasih pinjem."
"Pelit!" teriak sang adik sambil berlalu pergi keluar kamar sang kakak.
"Bodo amat!" teriaknya tak kalah sengit.
"Kamu juga ke sekolah ngapain coba bawa komik." Ucap sang ibu. Suara bass khas anak laki-laki yang baru beranjak remaja menggema di seisi rumah akibat ocehan sang adik yang tak terima dengan ungkapan sang kakak.

Gadis itu kembali ke tempat tidurnya, menatap langit-langit kamarnya dengan tak tenang. Entah sudah berapa kali ia bermimpi seperti ini. Sebenarnya ia penasaran dengan pria yang selalu datang ke dalam mimpinya secara berturut-turut. Yang ia tahu namanya adalah Aprian, namun wajahnya tak asing baginya. Namun kenapa pula ada sang senior yang datang kedalam mimpinya.
'Apa harus dijadiin projek novel baru? Jika aku buat sinopsisnya mungkin ketua akan suka.' Gumamnya.

Ponsel pintar berwarna hitam miliknya menjadi temannya untuk membuat catatan cerita yang ia dapat ketika inspirasi muncul tiba-tiba. Ia mulai membuka aplikasi untuk membuat catatan panjang tentang mimpinya. Berharap agar mimpi itu tak pernah datang lagi. Ia sudah terlalu sering melihat mimpi seperti itu. Entah harus berapa novel lagi yang ia buat dari mimpi. Sebenarnya ia sedang dalam masa jenuh dalam menulis. Ia ingin tidur nyenyaknya tidak diganggu oleh beberapa mimpi yang sangat tak masuk akal baginya dan terkadang mimpi itu terjadi dalam kesehariannya. De Javu, orang-orang biasa menyebutnya.

Kadang ia menjadi sangat bodoh ketika ia menceritakan kepada orang lain hal yang ia rasa ia pernah lakukan namun ternyata itu hanya dalam mimpi. Saat itu pula ia tidak bisa membedakan hal yang terjadi di dunia mimpi dan dunia nyata. Ia sudah bosan dan muak. Rasanya kejadian pagi ini pun seperti di mimpinya. Namun ia tak mau mengungkapkan hal ini pada siapapun lagi. Apakah aku terlalu lama bermain di dunia mimpi dan khayalan sehingga aku bisa mengendalikan mimpi? Yang pasti gadis ini tak ingin mengatakannya pada siapapun. Buku, alat tulis, ponsel pintar, laptop dan headset bergambar doraemon menjadi temannya saat ia akan mencurahkan semua mimpi yang pernah dimimpikannya. Berharap agar segera melupakan bunga tidurnya setiap malam.

Ia melanjutkan mengetikkan setiap kata pada ponsel pintarnya, karena sempat tertunda akibat pikirannya yang sedang tak fokus. Suara ketukan pintu yang cukup keras membuat telinga berdengung keras dan jantungnya berdebar sangat kencang. Ternyata sang ibu sudah mulai geram dengan tingkah anak gadisnya yang belum beranjak dari tempat tidur.
"Iya, aku siap-siap kuliah. Nanti malam rumah kunci aja, aku mau nginep di kantor lagi, ada proyek buat novel baru." Ucapnya. Wajah sang ibu terlihat khawatir.
"Yakin mau nginep?"
"Lagi butuh udara segar.. dan suasana yang tenang tanpa gangguan." Ucapannya yang terakhir sengaja diperkecil agar tak terdengar oleh sang ibu.
"Take care, yah?"
"Wakarimashita. (aku mengerti)"
"Hai, perpustakaan tercinta. Aku akan menjelajahi hutan bukumu sampai aku selesai menulis naskah novel terbaruku." Gumamnya.

Ingin sekali rasanya ia tak bermimpi yang aneh-aneh. Namun mimipinya yang menceritakan tentang didunia kerajaan dan mimpi pertemuannya dengan seniornya cukup menjadi hal yang menarik dan langsung ditumpahkan dengan senang hati kedalam projek tulisannya. Sampai saat dikantor ia masih saja tersenyum mengingat-ingat mimpinya waktu itu. Para senior dikantornya termasuk senior yang ia suka selalu mengejeknya karena selalu tersenyum-senyum sendiri. Sayang ia menggangap ejekan para senior sebagai angin lalu, sesekali aku ingin menikmati mimpi manis dengan senior kesayanganku, pikirnya.

Namun, ia juga ingin sekali saja tidak bermimpi buruk, ia sudah terlalu banyak melihat mimpi tentang pembunuhan dan juga mimpi tentang kesedihan. Ia benci karena akhirnya akan murung seharian di tempat kerja, seniornya pula yang harus menghiburnya. Padahal senior kesayangannya sudah memiliki kekasih terkadang hal itu pula yang membuatnya semakin tak nyaman. Aku terlalu banyak berharap padanya dan terlalu banyak nonton film dan membaca buku bergenre thriller sepertinya, mereka semua membuatku ketakutan, pikirnya.

Awal ia bekerja dikantornya saat ini , ia sudah jatuh hati dengan sang senior. Namun, kenyataannya ia dan sang senior tak pernah bertegur sapa atau terseyum. Berpikir bahwa sang senior tahu namanya pun rasanya itu tidak mungkin. Saat ia dan senior tak sengaja bertatapan, hanya tatapan dingin yang keluar dari mereka.
Tapi pernah, saat ia sedang berbicara serius dengan sahabatnya, dia ikut masuk kepembicaraan gadis dan sahabatnya itu, atau lebih tepatnya menganggu mereka. Namun wajahnya tak merasa bersalah, dia malah tertawa dan ketika mereka sedang menertawai satu hal, dia pun ikut tersenyum. Orang aneh, pikir gadis itu.
Ya, dihadapannya gadis itu memang tak bisa bersikap manis.

Orang-orang selalu melihat keburukan sang senior atau meminta gadis itu untuk menyerah mendapatkannya. Tapi yang ia rasakan saat ini, ia hanya mengidolakannya, ia selalu berpikir, bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
'Jadi jika mereka mengatakan bahwa aku harus menyerah, jawabanku adalah Tidak.' Tekadnya dalam hati.

Sebenarnya ada juga mimpi yang membuatnya selalu tersenyum jika ia ingat mimpi dihari itu.

¤¤¤¤¤¤¤

"Teteh, bangun. Udah siang." Teriak sang ibu sambil membuka pintu kamar gadis itu.
"Hoahh.." uhh~ ternyata cuman mimpi, gumamnya. Ia langsung menggerakan tubuhnya dengan bersemangat dan ternyata di sebelahnya ada kucing kesayangannya sedang tidur.

'Pantas saja terasa basah. Tangannya menempel di wajahku. Dasar, Ochan.' Gumamnya sambil mencium sang kucing.
'Tapi mimpi tadi keren sekali. Kapan lagi bisa memimpikan personel B.A.P dan lain-lain.' gumamnya lagi. Tanpa sadar gadis berambut pendek itu tersenyum-senyum sendiri.

"Hi~ si teteh paur. Senyum-senyum sendiri." Sang Ibu yang tiba-tiba berada di depan pintu kamar langsung bergidik ngeri melihat tingkah anaknya.
"Ini ada sms dari temen, yee.." ucapnya menutupi tingkahnya yang aneh sambil memegang ponsel pintarnya.
"Buruan shalat subuh, kuliah pagi ge."
"Oki doki."

Sang Ibu langsung pergi menuju dapur, seperti biasa membuat sarapan. Sambil merapikan tempat tidurnya ia bermonolog sendiri. 'Tadi mimpinya keren banget. Kalau mimpi itu kejadian sungguhan, rasanya aku akan membuat para Baby's, VIP dan Blackjack iri.

Tapi.. OHIYA! AKUKAN MIMPI MAU DICIUM SAMA TAKA?!

Kenapa aku baru ingat?' gerakan merapikan tempat tidurnya langsung terhenti saat ia sadar dengan mimpinya tadi malam. 'Rasanya malu sekali. >o< tapi mau, tapi malu. AHH~ dasar mimpi aneh. X<' gumamnya sambil menjatuhkan diri ke tempat tidur dengan menutupi wajahnya menggunakan boneka kepala kucing berwarna oranye miliknya.

¤¤¤¤¤¤¤

Mimpi aneh yang menyenangkan dan cukup membuat gadis itu tersenyum jika ia sesekali menghampiri blog yang berisi tulisannya. Ia senang dengan kata-kata yang ia tuliskan sebagai deskripsi di blog nya.

D R E A M = M I M P I

Lima huruf yang sangat sakral baginya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro