[10] Kaca Mata

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

••••

Iida dan Sero mendapat kejutan malam-malam. Sebuah keributan yang diciptakan oleh Kirishima dan Kaminari. Mereka masuk-masuk langsung pelukan sama Sero. Sedikitpun ga mikir kalau perut Sero habis cidera. Kedatangan mereka udah kayak angin topan. Gabung sama (name) rumah sakit rasanya kayak kena badai.

Midoriya dan Todoroki juga datang. Bakugou ikut, katanya sih karena ga ada kerjaan. Tapi Kirishima bilang Bakugou sebenarnya juga khawatir dengan Sero. Setelah Kirishima bilang begitu sempat terdengar beberapa ledakan sebelum mereka masuk ke rumah sakit.

Ketua kelas hampir pingsan setelah mendapat penjelasan dari Midoriya bahwa satu-satunya gadis yang menjenguknya malam ini--(name)--adalah murid baru.

Ia terkejut, bagaimana bisa (name) pindah ke U.A secepat itu. Rasanya Iida seperti baru bertemu (name) pertama kali dengan celemeknya dan saat ia berkedip Bam! Tiba-tiba anak itu sudah memakai seragam U.A

Sero sih juga terkejut tapi dia sangat senang (name) sekelas dengannya. Dia kan jadi bisa minta dimasakin terus tiap hari sama (name). Apalagi bento yang dibawa (name) hari ini benar-benar enak. Boleh tidak sih ia membayangkan (name) menjadi koki pribadinya nanti saat ia sudah menjadi pro-hero sukses?

Berbeda dengan Sero yang mengkhayalnya sudah mengalir sampai jauh, Iida hampir mati saat diceritakan soal insiden di kelas tadi siang. Saat (name) dengan sangat polos dan bodohnya mengajak dispenser 1-A bertengkar. (Name) malah cuma nyengir-nyengir sambil nyendokin bento yang dibawanya.

"Tenya...aaaaa...pesawatnya datang..." (Name) malah berakting ingin menyuapi mulut Iida dengan bento yang dibuatnya sebelum ke sini.

Iida yang melihat itu langsung bersiap-siap dengan pidato kikuk khasnya. "(Name) kau seharusnya tidak perlu menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri. Dan itu agak tidak sopan terlebih aku itu bukan kelu--EUMMH!!!"

"Pesawat mendarat dengan sempurna!" seru (name) dengan senyum tak berdosa. Sesendok nasi dan telur menyumpal mulut Iida. Entah bagaimana wajah Iida langsung memerah. Todoroki dan Midoriya tak elak juga memasang ekspresi terkejut.

"Dia itu tak pernah bisa diprediksi!"

(Name) kemudian menarik sendok dari mulut Iida. "Anak pintar!" pujinya.

"(Name) ka...kau harusnya tidak melakukan itu...a-aku bi-bisa memakan bento da-darimu se-sendiri. A-aku bukan a-anak ke-kecil ta-tahu," kata Iida gagap.

"Ah, dia pasti sangat gugup," batin Todoroki dan Midoriya. Mereka saling tatap-tatapan, bertelepati.

Bro squad ahoy yang lagi melipir di ranjang Sero melihat kejadian itu dan udah ketawa parah banget.

"Yang benar saja Sero. Aku tidak menyangka Iida akan segugup itu," kata Kaminari di tengah-tengah ketawanya sambil mukul-mukul punggung Sero. Kirishima terpingkal-pingkal udah hampir sujud di lantai.

"Kaminari kau akan membuat Sero berada di rumah sakit lebih lama. Berhenti memukul punggungnya bodoh!" Bakugou menepis tangan Kaminari dari punggung Sero. Ekspresi Sero sudah seperti orang yang nyawanya tinggal setengah. Rusak badannya rusak!

"Terima kasih Bakugou!" ucap Sero lemah. Ia selalu tahu Bakugou itu sebenarnya kadang punya sisi lembut seperti ini.

"JANGAN SALAH SANGKA. AKU MELAKUKANNYA SUPAYA KAU CEPAT KEMBALI. DAN SI CEWEK SIAL DI SANA ITU TIDAK MENDAPAT BANGKU DI KELAS!"

Walau kelihatannya sisi lembut Bakugou tidak bertahan lama. Kali-kali harus disirami formalin memang.

"Bakugou tenangkan dirimu, ini rumah sakit," peringat Midoriya.

"BERISIK AKU TAHU!!!" ketus Bakugou. Masih aja ngegas. Midoriya, Iida, dan (name) cuma menatap anak itu datar.

Iida mengelus dadanya penuh kesabaran. Ia kemudian mengembalikan fokusnya kepada tiga orang di hadapannya.

"Jadi (name) kau duduk dimana saat kami tidak masuk?" tanya Iida, berusaha memecah keheningan. (Name) menyendok bentonya lagi.

"Akan ku jawab setelah kau memakan ini. Tenya, aaaaa..."

"(Name) aku bisa melakukannya sendiri!" Iida mengambil bekal yang dipegang (name). Ia kemudian memakan bento yang dibuat anak itu. Masakan buatan (name) rasanya benar-benar menenangkan. Hati dan tubuh Iida seperti dihangatkan oleh masakan ini.

(Name) tersenyum puas melihat Iida makan dengan lahap. Ia sengaja membuat bento khusus untuk Iida dan Sero. Apalagi kata Recovery Girl kemarin, Iida sangat banyak kekurangan nutrisi dan ia harus makan yang banyak untuk pulih. Anak itu bahkan terlihat lebih kurus. Efek dari quirk 'benalu' milik si Penjahat Cilik.

Sebenarnya (Name) merasa sangat bersalah pada mereka. Padahal yang diincar di pertarungan itu dirinya tapi dua teman barunya yang tidak tahu apa-apa malah ikut terlibat. Terluka parah pula.

"(Name) kau belum menjawab pertanyaanku," peringat Iida sambil menyendok satu suapan lagi. Ia mendapati gadis itu malah melamun.

"Oh, aku duduk di tempat Bakugou."

Detik itu Iida hampir mati tersedak.

Bakugou udah natap tajam mereka semua dari sebrang. Matanya seakan berkata "ada yang cerita habis kalian semua". Jadilah Midoriya cuma tersenyum kikuk dan Todoroki tidak buka mulut. Dia sih tak pernah takut dengan Bakugou. Ia cuma tidak mau membuat keributan di tempat yang banyak warga sipil seperti rumah sakit ini.

Masalahnya (name) itu gak peka!

"Aku duduk di tempat Bakugou karena aku melakukan trik kecil. Aku tidak tahu kalau dia itu mudah ditipu hahaha!" tawa gadis itu terdengar sangat kontras dengan anak-anak U.A di sana yang sangat hening. Mereka semua udah menata batin dan raga. Persiapan mental kalau terjadi ledakan di dalam rumah sakit.

Bakugou udah ambil kuda-kuda dan ledakan kecil muncul di telapak tangannya. (Name) yang melihat itu cuma berkedip sebentar dan mengembalikan fokusnya pada Iida seakan Bakugou bukan ancaman.

Tapi ujung-ujungnya mereka tidak mungkin bertengkar di rumah sakit sih. Bakugou berhasil dinetralisir oleh keberadaan Bro Squad Ahoy. Dan (name) sibuk diceramahi oleh Iida. Rasanya kuping (name) mau lepas.

Mereka menjenguk Iida dan Sero sampai pukul 19:52. Semuanya kembali ke asrama kecuali Midoriya dan (name). Todoroki gak nyantol sama Midoriya soalnya ia baru ingat ada yang perlu dilakukan dan Yaoyorozu menitip sesuatu untuk dibawa sepulang dari rumah sakit. Jadi dia harus kembali ke asrama sedikit lebih cepat.

Ruangan menjadi lebih tenang sekarang. Sero langsung tidur lagi setelah teman-temannya minggat. Kata Sero sih menghadapi mereka semua selama satu jam sama melelahkannya dengan melawan penjahat sewaktu magang. Untungnya Sero sudah sangat terbiasa dengan sifat absurd teman-temannya.

Iida masih terjaga. Ia membiarkan (name) dan Midoriya menemaninya sampai tertidur. Ia tidak menolak juga selagi ini belum larut malam dan mereka mendapat izin dari administrator asrama sampai pukul 9.

"Jadi kapan kau mulai masuk sekolah?" tanya Midoriya.

"Aku tidak tahu. Sampai aku benar-benar cukup pulih. Kemungkinannya Sero akan lebih dulu masuk daripada aku," jawab Iida. Midoriya udah pasang senyum tidak ikhlas. Sehari ditinggal Iida aja kelas udah kayak tempat KDRT. Kalau dua hari? Tiga hari? Bisa mampus dia. Midoriya langsung melirik tersangka penyebab kericuhan di kelas.

(Name) dengan wajah tak berdosanya membuka bungkusan yang ia bawa dan mengeluarkan sebuah apel.

"Tenya, Izuku, apa kalian mau apel? Ini dari Tokoyami. Ia menitip ini karena tidak bisa menjenguk."

Memang ya statistika kepekaan (name) itu -1000/10.

Midoriya dan Iida cuma mengangguk. Tak masalah jika gadis itu menyiapkan beberapa makanan lagi. (Name) mengambil pisau buah yang dibawanya. Ia mulai mengupas kulit apel namun segera berhenti. Padahal pisaunya baru menyentuh kulit apel beberapa mili saja. Matanya mengerut.

Ia kemudian agak menjauhkan apel dari wajahnya. Ia memotong kulit apel dengan posisi yang malah kelihatan seperti menodong Iida dengan pisau. Iida udah mundur-mundur. Midoriya menatap horor anak gadis di sampingnya. Sementara anak itu masih menyipitkan matanya.

"(Name) apa kau kesulitan? Biar aku saja yang mengupas apelnya," kata Midoriya. (Name) mengangguk dan memberikan apel dan pisau pada Midoriya. Ia mengeluh, "susah kalau tidak memakai kaca mata."

Iida lagi-lagi dibuat terkejut oleh anak itu. "Kau rabun?" tanya Iida.

"Iya, jauh dan dekat. Ribet kan?"

"Lalu bagaimana kau memasak makanan untuk Iida tanpa terluka? Waktu di cafe juga?" kali ini Midoriya yang bertanya.

"Oh...aku dibantu Ochaco hehe. Katanya ia gemas melihatku bekerja dengan lambat dan gerakan pisauku mengkhawatirkan," jelas (name) santai. ITU JELAS SANGAT BERBAHAYA (NAME)!!!

Ingin rasanya Midoroya teriaki anak itu.

"Kalau di cafe kan aku cuma jadi pelayan. Jarang masak. Kalaupun bantu urusan dapur kan aku selalu pakai kaca mata," jelas (name) sambil membulatkan jarinya kemudian menempelnya di depan mata. Seperti sebuah kacamata. "Tapi kaca mataku rusak karena pertarungan kemarin."

"Berarti di kelas kita akan ada dua mata empat," kata Midoriya polos. Ia langsung dijitak oleh (name) dan Iida bersamaan.

"Sembarangan!" sambar (name) ketus.

(Name) kemudian melirik nakas di samping ranjang Iida dan mendapati kaca mata anak itu. Ia mengambilnya dan memakai kaca mata milik Iida.

Vibe wajah (name) 180° berubah dratis. Kalau ia memakai kaca mata sifat tengilnya tertutupi dan malah menonjolkan aura yang lebih tenang dan kalem. Membuat tingkat keanggunannya naik 100%. Iida dan Midoriya yang menyaksikan itu mengaguminya diam-diam dalam hati.

"Ah tidak cocok." Ia melepas kaca mata itu dan menatap Iida yang bengong.

"Tenya bagaimana ceritanya matamu bisa rusak?" tanya (name) penasaran. Midoriya yang sudah selesai memotong apel memberikan sepotong-sepotong ke Iida dan (name).

Iida menggigit apel sebelum menjawab. "Mungkin karena aku terlalu banyak belajar?" jawabnya tidak yakin. (Name) cuma ber-oh ria. "Kau sendiri (name)? Kenapa matamu bisa rusak?"

(Name) tersentak karena ditanya balik. Ia menjatuhkan buah apel yang dipegangnya. Midoriya dengan sigap mengambil apel itu sebelum menyentuh selimut rumah sakit.

"Ada apa (name)?" tanya Midoriya. (Name) tersenyum. "Tak apa," balasnya cepat.

Gadis itu berubah diam. Membuat suasana kamar bernomor 167 itu menjadi sangat canggung. Ia melirik jendela dan mendapati malam semakin larut di luar sana. Ia ingat betul kenapa pandangannya tidak terlalu bagus. (Name) cuma tak suka mengingatnya.

"Midoriya pulang, yuk!" ajak (name) tiba-tiba. (Name) berdiri dari tempat duduknya dan membereskan sampah kulit apel.

Iida dan Midoriya menatap gadis itu heran. Iida menahan tangan (name).

"(Name) aku minta maaf kalau aku mengatakan sesuatu yang salah," kata Iida cepat setelah melihat reaksi (name). Ia merasa (name) tiba-tiba mengajak pulang karena Iida mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan pada gadis itu.

(Name) malah tertawa. Suara gema tawanya di ruangan itu membuat Iida tersenyum dan merasa sedikit lega. Ia pasti terlalu berpikir berlebihan soal teman sekelas barunya.

"Sudah jam setengah sembilan, loh! Nanti kami telat sampai di asrama dan tidur di semak-semak gimana?" balas (name). "Kau tidak perlu merasa begitu Iida, hidup itu harus santai...jangan tegang," katanya lagi sambil mengikat kantung plastik isi sampah. Ia memang mengatakan itu dengan tenang. Tapi Midoriya rasa isi hati gadis itu tidak setenang nada bicaranya.

Midoriya dan (name) kemudian pamit pada Iida. Iida mengucapkan terima kasih pada kedua orang itu.

"Kalau kau sudah sembuh kau harus menemaniku beli kaca mata baru!" (Name) mengacungkan kelingkingnya. "Janji!"

Iida menyambut jari itu dan tersenyum. "Aku berjanji akan pulih lebih cepat."

Setelahnya Midoriya dan (name) keluar dari ruang rawat Iida dan Sero. Mereka berjalan di koridor rumah sakit. (Name) menggenggam tangan Midoriya sangat erat selama mereka berjalan. Midoriya cuma menyimpan pertanyaan herannya dalam hati. Gadis yang berjalan di depannya ini tampak ketakutan. Penerus All Might itu tahu (name) menyembunyikan tangannya yang bergetar dengan meremas jari Midoriya.

Saat sudah berada di luar rumah sakit Midoriya melepaskan tangannya dari genggaman (name) dan berjalan sejajar dengan gadis itu.

Midoriya melirik wajah (name) dan mendapati raut wajah yang sangat asing.

"(Name) apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Midoriya peduli. (Name) menatap anak berkepala sayur disampingnya. Teman sekelasnya itu memasang ekspresi iba. Ingin rasanya (name) peluk, Midoriya terlalu imut dengan ekspresi itu.

"Ya ampun aku jadi ingin memelukmu."

"Apa?"

"Enggak..."

"(Name), aku serius." Midoriya kini berhenti di depan (name). Menghentikan langkah gadis itu. Meminta jawaban dari pertanyaannya yang tertunda.

(Name) menghela napasnya dengan berat. "Apa kau tidak merasa insiden kemarin itu mencurigakan?" nada bicara (name) berubah amat sangat tenang. Sesuatu yang sangat langka.

Midoriya menatap langit di atasnya, mencoba menjawab tanpa melihat mata (name) yang meredup.

"Aku tidak ada di sana secara langsung. Aku tidak tahu tapi menurutku itu sangat aneh. Karena yang menyerang adalah anak kecil jelas bukan untuk merampok. Dan dari cerita Uraraka apa mungkin insiden itu sebenarnya untuk--"

Tiba-tiba (name) menjentikkan jarinya, membuat Midoriya terkejut. "Yah, kau benar. Itu bukan perampokan. Seharusnya kemarin itu aku diculik," kata (name) chill.

Midoriya shock.

"Bisakah kau mengatakannya tidak sesantai itu (name). Kau hampir diculik loh!" Midoriya yang geram menggoyang-goyang tubuh gadis itu.

"Hehehe...habisnya selama aku hidup aku sudah berkali-kali diculik. Jadinya aku tidak kaget." Masih dengan nada santai seakan-akan itu bukan apa-apa. Midoriya yang terkenal sabaran aja rasanya pengen nampol (name) pakai Detroit Smash.

"Itu bukan sesuatu yang menyenangkan (name) bagaimana kau bisa setenang itu?" Midoriya menepuk dahinya. Ia lelah. "Tapi alasanmu diculik itu...apa karena quirkmu itu sangat hebat?"

Sontak Midoriya membatu. Saat ia menoleh wajah (Name) sudah ada di depannya. Jarak yang terbentang antara hidungnya dan hidung Midoriya mungkin cuma satu ruas jari. Wajah Midoriya hampir meledak rasanya ditatap seintens itu.

"Analisismu mengerikan ya. Apa mungkin itu alasan pembunuh orang tuaku memilihmu sebagai penerus?" (Name) menatap Midoriya seperti akan membunuhnya. Tatapan itu, seperti sebuah ancaman nyata. Mata mengerikan yang terus diwarisi selama berabad-abad dari keluarga paling brengsek di Jepang, hampir membuat penerus All Might ketakutan.

Midoriya mundur beberapa langkah. "Apa maksudmu? Tidak mungkin All Might..."

"Bau One for All terasa sangat kuat menguar darimu. Tapi kau sendiri sebenarnya tidak memiliki apapun. Seharusnya All Might memilih calon pembunuh yang lebih keren."

Midoriya mengepalkan tangannya. Telinganya panas sekali menangkap kalimat itu dari mulut (name). Ia menatap tajam gadis di sampingnya. "Kau benar sejak awal aku tidak memiliki apapun. Aku tidak mengerti maksudmu (name). All Might bukan pembunuh. Dia adalah simbol perdamaian. Simbol perdamaian yang memberiku harapan bahwa aku bisa menjadi pahlawan terbaik suatu hari nanti!" Midoriya mengatakan itu dengan tegas. Sebenarnya apa yang ada di pikiran (name)?

"Ah, orang-orang yang memuja All Might memang menjijikkan sih. Tapi bukan berarti aku membencinya. Pahlawan ya...indah sekali rasanya bermimpi seperti itu." (Name) menatap Midoriya dingin. Raut wajahnya memilukan dan seperti tidak punya harapan. Midoriya melihat sisi lain (name) malam itu. Bagian diri (name) yang paling disembunyikannya selama ini.

"Coba saja aku quirkless pasti saat aku umur 4 tahun ibuku langsung membunuhku." (Name) berjalan lebih dulu dari Midoriya. Ia mengatakannya dengan datar. Midoriya yang ada di belakang (name) tersentak mendengar kalimat itu. Ia mulai mengaktifkan One for All-nya. Mungkin memukul kepala (name) sedikit akan membuatnya sadar bahwa hidup itu berharga.

(Name) masih melanjutkan gumamannya yang membuat Midoriya semakin panas.

"Ya ampun, sampai hari ini satu-satunya tujuan hidupku cuma jadi kaya. Karena quirk sial ini aku diincar terus. Kapan aku menabungnya? Banyak hutang lagi. Pusing deh jadi buronan..." (Name) mulai melompat-lompat.

"Penjahat...pahlawan...apa bedanya Izuku? Mereka saling melukai dan membunuh satu sama lain. Mereka juga sama-sama mengincarku dengan dua ideologi yang berbeda. Demi tujuan masing-masing mereka tidak mencoba untuk memahami apa yang aku pikirkan. Atau itu hukumanku karena orang tuaku pendosa? Masa sih satu orang anak menanggung dosa keluarga? Izuku menurutmu adil tidak? Nee Izuku! Izuku! Izuku kenapa kau diam saja?"

(Name) berhenti melompat, ia berbalik dan mendapati Midoriya dengan kuda-kudanya. Gadis itu tersenyum. "Padahal kau tidak mengerti apa-apa soalku. Sekalipun kau pahlawan kau tidak bisa menyelamatkan semua orang loh!"

Midoriya melompat dan dengan cepat ia melayangkan tinjunya ke arah (name). (Name) sedikit terkejut saat tinju Midoriya hampir menghantam wajahnya. Kerapatan udara di sekitarnya berubah. Terasa seperti menajam dan bisa menyayat wajahnya kapan saja. Penerus All Might, memang sekuat itu.

Tapi (name) tahu betul Midoriya sengaja membidik ke arah yang salah. Lelaki itu tidak benar-benar niat memukul. Ia cuma menggertak.

"SETIDAKNYA AKU TIDAK AKAN LARI. DAN AKU AKAN MENYELAMATKANMU!" teriak Midoriya di depan wajah (name).

(Name) menatap Midoriya datar. Gadis itu menunduk, mengepalkan tangannya dan memukul dagu Midoriya dari bawah. Tinju itu tidak sekeras tinju anak laki-laki pada umumnya tapi Midoriya merasa rahang bawahnya tidak baik-baik saja.

"Siapa kau berani mendeklarasikan dirimu untuk menyelamatkanku?" (Name) kembali berjalan setelah usai memukul Midoriya. Ia tidak lagi melirik ke belakang. Itu mungkin tinju pertamanya setelah 3 tahun menganggur tidak berkelahi. Ia menumpahkan semua emosinya ke dalam satu pukulan.

Midoriya bangkit dengan cepat. Ia mengejar ketertinggalan langkahnya sambil mengelus dagunya yang terasa perih. Ia berjalan di samping (name) tanpa mengatakan apapun. Suasana menjadi sangat canggung.

Mereka berjalan dalam keheningan. Dalam kesunyian itu tak terasa mereka berdua sudah hampir sampai di depan gerbang asrama. Dari jarak mereka saat ini, kira-kira 100 meter, pintu asrama sudah kelihatan. Masih terpampang jelas, gerbang asrama belum ditutup.

Tiba-tiba (name) menghentikan langkahnya. Midoriya yang terkejut sontak melakulan hal yang sama. Ia ingin bertanya pada (name) mengapa tiba-tiba berhenti tapi tidak enak mengingat situasi sedari tadi sangat hambar.

(Name) menghadap Midoriya, menunduk, dan melihat dagu anak itu dari dekat. "Aku bisa dibunuh teman sekelas kalau mereka tahu aku meninjumu sampai begini." (Name) menyentuh dagu Midoriya. Yang disentuh jantungnya udah mau merosot aja rasanya.

"(Na-Name)?" Karena (name) menunduk, ia tidak dapat dengan jelas melihat wajah Midoriya yang kebakaran.

"Aku akan menyembuhkanmu dulu," bisik (name) tepat di bawah dagu Midoriya. Ia dapat dengan jelas merasakan napas (name). Duh mau pingsan aja rasanya.

(Name) cuma butuh 10 detik untuk menghilangkan luka lebam Midoriya. Midoriya juga merasa dagunya tidak lagi terasa nyeri. (Name) kembali berdiri namun tidak berjalan. Menunggu reaksi Midoriya.

"(Name), terima ka--"

"Jangan berterima kasih. Itu permintaan maaf karena memukulmu. Padahal kau tidak terlibat apapun. Maaf, moodku sedang tidak bagus hehe..." (Name) mengatakan itu sambil tertawa. Ia kembali pada sifat tengilnya.

Midoriya bernapas lega. "Ano...(name)-san, kau bisa menceritakan hal-hal yang mengganggu pikiranmu padaku. Mungkin aku bisa membantu mengurangi masalahmu," tawar Midoriya tulus.

"Benarkah?" tanya (name). Ia memasang wajah berbinar-binar. "Kau mau mendengarkan keluh kesahku?"

Midoriya mengangguk mantap. "Aku siap mendengarkan semua ceritamu."

"Sebenarnya kotak bekal Uraraka tertinggal di rumah sakit."

Saat itu, terlihat pendaran cahaya hijau di jalan menuju asrama. Besoknya di lokasi tersebut terdapat lubang yang lumayan dalam. Menurut investigasi Mina, ada alien yang mendarat di sana saat malam hari.

°°°°°

Tbc.
|
|
Wuf wuf...

Aku nulis chapter ini berhari-hari buat mikir. Tetep aja garing. Asyudahlah.

°Charriot's Note°

Hai, di sini Charriot. Ada yang ingin aku sampaikan :"

Aku harap kalian mengerti dengan baik.

Untuk saat ini alurnya bakalan berjalan lambat sambil membuat (name) belajar mengendalikan quirknya dan mengupas masa lalu lewat kode-kode nuklir. Aku harap kalian bersyabar dan tidak bosan untuk jalan cerita ke depan yang aku mainkan. Dari awal aja cerita ini udah absurd. Penulisnya juga absurd sih astaghfirullah :(

Karena sebenarnya, sejak awal cerita ini lebih aku fokuskan ke cerita sehari-hari kalian seperti mengalir begitu saja. Tapi aku janji ga bakalan melupakan inti ceritanya. Aku cuma takut kalian tidak suka dengan alur yang 'lelet'. Karena sekali lagi di arc ini, aku bakalan banyakan cerita ampas-ampasan di sekolah ketimbang perang-perangan.

Dan aku mau kita menikmati keabsurdan anak-anak U.A di 'masa tenang' sebelum akhirnya faksi penjahat, bala-bala All for One, dan Angkatan Militer mulai bergerak.

Eh tapi aku terlalu rajin update ga sih? Dahal ini work ga rame-rame amat. Tapi alasanku up cepat-cepat adalah karena...

Aku ambil alur lambat untuk arc (name) di sekolah so thaat...aku bakalan sering update, so jangan bosan dan jangan kaget kalau rentang chapter updatenya cuma beda 1-2 hari. Aku melakukan itu supaya tetap konsisten dan ga lupa sama alur cerita ini. Meskipun aku menjalankannya lambat kali ini.

Itu aku lakukan supaya cerita intinya tidak aku lupakan. Dan supaya aku ga bosan sendiri baca ceritaku yang 'lelet'. Jujur aku kalau baca ulang suka teriak.

"INI AKU NGETIK APAAN YA LORD"

Mana udah ke-publish

Malu saya...

Kalau udah end, baru direvisi. Saya mah emang brengsek, maklumi.

Sebenarnya sih kan ya, cerita-cerita aku. Mau alurnya satu chapter cuma nyeritain kegiatan selama satu jam ya ga masalah. Tapi kan ya cerita ini tuh udah aku publish. Dan ada yang baca, hebat kalian bisa nyasar. Aku sendiri tak menyangka.lol. Dan aku membuat note ini adalah karena aku ingin menghargai kalian sebagai pembacaku. Meskipun yang bakalan baca ini cuma 1 orang sekalipun.

Aku bakalan mencoba menjadi 'penulis amatir' sebaik mungkin. Karena itu, aku minta maaf untuk alur lelet ke depannya. Semoga kalian yang membaca mengerti.

Aku mencintai kalian semua.
Kecup manis(ˊ˘ˋ*).
Charriot–.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro