11. Gom? Ball?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Lodel, sebentar ya, Lolym mau telpon kak Dyr dulu." Delko hanya menganggukan kepalanya lantas melihat gadis itu keluar Villanya.

Jujur, ia agak sedikit geli dengan sebutan yang mereka buat. Baru kali ini Delko beradaptasi dengan perempuan, setelah mamanya dan Sisi yang super cerewet.

Entah mengapa, Delko sangat nyaman berada di dekat Lym. Tingkahnya yang polos dan lugu membuat Delko semakin tertarik. Tidak hanya itu, Lym juga mempunyai paras yang cantik.

"Lodelllll!!! Cas'an nya adaaaaaa!!" teriak Lym sambil berlari-lari menghampiri Villa Delko.

"Hati-hat--"

BRUK

"AWW!!"

"Bocah banget sih," lirih Delko sambil tertawa pelan.

"Lodel, kaki Lolym sakit," keluh Lym sambil mengurut-urut kakinya di depan pintu.

"Mana cas'annya?" tanya Delko.

"Nih."

"Lodel nggak ada niatan untuk bantu Lolym?" tanya Lym dengan wajah melasnya karena melihat Delko yang langsung pergi dari hadapannya begitu saja, tanpa berterima kasih.

Delko membalikkan tubuhnya. "Hah? Oh Lolym mau dibantuin?" tanya Delko datar dan tetap fokus pada ponselnya yang mati.

"Iyalah!"

"Sebentar."

"Nggak usah! Nggak jadi!" Lym bangkit dengan susah payah lantas duduk di samping Delko dengan wajah imutnya.

"Marah?" tanya Delko menggoda.

"Gak!" jawab Lym ketus.

"Beneran?"

"Iya!"

"Kesel?"

"Gak!"

"Beneran?"

"Iya!"

"Suka?" tanya Delko semakin menggoda.

"Suka?" tanya Lym sangat datar dan jutek, pertanyaannya hampir persis seperti jawaban.

"Lolym suka?" tanya Delko meledek.

"Suka apa sih Lodel! Lolym nggak ngerti!"

"Suka aku, Lodel."

Pipi Lym seketika memanas. Ia sangat malu!

"Lodel nggak usah kaya gitu ngomongnya, Lolym malu...." Lym membuang wajahnya ke arah lain.

"Itu namanya gombal."

"Gom? Ball?"

"Bukan ball, tapi bal, jadi gombal!" protes Delko.

"Oohh."

"Mau digombalin lagi?" Delko tersenyum miring.

"Enggak!" jawab Lym malu-malu lantas menundukkan wajahnya.

Delko hanya menganggukan kepalanya seraya terkekeh kecil.

"Lolym, tau nggak bedanya bintang sama Lolym?" Delko kembali memulai aksinya.

"Jelas beda Lodel, bintang itu meteor, Lolym 'kan manusia! Gimana sih Lodel!" Delko menganga, bukan itu jawaban yang ia inginkan.

"Bukan itu," ucap Delko.

"Terus apa? Emang Lodel tahu?" tanya Lym menantang.

"Kalau bintang bersinarnya di langit, kalau kamu di hati Lodel."

Lagi-lagi Lym merasa pipinya memanas. Mungkin sekarang sudah seperti tomat!

'Ya ampun, baru kali ini gue gombalin anak orang sampe merah gitu pipinya!'

"Gombal!" ucap Lym sambil menahan senyum.

"Emang," sahut Delko lantas berdiri untuk masuk ke kamarnya. Sejujurnya ia sedang menahan senyum.

"Mau ke mana?" tanya Lym.

"Ke kamar, buang air."

"Ooh."

Setelahnya Delko masuk ke kamar. Lym? Memukul-mukul bantal sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai, saking malunya.

***

Tok tok tok

"Siapa itu? Kakak?" Lym beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.

Ceklek

"Kakak? Ada apa?"

"Delko mana?"

"Ada di kamarnya, masuk dulu dingin."

Dyr mengayunkan kakinya memasuki Villa Delko dengan wajah datar, namun tidak mengurangi kadar  ketampanannya.

"Memang ada apa?" tanya Lym saat keduanya sudah duduk rapih di sebuah sofa.

"Delko bisa pulang," jawab Dyr dengan santai namun berhasil membuat Lym gelisah.

"P-pulang? Kapan?" aneh rasanya saat Lym mengatakan itu. Hati Lym mendadak tidak rela?

"Lusa."

"Kakak? Tumben ke sini, ada apa? Kangen yaa?" sapa Delko yang membuat Lym terpelonjak kaget.

"Kamu bisa pulang lusa, saya sudah urus semuanya."

Senang bukan main. Itu yang dirasakan Delko.

"Be-beneran?!" Dyr mengangguk.

"YA AMPUN BAIK BANGET!!! MAKASIH CALON KAKAK IPAR!!" teriak Delko reflek yang membuat kakak-beradik itu langsung memundurkan tubuhnya sambil menutup telinga masing-masing.

"Iya, sebaiknya kamu bereskan barang-barangmu sekarang!" perintah Dyr.

"Kakak lupa barang-barang Lodel ketinggalan?" tanya Lym seraya mendongakkan wajahnya agar bisa memandang wajah Dyr.

"Lodel?"

"Lodel itu Delko, cuma Lym yang boleh panggil Delko itu Lodel," ucap Lym dengan bangga sedangkan Delko menahan senyum sekaligus malunya.

"Terserah, lusa kamu harus sudah siap. Saya antar ke bandara."

"Siap kak!" seru Delko bersemangat.

"Ya sudah, saya pulang." Dyr melangkahkan kakinya ke luar Villa.

Lym hanya memandangi punggung kakaknya yang perlahan menghilang. Kemudian pandangannya teralih pada wajah Delko. Hatinya tidak rela.

"Why?" tanya Delko seraya duduk di samping Lym.

Lym hanya menggelengkan kepalanya dan menunduk. Matanya berkaca-kaca sekarang.

"Lolym pulang ya," tanpa menunggu jawaban Delko gadis itu bangkit lantas berjalan keluar villa.

"Kenapa si Lym? Aneh," gumam Delko ketika melihat gadis itu benar-benar pergi.

Tanpa mau banyak berpikir, Delko menyalakan ponselnya yang sempat mati beberapa hari.

"Pasti pada nyariin gue nih."

Dan benar saja dugaannya, Delko tertawa renyah karena sebagian besar panggilan berasal dari Nino.

Dan tanpa menunggu-nunggu waktu lebih lama lagi, Delko langsung menelpon Nino sebagai jawaban bahwa dirinya baik-baik saja.
.
.
.

Heyy brooooooooooooooooo

Gelii banget pas bagain ini suwer heheheheh...

Sepertinyaa Lym mulai suka sama Delko.

Pantengin terus yaaaaaaaa

Jangan lupa vote and comment.

SalYos,
😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro