1st Story : The Girl Who Has A Sparklings Eyes

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Namanya Hikari.

Dia gadis berambut hitam panjang bergelombang yang memiliki manik cokelat secerah mentari.

Hobinya adalah bernyanyi. Suaranya yang lebih lembut dari pada seribu siulan burung begitu membekas di ingatan.

Dia anak tunggal, sama sepertiku. Yang membedakan aku dengannya adalah dia cukup beruntung memiliki orangtua yang memberikan kasih sayang untuknya.

Hikari adalah gadis yang menarik. Dia memiliki penosa misterius di balik senyumnya yang selalu memikat. Tak heran jika aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya.

Selain parasnya yang cantik, ada satu lagi sesuatu darinya yang membuatku benar-benar jatuh hati padanya.

Aku menopang wajahku, menatap ke luar jendela kayu Kelas yang sudah sedikit lapuk dimakan usia. Sosok Hikari dapat terlihat dengan jelas lewat jendela. Seragam sailor yang dikenakannya berkibar diterpa angin. Dia berlutut di atas pasir, tampak mencari-cari sesuatu, sebelum akhirnya dia melompat berdiri dan berseru kegirangan.

"Aku menemukan cangkang kerangnya!"

Segerombol anak-anak berhambur mendekat ke arah Hikari, membuat lingakaran besar sehingga sosok gadis itu berada di tengah mereka. Anak-anak itu menatap dengan mata berbinar. "Hikari-nee berhasil menemukan cangkang kerang lagi?" tanya salah satu dari mereka dengan antusias.

Hikari tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. Dengan bangga, dia mengangkat tinggi-tinggi cangkang kerang yang baru saja ia temukan. "Tentu saja!"

"Huwaaa! Hebat!"

Tanpa sadar, aku mengulum senyum tipis. Hikari adalah gadis yang memiliki hati lembut. Terlepas dari sikapnya yang sedikit tomboy, namun dia memang memiliki sisi seorang kakak perempuan.

Bahkan semua anak-anak Cottage menyukainya.

"Hee ... sedang memperhatikan apa?"

Aku tersentak pelan, sedikit terkejut karena Tomo--temanku--menegurku secara tiba-tiba. Dengan cepat aku menggeleng. "T-Tidak. Aku hanya memperhatikan pantai saja."

"Benarkah?" Tomo menatapku remeh, seakan sudah tahu bahwa apa yang baru saja kuucapkan adalah sebuah kebohongan.

Aku mengangguk mantap. "Benar!"

"Haha, aku tahu, Hinoto." Tomo merangkul bahuku, lantas tersenyum menyebalkan. "Aku tahu sejak awal kau menyukai Katsuri."

"K-Katsuri? Katsuri Hikari maksudmu?" Aku tertawa hambar sembari mengibas-ngibaskan telapak tanganku. "Mana mungkin aku menyukai gadis tomboy sepertinya? Sama sekali tidak manis."

"Ko-sa-ki Hi-no-to!" Aku terbelalak karena baru menyadari kehadiran Hikari di belakangku, berkecak pinggang seraya menatapku sebal. "Kamu bilang apa tadi? Aku tidak manis?!"

"E-Eh? Hikari? Sejak kapan kau di sana? Bukankah kau tadi ada di ..."

"Cukup alasannya!" Hikari menarik pipiku gemas, hingga rasanya pipiku akan melar seperti mochi. "Dasar lelaki menyebalkan!"

"Aduh-duh! Bakari, lepaskan!" Aku sengaja memanggil Hikari dengan sebutan mengejekku, yaitu Bakari atau Hikari bodoh.

"Heh, berhenti menyebutku dengan sebutan konyol itu, Ahonoto!" balas Hikari tak mau kalah, tak lupa dengan cubitannya yang semakin kencang.

"Aw, ternyata kalian sudah memiliki panggilan sayang," Tomo mengatupkan kedua telapak tangannya, menatap haru. Tapi percayalah, tak ada apapun yang bisa membuatnya terharu. Dia hanya berlebihan saja.

"TIDAK!" seruku dan Hikari bersamaan.

"Kalian kompak sekali! Aku yakin hubungan kalian akan bertahan lama!" ujar Tomo sembari mengacungkan ibu jarinya.

Aku memutar bola mataku, jengah. Dasar Tomo, menyebalkan sekali. Seharusnya dia berpikir dulu sebelum bicara! Apakah dia tidak melihat dari sudut pandangku?!

Aku menepis pelan tangan Hikari yang tengah mencubit pipiku. "Sakit," keluhku pelan.

Hikari melepas cubitannya. "Lain kali, jangan bersikap menyebalkan!"

"Baik," aku menjeda perkataanku, "Bakari," lanjutku dengan nada mengejek.

Hikari menggepalkan tangannya. "Kau...!" Gadis itu melayangkan pukulannya kepadaku, meskipun dapat kuhindari dengan mudah. Tak sampai di sana, Hikari kembali mencoba memukulku. Aku mengelak sembari tertawa, kemudian berlari menjauh. Hikari yang tampak tidak terimapun mengejarku dengan telapak tangan terangkat. Wajahnya memerah menahan emosi. "AHONOTO! SINI KAU!"

"Ah ... senangnya melihat kedua anakku akrab," ungkap Tomo penuh khidmat.

Eh, tunggu. Apa Tomo baru saja mengaku bahwa aku adalah anaknya?

"CUIH, MENJIJIKAN!" seruku sembari membuang ludah.

"AKU TIDAK AKAN PERNAH MAU MENJADI ANAKMU, TOMO-kun!" tambah Hikari dengan ekspresi menahan muntah.

"Giliran mengejekku, baru kalian bisa akur," Tomo menyentuh dadanya dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat, "Papa sakit hati."

"MENJIJIKAN!"

***TBC***

Iya tau Pandora belum update, IYA TAU PLIS :'v

Vara stuck ide nulis pandora, jadi mau refreshing dulu nulis yang lain :p

Jadi, ini short story ya. Mungkin kurang lebih cuman 5 chapter dan 500-700 kata per chapternya.

Makasih udah nyempetin baca, bye!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro