Parmesan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hmm, jam 8," erangmu saat terbangun karena terkena sinar mentari yang merambat dari jendela kamar apartemenmu.

Kamu menggaruk kepalamu yang tidak gatal dan berusaha bangkit dari kasur. Ini hari ketujuh kamu bekerja di minimarket dan rasanya berat sekali untuk bangkit.

Seandainya setelah sebelum lulus SMA kamu belajar lebih rajin, mungkin sekarang kamu sudah duduk di bangku perkuliahan bersama oppa-oppa ganteng. Saat itu kamu terlalu sibuk fangirling dan pacaran pada akhirnya pupus semua harapanmu berkuliah di tahun ini.

Kuliah di kampus swasta bukan pilihan karena biayanya yang cukup tinggi. Sebelumnya juga kamu bersekolah di SMA swasta dan masih ada dua adikmu yang masih belum lulus SMP. Akhirnya tahun ini kamu harus bekerja di minimarket milik orang tuamu.

Rasanya hidup belum puas mengerjaimu, setelah pengumuman hasil ujian perguruan tinggi dua minggu lalu, kamu diputuskan oleh Park Jihoon.

Ah, sayangnya penyesalan datang di akhir. Kalau di awal namanya pendaftaran.

....

"Kenapa sih hari ini cerah, males banget sih." keluhmu sambil mengayuh sepeda dengan cepat menuju minimarket setelah tadi mendapat omelan dari ibumu dan ancaman dicoret dari kartu keluarga.

Ya, seharusnya kamu sudah berada di minimarket sejak jam 7 pagi. Akan tetapi, karena terlambat akhirnya kamu harus terburu-buru dan berangkat dengan wajah yang masih kusut nan berkerut.

Padahal hari ini terlalu cerah untuk dilewatkan dengan perasaan buruk. Bunga-bunga sakura yang mekar dan berguguran, pasangan-pasangan yang bermesraan juga berpiknik, juga wangi rebusan teh yang dari termos, langit biru berawan.

"Ih, bunga-bunga sialan!" gerutumu yang memang alergi terhadap benih-benih.

Akhirnya kamu sampai setelah berjuang melewati lorong yang membuatmu bersin sepanjang jalan.

"Nak, tolong angkut di depan ada kiriman barang baru. Terus, roti di etalase tolong yang masa expirednya hari ini pindahkan ke rak roti diskon. Oh, ya, nanti siang juga ada ...."

Baru masuk ke minimarket sudah ada ratusan perintah yang menerjang. Rasanya ingin meledak dan marah tetapi tidak bisa karena bosmu adalah ibumu sendiri.

....

"Terima kasih," ujarmu dengan senyum palsu kepada pelanggan terakhir di shiftmu.

Akhirnya pukul lima sore tiba, saatnya menuju Gom Cafe. Kafe buku langgananmu, update novel online juga komik romansa kesukaanmu, dan fangirling sampai tutup.

Sebenernya ini yang membuatmu kelelahan. Anehnya, kamu selalu melakukan hal ini setiap hari.

"Selamat sore, Mas kurus!" sapamu pada penjaga kafe buku langgananmu yang sampai hari ini namanya masih menjadi misteri bagimu.

"Sore, Dek gembul!" balasnya.

"Ih, aku udah diet tahu, liat nih. Kurusan kan?"

"Iya deh. Mau pesan apa?"

"Kayak biasa." Kemudian ia memberikan satu plastik berisikan ramen, telur, permen jeli, kacang, cokelat, dan soda.

"Eh, tumben nggak sama Jihoon?" tanya paman kurus dan kamu hanya tersenyum.

Kamu memberikan kartu membermu dan setelahnya segera menuju ke ruangan biasanya. Ternyata ada sesuatu yang berbeda di sana.

"Ih, ada boneka beruang gede banget!" serumu riang dan segera memeluk beruang yang sedang duduk di sofa.

....

Jihoon sudah dua jam memakai kostum beruang untuk membantu pamannya mempromosikan kafe buku. Ia sudah seminggu bekerja di sini sebagai boneka beruang hidup karena gagal dalam tes perguruan tinggi.

Orang tuanya yang hidup di desa memang punya usaha tetapi ia tidak ingin memberatkannya lagi. Sudah cukup saat Jihoon memaksa ingin sekolah SMA di kota demi perguruan tinggi terbaik di kotanya. Itu niatnya dulu.

Sekarang, pemuda itu hanya tinggal berdua dengan pamannya, pemilik kafe buku ini dan rasanya meminta uang untuk kuliah swasta yang biayanya tinggi tidak pantas juga. Toh pamannya juga masih punya anak bayi.

Seakan belum cukup dengan keadaannya, ia harus memutuskan hubungan kemesraannya dengan dirimu karena pacaran membutuhkan banyak biaya dan waktu. Sekarang ia harus fokus untuk mengembangkan dirinya sendiri dahulu.

Rasanya malu, saat SMA dulu ia asik berpacaran denganmu berkeliling kota dan bermain sepulang sekolah tapi kini ia tak ubahnya seorang pecundang.

"Ah, gila capek banget," keluhnya dalam peluh. Pemuda berponi itu memutuskan untuk beristirahat di salah satu sudut ruangan dan melepaskan kepala beruang yang sejak tadi ia pakai. Akan tetapi, baru 20 menit beristirahat, ia mendengar suara yang mengarah ke tempatnya beristirahat sekarang. Segera ia pakai kembali kepala beruang itu.

"Ih, ada boneka beruang gede banget!" Beberapa saat setelah seruan itu, Jihoon merasakan pelukan erat dan pukulan-pukulan gemas.

Ia tidak boleh marah, harus tetap dalam perannya sebagai boneka beruang hidup.

Jihoon melambaikan tangannya ke arah suara itu dan ia terkejut saat menemukan bahwa itu dirimu.

"Anjir, kenapa harus ketemu dia sih? Gue kan malu," pikir Jihoon.

"Hmm, beruang ... siapa nama kamu?" tanyamu sambil masih memeluk Jihoon.

Pemuda itu berdiri dan menujukkan tulisan 곰* di perutnya, "Oh, nama kamu beruang ya. Nggak kreatif abis."

Sementara dalam pikir Jihoon, "Ya, kalo nggak kreatif kenapa lo tiap dua hari sekali dateng ke kafe ini, bodoh."

Kemudian Jihoon hanya bisa bertingkah lucu menanggapi komentarmu sambil perlahan berjalan menjauh dari dirimu.

Seperti bisa membaca pikiran, kamu mencegah Jihoon untuk pergi, "Sini, jangan pergi. Temenin aku dulu," rajukmu sambil menarik-narik kostum Jihoon.

Setelah pergelutan yang seru akhirnya Jihoon menyerah. Pemuda berkostum itu duduk di lantai berkarpet halus dan kamu duduk di pangkuannya.

....

"Ih, lucu banget sih mereka kabe-don!" jeritmu sambil menarik-narik tangan kostum Jihoon sementara pemuda itu kesakitan dalam diam di balik kostum.

Ternyata itu belum seberapa, saat membuka halaman berikutnya di komikmu terdapat adegan ciuman. Meledaklah sudah histeria fangirling dalam dada.

"Woi, lucu banget!" serumu dengan suara berat ala rocker yang jarang dikeluarkan sambil mengguncang-guncang Jihoon.

Saat sedang asik mengguncang tiba-tiba kepala kostum Jihoon terlepas. Pemuda itu sudah lemas sejak tadi dan sudah tidak ada niatan mengambil kepala kostumnya.

Persetan dengan ketahuan, dia selelah itu.

Saat selesai mengguncang akhirnya pemuda itu terkulai dan terdengar suara seperti kepala terbentur dan sebuah erangan, "Ih, beru ... Jihoon?"

Pemuda itu ingin menanggapi tetapi kepalanya pusing sekali dan semuanya mendadak gelap.

....

Jihoon mengerang saat merasakan sakit seperti lebam di kepalanya. Sesekali ia mengerjap dan melihat sekeliling. Sepertinya sekarang ia tidak lagi menggunakan kostum beruang di kafe buku. Ini di kamarnya.

Kemudian ia mendengar suaramu, "Jihoon, maafin ... aku nggak tahu kalau itu kamu."

Pemuda itu masih berusaha memproses info dengan keadaannya.

"Aku kenapa?" tanya Jihoon.

"Sekarang jam sembilan malam dan kamu pingsan sejam yang lalu di kafe buku karena kelelahan terus kepala kamu benjol karena terbentur meja," jelasmu.

Jihoon bergumam menanggapi, "Aku shock beneran kalau kamu fangirling bisa sebuas itu. Dulu waktu masih sama aku kayaknya kamu cuma ketawa imut doang kalo liat uang kayak gitu," ujarnya mengenang.

Kamu terkekeh "Every girl has shade, kalau di depan pacar harus kalem dong."

"Oh, pacar nih?" tanya Jihoon, "Well, mungkin kita harus omongin perkara itu," sambungnya.

Mendengar ujaran Jihoon, sepertinya malam ini kamu harus menelepon mama bahwa akan pulang larut malam.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro