Jisung │ Sun

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hyerin berjalan memasuki kelas barunya. Tanpa memperdulikan tatapan orang orang yang akan menjadi teman sekelas barunya, gadis bermarga Kwon tersebut segera menduduki bangku kosong yang terletak di pojok belakang kelas. Kemudian segera menidurkan kepalanya di meja

Helaan nafas panjang terdengar darinya. Hari pertama nya di kelas tahun kedua sekolah menengah atas tanpa sahabatnya. Hyerin benar benar ingin memprotes siapapun yang mengatur daftar murid dan kelas karna tidak memasukkannya di kelas yang sama dengan sahabatnya.

Ia mengambil earphone miliknya yang kemudian mulai terdengar lagu lagu dari playlist favorite nya. Hyerin pun kembali menidurkan kepalanya, kemudian memejamkan matanya- berniat tertidur sampai jam pertama dimulai

Tidak lama kemudian seseorang kembali memasuki kelas. Berbeda dengan Hyerin yang masuk dengan aura menyeramkan, kali ini seoarang pemuda memasuki kelas dengan aura secerah mentari pagi. Tangan kanannya menggenggam sekotak susu strawberry- minuman kesukannya sejak kecil

Sama seperti Hyerin, ia segera pergi ke pojok belakang, karna hanya tersisa disanalah bangku yang masih kosong. Ia pun segera duduk di samping Kwon Hyerin

"Pagi! Namaku Han Jisung, salam kenal" ucapnya pada Hyerin, namun tidak mendapat balasan apapun. Merasa bingung, Jisung pun akhirnya mendapat jawaban, ia segera melepas headset milik gadis tersebut dari telinganya tanpa persetujuan sedikitpun

Hyerin mengangkat kepalanya, alisnya terangkat sebelah, seolah meminta jawaban dari tindakan seenaknya yang dilakukan pemuda di sampingnya yang bahkan tidak dikenalnya tersebut

"Namaku Han Jisung, salam kenal! Ah iya, mohon bantuannya untuk satu tahun kedepan" Ucap Jisung dengan cengiran tanpa dosa miliknya

Namun entah mengapa hal tersebut malah memperparah mood milik gadis tersebut, bahkan sahabatnya pun butuh waktu untuk bisa dekat dengannya. Dan pemuda di sampingnya ini malah seenaknya mengganggunya di hari pertama mereka berkenalan

"Kwon Hyerin" jawab gadis itu seadanya, kemudian kembali mengenakan headset miliknya, ia melirik jam di handphonenya, masih tersisa beberapa belas menit sebelum bel berbunyi- ia berniat melanjutkan acara tidurnya

Namun kemudian tepukan pelan di punggungnya membuat Hyerin kembali menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah pemuda tersebut. Wajahnya sebalnya terlihat menuntut jawaban atas tepukan di punggungnya

"Susu Strawberry bisa menaikkan mood-mu loh, jadi ini untukmu"

"Hah?!"

.

"He's really bright like a sun"

Jisung © Stray kids
Story © ChocoSundae_

.

Langkah Hyerin terdengar jelas, mengingat sebagian besar murid memilih untuk pergi ke kantin, atau tetap berada di kelas, sehingga koridor sangat lengang

Dengan tangan kanan menggenggam bekal dan tangan kiri menggenggam botol minum, gadis tersebut melangkahkan kakinya menuju ke kelas sahabatnya

Manik coklat mudanya melirik ke dalam, dan menemukan sahabatnya yang kini sedang duduk bersama beberapa murid perempuan lain sambil memakan makanan mereka masing masing

Hyerin menghela nafas panjang, kemudian segera pergi menuju atap, tidak berniat menganggu sahabatnya

Ini tahun terakhirnya bersekolah, tapi Hyerin hanya memiliki satu sahabat perempuan. Haruskah Hyerin mulai merubah segala sifat menyebalkannya dan mencari teman lain?

Kakinya berhenti melangkah, kemudian membuka pintu atap sekolah, angin sejuk membelai pelan surai sewarna tanah miliknya. Matahari tertutup awan, membuat gadis tersebut mengehela nafas lega karna tidak perlu duduk di bawah sinar matahari yang terasa panas. Sedikit mendung, namun tidak apa selama belum hujan

Tidak lupa menutup kembali pintu atap, gadis tersebut segera menghampiri pagar pembatas, kemudian duduk dengan punggung menyandar. Ia pun mulai memakan bekal nya

"Oh? Tumben sekali ada orang lain disini"

Hyerin mengalihkan pandangannya pada seorang pemuda yang tiba tiba saja duduk disampingnya dengan senyum secerah matahari di wajahnya

"Disini anginnya sejuk dan tidak terlalu panas, aku sering duduk disini saat jam istirahat"

"Aku tidak bertanya" Balas Hyerin dengan ketus

"Tapi wajahmu menyiratkan tanda tanya"

Hyerin mendengus kesal, memang benar ia sedikit penasaran kenapa pemuda yang tadi pagi membuat moodnya hancur tersebut bisa ada disini sekarang

Hanya sedikit, tidak lebih

Hyerin melirik, tampaknya pemuda tersebut tidak membawa makanan ataupun minuman. Ia hanya duduk disamping Hyerin dengan mata terpejam- sepertinya sedang menikmati angin yang menghembus sejuk

Hyerin pun menyodorkan kotak bekalnya ke hadapan pemuda tersebut begitu mata pemuda bermarga Han tersebut terbuka

Tawa kecil terdengar, "Apa ini?"

"Makan saja, porsinya terlalu besar untukku sendiri"

Jisung menerima bekal tersebut, "Kalau kau khawatir aku akan kelaparan bilang saja"

"Selain karna porsinya terlalu banyak, aku hanya berusaha menjaga sikap. Bagaimana bisa aku menikmati makanan disaat ada seseorang disampingku yang kelaparan?"

"Aku tidak bilang kalau aku lapar"

"Sudah cepat makan saja!"

Tawa lepas terdengar, "Baik baik, kau lucu sekali haha!" Ucap Jisung yang membuat Hyerin sedikit berdecak, sebal dengan sikap pemuda di sampingnya tersebut

"Terima kasih, rupanya kau tidak se-ketus yang kukira" Ucap Jisung seraya mengembalikan kotak makan milik Hyerin

"Aku tidak akan bersikap seperti itu kalau kau tidak menggangguku terlebih dahulu"

Jisung tersenyum, "Aku hanya berusaha mengajak teman sebangku-ku yang baru berkenalan"

"Dan seenaknya melepas earphone ku disaat aku sedang berusaha ingin tidur? Sepertinya kau harus kembali belajar sopan santun Han Jisung"

Hyerin seketika merutuki dirinya sendiri. Ayolah masalah tersebut sudah lewat, kenapa ia malah mempermasalahkannya lagi?

Inilah yang menyebabkan ia tidak memiliki banyak teman

Mulutnya tidak bisa dikontrol

Hyerin menghela nafas panjang, "Maaf, terkadang mulutku memang tidak bisa dikontrol"

Gadis tersebut menautkan kedua alisnya- bingung dengan reaksi yang diberikan pemuda tersebut

Kenapa dia masih tetap tersenyum cerah seperti itu? Normalnya paling tidak orang lain akan membalas, "Hanya hal sepele seperti ini saja kau sudah semarah ini", atau "Kenapa kau sampai semarah ini?", dan balasan balasan lainnya yang seolah berkata kalau Hyerin sangat mudah marah

Namun baru pertama kali ini ada orang yang hanya tersenyum saat berhadapan dengan Hyerin

"Tidak masalah, lagipula ini salahku juga"

Bertepatan dengan Jisung mengatakan hal tersebut matahari kembali memancarkan sinarnya, langit yang awalnya mendung mendadak terlihat cerah

Atau mungkin sudah sejak tadi, namun Hyerin tidak menyadarinya.

Inilah yang membuat Hyerin sebetulnya tidak terlalu menyukai atap sekolah. Karna ia membenci cahaya matahari yang bersinar terlalu terang. Ia sedikit alergi panas. Tidak parah, namun cukup membuat tubuhnya terasa gatal disaat ia berada terlalu lama dibawah terik matahari

Hyerin kembali menghela nafas panjang, "Terserah saja, aku mau kembali ke kelas" Ucapnya kemudian segera berjalan menuju kelasnya, meninggalkan Jisung sendiri disana tanpa memperdulikannya

.
.
.

"Hyerin!"

Tepukan di pundak serta panggilan membuat Hyerin segera mengalihkan pandangannya, "Bagaimana kelas barumu?" Tanya gadis yang kini ikut melangkah di sampingnya tersebut

"Buruk, apa kau tau siapa yang duduk disampingku?"

Gadis tersebut menggeleng, membuat Hyerin melanjutkan kalimatnya, "Kau kenal Han Jisung?"

"Tentu saja, siapa di sekolah ini yang tidak kenal dia?", Hyerin tersenyum sinis, "Aku, sebelum akhirnya terpaksa duduk di sampingnya aku tidak mengenalnya"

"Kau duduk dengan Han Jisung?! Bukankah seharusnya kau bersyukur?"

Hyerin memandang gadis yang merupakan sahabatnya tersebut dengan tatapan tidak percaya, "Bersyukur?! Heol, apakah kau gila? Aku tidak menyukainya, kau tau? seharian ini free class, dan dia tidak henti hentinya mengobrol dengan kembaranmu itu!"

"Benarkah? Dia itu seseorang yang disukai satu sekolah ini, bahkan guru guru pun menyukainya. Dia memang tidak terlalu pintar, tapi sifat baik dan ramahnya yang membuat dia sangat disukai. Dan juga dia rajin, walau tidak pintar dia selalu mengerjakan tugas dan mengumpulkannya tepat waktu. Katanya sih, ia dijuluki matahari karna sifatnya yang cerah itu"

"Ia memang seperti matahari, terlalu terang, dan aku membenci matahari"

"Kalau soal Hyunjin, dia memang berisik, aku tidak akan mengomentari mengenai hal tersebut" Tawa kencang lolos dari gadis bernama lengkap Hwang Yeji tersebut

"Kalian kembar tapi sangat berbeda" Balas Hyerin

"Tentu saja, terkadang aku juga tidak mau mengakui kalau dia kembaranku. Tapi apa Jisung seburuk itu? Maksudku walaupun seandainya dia memang berisik seperti katamu, bukankah dia memiliki banyak sifat bagus? Dia sangat baik dan ramah 'kan? Bahkan kudengar dia terkadang dimanfaatkan oleh beberapa pembully di sekolah ini"

"Entahlah, dan aku tidak peduli"

Mendengar jawaban Hyerin, lagi lagi tawa terdengar dari gadis bermarga Hwang tersebut, "Kurasa ini karma karna kau selalu berkata membenci matahari. Kau tau? Kalau kau terlalu membenci sesuatu maka suatu saat akan tiba saat dimana kau akan sangat menyukai sesuatu yang sangat kau benci tersebut"

Hyerin hanya mengehela nafas panjang, tidak berniat membalas ucapan Yeji

"Apa harimu seburuk itu?" Tanya gadis tersebut, merasa sedikit khawatir dengan keadaan Hyerin

"Kurasa tidak cukup bertemu di kelas, aku bahkan bertemu dengan Han Jisung saat memakan bekalku di atap sekolah tadi"

"Tumben sekali kau makan di atap sekolah"

"Ingin saja, lagipula saat aku datang sedikit mendung, tapi dengan ajaibnya tiba tiba langsung cerah untung saja cerahnya saat aku sudah mau kembali ke kelas"

"Lalu? Apa kalian hanya terdiam dan tidak mengobrol apapun?"

"Aku membaginya bekalku karna dia tidak membawa makanan apapun, dan kurasa aku memang terlalu ketus padanya"

"Kalau begitu bukankah kau harus meminta maaf? Lagipula memangnya apa yang kau lakukan sampai kau merasa seperti itu?"

"Aku bilang kalau ia harus belajar sopan santun lagi karna sudah menggangguku di hari pertama bersekolah"

"Aish kau ini, kurasa ia hanya ingin berkenalan denganmu. Kau sebangku dengannya 'kan? Wajar saja kalau ia berbuat begitu"

Hyerin menghela nafas panjang, sepertinya ia memang harus berhenti membenci matahari yang sebetulnya tidak berbuat salah apapun kepadanya

-------------

"Pagi" Senyum cerah Jisung berikan kepada Hyerin seperti biasanya, membuat Hyerin sedikit lelah melihat senyuman tersebut

Apa Jisung tidak bisa berekspresi lain selain tersenyum?

"...pagi" Balas Hyerin malas, gadis tersebut pun menidurkan kepalanya di meja, berniat tertidur sebelum pelajaran dimulai seperti biasanya

"Jisung!" Panggilan membuat pemuda yang terduduk di samping Hyerin tersebut segera menengok ke sumber suara, terlihat murid laki laki lain menghampirinya

"Lihat tugas matematika mu dong!"

Sebuah suara menyauti murid tersebut, "Hei, untuk apa lihat punyanya Jisung?"

"Memangnya kenapa? Dia sudah kelar kan pasti?"

"Dia kan jarang dapet bagus, percuma aja dong ngerjain?"

"Benar juga ya, Hahahaha"

Tawa lain pun mulai terdengar, Hyerin berdecak kemudian mengangkat wajahnya. Ia melihat Jisung yang hanya ikut tertawa menanggapi hal tersebut

Apa dia bodoh? Bagaimana bisa dia hanya ikut tertawa disaat 'teman' nya mengolok oloknya seperti itu. Hyerin pun melirik ke arah bangku milik Hwang Hyunjin, rupanya pemuda tersebut sedang tidak ada

Hyerin menghela nafas panjang, "Kau hanya menyontek 'kan? Dasar tidak tahu diri, bukannya berterima kasih kepada yang memberi contekan malah menghinanya"

Kelas hening seketika, semua orang memperhatikan Hyerin

"Hei! Apa apaan ucapanmu itu!" Ucap murid laki laki yang barusan meminta contekan kepada Jisung

"Hentikan, kau tau 'kan siapa dia? Kwon Hyerin, yang peringkat 1 seangkatan sejak tahun pertama"

"Katanya dia sangat ketus, rupanya benar ya. Baru kali ini aku sekelas dengannya, jadi aku baru melihatnya secara langsung"

"Kalau dia tidak pintar mungkin dia sudah menjadi korban bullying sejak dulu"

Hyerin berdecih, inilah sebabnya ia tidak menyukai saat dirinya menjadi pusat di keramaian.

Karna pasti akan banyak yang berbisik bisik tentangnya. Dan itu terdengar sangat menyebalkan

Hyerin pun segera pergi meninggalkan kelas, tidak perduli dengan bel masuk yang sudah berbunyi

Jisung tersenyum tipis memandang kepergian Hyerin. Tampak tulus, sedikit berbeda dengan senyum cerah yang biasa dia perlihatkan

-------------

"Yang hari ini tidak masuk, hanya Han Jisung ya?"

Hyerin melirik bangku di samping kanannya. Kejadian kemarin kembali terputar di kepalanya. Begitu ia kembali ke kelas kemarin hanya kecanggungan yang terasa antara keduanya. Kemudian ia pun pulang tanpa bertanya apa pun kepada Jisung

Termasuk kenapa pemuda tersebut hanya tertawa disaat ia sedang diolok olok oleh teman temannya

"Jadi um..." Sang guru melirik ke arah bangku Jisung, dan melihat Hyerin yang duduk di sampingnya

"Hyerin-ah, tolong antar catatan pelajaran hari ini ke rumah Jisung-ah ya. Ini alamatnya" Ucapnya seraya berjalan dan menaruh buku serta secarik kertas berisi alamat tersebut ke meja Hyerin

Hyerin pun hanya mengangguk paham. Predikatnya sebagai murid terpintar membuatnya sebisa mungkin menjaga sikap kepada semua guru di sekolah ini.

Manik coklat tuanya memandang keluar jendela. Matahari terlihat cerah, akan tetapi entah mengapa ia tidak terlalu merasa membencinya.

Efek karna saat ini ia sedang berada di dalam ruangan mungkin?

Yang jelas ia akan menemui sang matahari sepulang sekolah nanti

.
.
.

Ketukan di pintu terdengar, disusul dengan suara seorang gadis, "Permisi!" Ucap Hyerin begitu sampai di kediaman Han

Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan ibu Hyerin

"Temannya Jisung ya? Ayo masuk, anggap saja rumah sendiri" Ucapnya seraya sedikit menyingkir dari pintu agar Hyerin bisa masuk

"Aku datang untuk mengatarkan ini" Ucap Hyerin seraya menyodorkan buku catatan yang tadi diberikan gurunya kepada ibunda Jisung

"Terima kasih, bagaimana kalau kau duduk dulu? Akan kubuatkan teh, kau mau hangat atau dingin?"

Hyerin menggelengkan tangannya, berniat menolak, "Ah tidak perlu, aku tidak ingin merepotkan"

"Tidak kok, tunggu sebentar ya"

Hyerin pun duduk di salah satu sofa, manik coklatnya menangkap foto Jisung kecil di salah satu meja, kemudian tertawa kecil melihat foto Jisung kecil dengan pipi tembam tersebut

Suara gelas yang ditaruh di meja membuat Hyerin kembali mengalihkan pandangannya, ibunda Jisung pun ikut duduk di salah satu sofa

"Jadi kau teman sekelasnya Jisung ya? Siapa namamu nak?"

"Namaku Kwon Hyerin, iya aku duduk disampingnya" Jawab Hyerin dengan senyum tipis

"Jisung disekolah seperti apa?"

Hyerin tampak berpikir, "Jisung itu..." Gumamnya

"Dia seperti matahari, bersinar sangat cerah. Dia baik dan ramah kepada semua orang, bahkan guru guru pun menyukai sikapnya"

Ibunda Jisung tersenyum, "Lega mendengarnya, sebetulnya aku sedikit khawatir. Dulu dia tidak seperti itu"

Hyerin terlihat bingung, "Benarkah? Tapi kudengar sudah sejak tahun pertama ia bersikap seperti itu"

"Saat ia masih sedikit lebih kecil, mungkin saat tahun pertama di sekolah menengah, ia memiliki banyak teman, ia sangat periang itulah yang membuat nya disukai. Namun entah mengapa rasanya sangat berbeda. Ia yang saat ini terlihat seolah memaksakan diri agar menjadi anak baik. Sebetulnya aku sangat khawatir, namun saat beberapa teman temannya mampir ke sini kekhawatiranku berkurang"

"Ia selalu berkata "tidak ada apa apa" saat aku bertanya mengenai bagaimana keadannya di sekolah dengan senyum cerah. Harusnya aku merasa lega, tapi entah mengapa aku malah khawatir terhadapnya"

Hyerin terdiam, apa Jisung selama ini memaksakan diri agar bersikap seperti anak baik?

"Kalau boleh tau sejak kapan anda merasa dia berubah?"

"Sejak kematian anak perempuanku, sejak kehilangan kakaknya Jisung terlihat berbeda. Ia tetap tersenyum seperti sebelumnya, tapi aku jarang melihatnya tertawa lepas. Dan aku tidak pernah melihatnya bercerita atau mengatakan hal buruk apapun. Seolah segala hal buruk yang ia alami selalu dipendamnya seakan akan itu bukan masalah besar, maka dari itu aku sangat khawatir"

"Aku sangat lega saat ia memiliki teman segrupnya seperti Hyunjin. Aku berharap mereka dapat menjaganya"

"Begitu rupanya..." Gumam Hyerin

"Maaf aku jadi bercerita panjang, bagaimana kalau kau mengantarkan buku ini kepada Jisung? Badannya demam sejak kemarin, tapi kurasa saat ini sudah turun dan kau bisa menjenguknya. Kamarnya ada di lantai 2 paling ujung" Ucap Ibunda Jisung dengan senyum hangat. Hyerin pun mengangguk dan ikut tersenyum, kemudian melangkahkan kakinya

Hyerin sampai di depan kamar Jisung, kemudian mengetuk pintu kamarnya pelan, sebuah suara dari dalam kamar menyahuti ketukannya, "Ibu? Masuk saja!"

Hyerin membuka pintu, ia memasuki kamar Jisung. Jisung pun segera terduduk saat menyadari kalau yang memasuki kamarnya bukan ibunya, "Kau...?" Gumamnya

"Ini, tadi wali kelas kita menyuruhku kerumahmu untuk memberimu catatan pelajaran" Ucap Hyerin seraya menyodorkan buku catatan yang dibawanya

"Ah begitu rupanya, terima kasih. Oh iya, kau boleh duduk dimana saja" Ucap Jisung dengan sedikit canggung, namun senyuman cerah masih setia tampak di wajahnya

Hyerin pun duduk di bangku yang berada di samping kasur Jisung. Keduanya terdiam, menciptakan suasana hening yang membuat suasana terasa canggung

"Apa kau tidak lelah? Terus tersenyum dan menjadi anak baik seperti itu?" Ucap Hyerin- memecah keheningan

"Eh?" Jisung terlihat bingung dan sedikit kaget dengan ucapan Hyerin

"Ah, ibu menceritakan apa saja kepadamu?"

"Cukup banyak, jadi kepergian kakakmu membuatmu harus bersikap seperti anak baik? Apa kakakmu yang memintanya?"

"Kurang lebih begitu, sebelumnya aku itu cukup nakal. Jadi kurasa tidak ada salahnya kan merubah diriku? Dan aku tidak memaksakan diri melakukannya"

Hyerin tersenyum sinis, "Menjadi anak baik dan menjadi seorang pengecut itu berbeda Han Jisung"

Jisung terdiam, tidak menyangka akan mendengar hal tersebut dari gadis yang belum lama dikenalnya itu

"Kau boleh saja menjadi anak baik yang rajin mengerjakan tugas, rajin belajar, sopan, baik, tidak berbohong, atau apapun yang menurutmu dapat menjadikanmu anak baik yang ideal..." Hyerin menggantungkan ucapannya

"Tapi bukan berarti kau harus diam saja bahkan ikut tertawa disaat harga dirimu diinjak injak seperti kemarin. Kalau kau dihina kau boleh membalasnya, dan itu tidak menjadikanmu buruk karna kau tidak salah"

Jisung tersenyum tipis, tidak menyangka kalau gadis bermulut ketus tersebut merasa khawatir padanya

"Baiklah" Balasnya santai

Mendapat jawaban santai tersebut membuat Hyerin sedikit kesal, "Kau tidak menanggapi ucapanku serius ya?!"

"Tidak, aku serius kok" Balas Jisung dengan nada polos

"Lain kali aku tidak akan memberi contekan kepada orang yang membully ku lagi, lalu aku juga tidak akan ikut menertawai diriku sendiri saat aku dihina, dan aku tidak akan berteman lagi dengan orang orang yang suka menghinaku. Begitu 'kan?"

Hyerin terdiam, "Yah... kurang lebih begitu..." Gumamnya

"Tapi aku tidak akan marah dan membalas perbuatan jahat yang kuterima, karna tidak semua hal buruk harus dibalas dengan hal buruk juga 'kan?"

Hyerin menghela nafas panjang, ucapan Jisung tersebut membuatnya kembali khawatir dengan pemuda tersebut

Hyerin tiba tiba menggelengkan kepalanya, apa ia baru saja khawatir dengan Jisung?

"Kau sampai repot repot datang kemari untuk menjengukku. Sebegitu khawatirnya padaku ya? Kukira kau membenciku karna kau selalu ketus kepadaku" Ucap Jisung dengan smirk di wajahnya

"APA?! Kau tidak dengar ya?! Aku datang hanya untuk memberi buku catatan itu!" Ucap Hyerin seraya menunjuk buku yang saat ini berada di meja belajar milik Jisung

Suasana kembali hening. Cahaya matahari sore memasuki kamar Jisung menerpa lembut kulit keduanya

Hyerin awalnya ingin mengumpat cahaya matahari tersebut, namun tidak jadi karna tidak terasa panas, hanya sedikit hangat. Hyerin memandang ke arah jendela, ia tidak pernah mau memandang ke arah matahari sebelumnya karna ia tidak menyukai cahanya yang terlalu panas dan membuatnya gatal, jadi ia tidak pernah tahu bahwa matahari yang tenggelam terlihat sangat indah dan cahayannya yang hangat terasa sangat lembut

"Indah ya? Apa kau menyukai matahari?" Tanya Jisung memecah keheningan

Hyerin terdiam, kemudian menjawab "Aku sangat membencinya, karna cahanya yang panas saat terik membuatku gatal. Aku alergi panas"

"Tapi sepertinya sekarang pandanganku berubah, aku menyukai matahari sore"

"Kalau begitu baguslah" Gumam Jisung yang membuat Hyerin segera menengok ke arah pemuda tersebut, terlihat bingung

"Sebab barusan sang matahari menitipkan salamnya padaku"

"Hah?!"

"Bahwa sang matahari telah mencintaimu"

.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro