[WONWOO] Cold Hearted Girl

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

FYI, ini masih ada lanjutannya yang [Wonwoo] Meet You Again, yaa. Selamat membaca :)

--

"Semua sudah siap?" tanya Sutradara Song. "Okay, camera, rolling, action!"

Areum mengamati dengan wajah datar adegan yang kini sedang terpampang di depannya. Sungguh kegiatan yang melelahkan sekaligus membosankan. Dibandingkan ikut syuting, ia lebih memilih untuk mengurung diri di kamar dan tenggelam dalam buku-buku miliknya. Apalagi jika ia harus mengorbankan akhir pekannya dengan melihat Wonwoo.

"Cut! Kerja bagus semuanya," teriakan Sutradara Song membuat Areum sedikit berjengit kaget di tempatnya duduk. "Istirahat makan siang dulu. Setelah itu kita melanjutkan scene berikutnya."

Sutradara Song kini beralih melihat Areum yang sedari tadi hanya diam saja duduk di sampingnya. "Maaf sudah mengambil akhir pekanmu, Penulis Yoon. Tapi kami membutuhkanmu disini karena penulis senior tidak dapat hadir untuk dua bulan ke depan. Kuharap kau tidak keberatan."

Areum berusaha menunjukkan senyum terbaiknya. Sutradara Song pasti akan merasa tidak enak hati jika tahu bahwa sebenarnya Areum sudah ingin pulang dari tadi.

"Tidak masalah, lagipula aku hanya akan menghabiskan sebagian besar waktuku di rumah jika tidak berada disini," ucap Areum sopan. "Aku senang karena para aktor sangat baik dalam memainkan peran mereka. Jadi tidak terlalu banyak perubahan line. Feel yang sejauh ini terlihat pun cukup baik dengan gambaran novelku."

"Syukurlah," balas Sutradara Song terdengar lega. "Kalau begitu, ayo kita makan siang bersama." Areum mengangguk kecil menyanggupi.

"Jeon Wonwoo-ssi, Song Yewon-ssi, Kang Sungwoo-ssi, kemarilah. Kita makan siang bersama," ajak pria berusia setengah abad itu. Dalam hati Areum mengeluh. Ia tidak ingin berada dekat dengan Wonwoo. Jarak minimal adalah lima meter.

Ketiga artis yang tadi dipanggil Sutradara Song datang mendekat. Dalam keadaan genting seperti ini, seketika Areum merindukan Eunkyung. Asisten penulisnya itu dapat diandalkan dalam situasi kikuk seperti sekarang. Sayangnya, gadis itu sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Alhasil Areum datang seorang diri ke tempat syuting. Sedari tadi pun ia kebanyakan diam saja sembari mengamati orang-orang di set mengatur peralatan syuting, mendandani para aktor, dan kameramen serta orang yang mengatur masalah suara mengerjakan bagiannya masing-masing.

Areum berjalan di sisi Sutradara Song yang sedang asyik bercengkerama dengan Kang Sungwoo, pemeran second lead male. Areum hanya mendengarkan dalam diam. Sesekali ia menimpali jika Sutradara Song meminta pendapatnya. Nasib buruk Areum terhenti ketika mereka sudah sampai di restoran ayam tak jauh dari sana. Ia langsung melarikan diri dengan alasan butuh memakai toilet.

"Ugh, melelahkan," keluh Areum sembari memijat kedua pundaknya.

Semalam ia begadang untuk menulis. Pagi harinya ia ditelepon secara tiba-tiba oleh asisten Sustradara Song dan mengatakan bahwa dirinya diminta bertindak sebagai co-director untuk dua bulan kedepan. Tanpa bisa menolak, Areum mengepak barang-barang miliknya seadanya dan pergi menuju Cheongsando Island bersama dengan para kru film.

"Butuh bantuan, Penulis Yoon?"

Areum sontak membalikkan badannya. Wajahnya berubah masam ketika tahu siapa yang menyapanya dengan suara berat. Gadis itu memandang berkeliling, tidak ada orang lain di sekitar sana. Suasananya cukup aman.

Areum berjalan mendekati Wonwoo dengan langkah berani. Ia berhenti dalam jarak yang sangat dekat hingga dapat mencium aroma parfum maskulin yang dikenakan pria itu. Areum mendongakkan kepalanya, menantang tatapan pria yang jauh lebih tinggi darinya itu.

"Jangan pernah menyapaku jika bukan untuk urusan pekerjaan," desisnya dengan nada mengancam. Gadis itu berbalik badan dan akan berjalan menjauh.

Wonwoo secepat kilat menyambar lengan kanan Areum. "Yoon Areum, tunggu sebentar. Tempo lalu aku tidak memiliki kesempatan untuk mengatakan ini padamu. Aku benar-benar menyesal karena memperlakukanmu seperti orang lain. Aku minta maaf atas ketidaksopananku."

Areum mendengus kesal. Ia menyentakkan lengannya hingga tangan Wonwoo terhempas bebas. "Baguslah kalau kau menyadari itu," balas Areum sinis. "Aku justru berterimakasih padamu. Aku tidak akan bisa hidup tenang jika orang-orang ini tahu bahwa kau kenal denganku. Maka dari itu, mulai sekarang, bersikaplah sebagai orang lain padaku."

"Yoon Areum!" panggil Wonwoo lagi ketika gadis itu sudah akan melangkah pergi. "Tidak bisakah kita bersikap sebagai teman dekat?"

Areum menghentikan langkahnya. Ia diam saja, tidak berani membalikkan badan. Pikirannya goyah atas tawaran Wonwoo. Dalam hati kecil, gadis itu pun merasa tidak enak karena selalu bersikap kasar pada Wonwoo belakangan ini.

Wonwoo tersenyum kecil. Ia berjalan mendekati Areum karena merasakan tekad gadis itu sedikit goyah dengan ucapannya tadi. Sedikit memberanikan diri, Wonwoo kembali membuka suaranya.

"Bisa kan, Areum-ah?" tanya Wonwoo. Kali ini ia mencoba menggunakan sapaan akrab yang biasa terucap di antara mereka dulu.

Areum menghela napas panjang. Gadis itu menggeleng kecil, lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri. Tanpa banyak bicara, Areum melanjutkan langkahnya menuju meja dimana Sutradara Song dan beberapa orang lainnya sedang bercengkerama.

---

Wonwoo memutar-mutar ponselnya di tangan kanan. Pandangannya nyalang mengamati hamparan bunga canola yang mekar di musim semi ini lewat jendela kamar inapnya. Pikiran pria itu melayang bebas entah kemana. Bahkan panggilan Ilsung tidak dapat didengar olehnya.

"Wonwoo-ya," orang yang dipanggil berjengit kaget. Ia menoleh karena ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang. "Sedari tadi aku panggil, kau tidak menengok sama sekali."

"Ah, maaf Hyung. Aku sedang melamun," kata Wonwoo sambil mengarahkan pandangannya ke atas. "Ada apa, hyung?"

"Makanlah," Ilsung meletakkan tas plastik berisi ayam goreng pesanan artisnya itu. "Kenapa kau tidak mau makan bersama dengan yang lain?"

"Geunyang," jawab Wonwoo acuh. Ia mencomot sepotong paha ayam dan memakannya dengan lahap.

Melihat hal itu, Ilsung hanya geleng-geleng kepala. Ia tahu bahwa Wonwoo sangat lapar. Namun entah mengapa pria itu menolak untuk ikut ke restoran bersama dengan Sutradara Song beserta para artis lainnya, dan lebih memilih menunggu lama pesanan ayam gorengnya.

"Kau sedang menghindari seseorang? Bukankah kau lebih suka daging sapi dibandingkan ayam?"

Pertanyaan Ilsung mampu membuat Wonwoo tersedak. Pria itu menepuk-nepuk dadanya sembari terbatuk. Sang manajer dengan panik mencarikan air mineral untuknya.

"Hei, pelan-pelan saja," ucap Ilsung setelah batuk Wonwoo mereda. "Atau jangan-jangan pertanyaanku tadi tepat sasaran?"

"Molla," jawab Wonwoo. Ia enggan memperpanjang percakapan itu dan kembali menyambar sepotong daging ayam dari kotak. "Hyung, makanlah. Kau pasti lelah dengan jadwalku seharian ini. Kau boleh tidur cepat, aku juga tidak akan pergi kemana-mana lagi."

"Oh ya, tadi Song Yewon-ssi menanyakan mengapa kau tidak ikut makan bersama. Aku hanya menjawab bahwa kau terlalu lelah dan memilih beristirahat di kamar," lapor Ilsung. Pria itu ikut mengambil sepotong daging ayam.

"Bagus," puji Wonwoo. Ia berusaha menelan dengan susah payah makanan yang membuat kedua pipinya menggembung. "Aku mulai lelah dengan sikap manja dan sok manis wanita itu."

"Benarkah?" Ilsung tampak sedikit terkejut. "Kukira kau tidak masalah akan hal itu. Apalagi Song Yewon-ssi sangat cantik dan manis. Kau pun selalu menanggapi perkataannya dengan senyuman. Tidak terlihat sama sekali kalau kau tidak suka dengannya."

Wonwoo menunjukkan senyuman mautnya. Senyum manis, namun memiliki arti berkebalikan. "Hyung, habiskan saja. Aku mau main game."

Setelah berkata begitu, Woonwoo benar-benar berdiri dan membasuh tangannya yang berminyak di kamar mandi. Pria itu memasang headphone untuk menyumpal kedua telinga dan menjatuhkan tubuh di atas kasur. Ia tidak akan bisa diganggu lagi jika sudah menemukan posisi ternyamannya untuk bermain game. Bahkan teriakan Ilsung yang memarahinya karena tidak menghabiskan makan malamnya pun tidak ia indahkan lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro