[WONWOO] Kisseu Scene

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Areum merapikan peralatan make up di atas meja dan mengepaknya menjadi satu ke dalam koper. Eunkyung duduk sembari mengerjakan tugas yang diberikan Areum padanya dengan jari telunjuk mengetuk-etuk permukaan meja. Gadis itu akhirnya menyerah. Ia memanggil sang senior dan meminta bantuannya.

"Eonnie, aku tidak tahu lagi bagaimana harus merubah part ini tanpa adegan ciuman namun dengan feel yang serupa," keluh Eunkyung. Ia mengubah arah kursi putarnya sehingga menghadap Areum yang masih fokus memasukkan barang-barang ke dalam koper.

"Karena aku tidak bisa, aku memberikan pekerjaan itu padamu. Jadi kau harus bisa mengerjakannya," kata Areum. Tangannya tetap bekerja dengan tangkas.

"Sebenarnya mengapa hal ini bisa terjadi secara tiba-tiba?"

"Molla," jawab Areum. Ia menegakkan punggung dan balik menatap ke arah Eunkyung. "Pagi ini secara tiba-tiba Sutradara Song memintaku untuk mengubah skripnya. Katanya, itu permintaan Jeon Wonwoo-ssi. Tapi, kalau mengubah alur cerita secara tiba-tiba, hal itu bisa merusak karyaku secara keseluruhan."

"Tidak bisakah kau membujuk aktor pria itu, eonnie? Dia menyusahkan sekali. Akhir-akhir ini selalu manja, padahal dia baru saja debut," keluh Eunkyung.

Areum tersenyum miring. Sebenarnya ia tahu alasannya. Wonwoo sengaja berbuat hal-hal yang sangat kekanakkan untuk membuatnya susah. Pria itu tidak pernah membiarkannya beristirahat sedikit pun. Bahkan karena ulah Wonwoo, Areum sampai kehilangan ide untuk melanjutkan cerita buatannya saat ini.

"Baiklah," ucap Areum pada akhirnya. Ia tidak ingin Wonwoo secara tidak langsung merusak suasana satu tim dengan tingkah laku menyebalkan. "Kalau begitu, kau sekarang di kamar saja sambil memikirkan plot yang sesuai. Aku akan mencoba untuk bicara dengan aktor utama kita itu."

---

"Mau apa kau kemari?" tanya Wonwoo dengan nada datar. Ia bahkan tidak mempersilahkan gadis di hadapannya untuk duduk terlebih dahulu.

Areum menghela napas panjang. Kedua matanya terpejam kuat sebelum menyunggingkan senyum manis andalannya. Dalam hati, ia berdoa agar dirinya bisa bersabar menghadapi pria di depannya ini.

Setelah melalui diskusi alot dengan Sutradara Song dan Penulis Choi Eunju, akhirnya Areum mendapat izin untuk membujuk Wonwoo. Areum secara jujur mengatakan bahwa ia tidak ingin mengubah naskah drama. Skrip sedari awal sudah diberikan pada sang artis dan sudah langsung disetujui. Lagipula Areum tidak ingin membuat karya besarnya rusak karena perbuatan Wonwoo.

Dengan segala keberanian, Areum akhirnya menemui Hong Ilsung dan membicarakan perihal tersebut. Manajer Seventeen yang selama empat hari ini menemani Wonwoo dan mengurus segala keperluannya selama berada di pulau Cheongsando, akhirnya mengalah. Ia mempersilahkan gadis itu untuk langsung menemui Wonwoo dan berdiskusi. Sejujurnya, Ilsung pun sudah lelah dengan tingkah Wonwoo yang menurutnya seperti gadis remaja masuk masa pubertas. Labil.

"Ah, penulis Yoon, silahkan duduk dulu," justru Ilsung yang mempersilahkan gadis itu untuk duduk. Areum mengangguk kecil pada Ilsung dan memilih sofa yang berhadapan langsung dengan Wonwoo. "Mau minum apa, Penulis Yoon?"

"Tidak perlu, aku tidak akan lama disini," tolak Areum secara halus.

"Kalau begitu langsung saja kau bicara apa maksud tujuanmu kemari," sela Wonwoo lagi.

Ilsung tampak bingung sekaligus tidak enak hati ketika menyadari nada peperangan yang artisnya keluarkan. Padahal Wonwoo tidak pernah berbuat seperti itu sebelumnya pada siapapun. Hubungannya dengan Penulis Yoon pun tampak baik-baik saja sejak hari pertama bertemu. Kenapa Wonwoo berubah seperti ini?

"Kau ingin membujukku untuk tidak mengubah alur naskah drama? Tidak akan bisa," kata Wonwoo tanpa membiarkan Areum untuk menanggapi perkataannya. "Sudah jelas, kan? Kalau begitu kau bisa keluar dan segera perbaiki naskahmu."

Areum berhasil mempertahankan senyumannya. Ia menoleh ke arah Ilsung yang masih berdiri terpana dengan ucapan Wonwoo.

"Maaf, bisakah Anda tinggalkan kami berdua sebentar?" pinta Areum.

Tatapan Ilsung kini beralih pada Areum. Ia tampak bingung bagaimana harus mengatasi hal ini. Rasanya kepala sudah mau pecah. Padahal ia baru dua bulan menjabat sebagai manajer, entah sampai kapan dirinya mampu bertahan.

"Pergilah hyung, aku bisa mengatasi hal ini sendiri," kata Wonwoo akhirnya. Ia tidak tega karena beberapa hari belakangan dirinya selalu menyusahkan pria itu.

"Kau yakin?" Wonwoo mengangguk mantap. Ilsung sekali lagi melihat ke arah Areum dan Wonwoo secara bergantian. "Baiklah. Hubungi aku jika kau butuh sesuatu." Ilsung pun mengangguk kecil pada Areum sebelum berjalan keluar ruangan.

"Nah, sekarang kita bisa bicara dengan lebih nyaman."

Kedua mata Areum sukses melebar. Ia menjadi saksi perubahan raut wajah dan nada bicara Wonwoo yang amat sangat drastis. Pria itu awalnya bersikap dingin padanya, namun ketika sang manajer sudah berada di luar ruangan, ia kembali menjadi Wonwoo yang playful. Wonwoo yang selama ini dikenalnya.

Areum mendengus keras. Ia memalingkan wajah ke arah lain dengan tak suka. "Dasar aktor kelas kakap," gumamnya pelan pada diri sendiri.

"Kau bilang sesuatu?"

"Tidak," tukas Areum cepat. "Kelihatannya kau selama ini hanya main-main. Kau cukup membuatku repot, Jeon Wonwoo-ssi," sambung gadis itu.

Wonwoo menaikkan satu alisnya sambil tersenyum miring. "Ternyata kau sadar juga," balas pria itu. "Tapi hasil kerja kerasku berbuah manis. Setidaknya kau jadi mau berbicara denganku. Tidak selalu kabur seperti biasa."

Areum menghela napas panjang. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menyandarkan punggungnya di sofa. "Kau melakukan ini semua hanya untuk hal itu?"

Wonwoo mengangguk semangat. Kedua matanya berbinar-binar. Areum segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Niat gadis itu untuk bertahan bisa melemah hanya karena melihat aegyo yang dikeluarkan Wonwoo. Bahaya.

"Kau tahu Areum-ah," ucap Wonwoo lagi. "Berpura-pura untuk tidak mengenalmu adalah hal berat bagiku. Aku tidak bisa menganggapmu begitu saja sebagai angin lalu."

"Jeon Wonwoo-ssi, kurasa perjanjian kita waktu itu sudah cukup jelas. Biarkan masing-masing dari kita menjalani hidup baru tanpa saling mengganggu," balas Areum mengingatkan. "Kau menolak untuk menerima perasaanku walaupun kita berdua tahu kita saling menyayangi. Saling menyapa dan membohongi diri sendiri kalau diantara kita tidak ada perasaan khusus hanya akan membuat kita semakin sakit hati. Kita harus saling melupakan, Jeon Wonwoo-ssi."

"Kau tidak bertanya mengapa."

"Maksudmu?" Areum menelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan maksud ucapan Wonwoo.

"Kau tidak bertanya mengapa aku tidak bisa membalas perasaanmu padahal aku juga memiliki perasaan yang sama terhadapmu," ucap Wonwoo memperjelas.

Areum terdiam. Gadis itu kemudian menunduk. "Tidak akan ada yang berubah jika aku menanyakan hal itu sekarang. Aku tetap akan menghilangkan perasaan sukaku padamu."

"Kau masih menyukaiku?" tanya Wonwoo. Tidak dapat dipungkiri, dalam pertanyaannya terselip harapan yang membuncah.

Areum hanya tersenyum tipis. Ia tidak mengiyakan ataupun menolak. Lagipula baginya kalimat itu bukanlah pertanyaan penting saat ini.

"Karena keinginanmu untuk bicara denganku sudah terpenuhi, kini giliranku untuk menagih janji," kata Areum tegas. "Jangan minta aku untuk mengubah naskahnya. Lakukan saja sesuai dengan line yang tertulis. Lagipula adegan ciuman seperti itu pasti bukan sesuatu yang susah bagimu."

"Kau mengalihkan topik pembicaraan," keluh Wonwoo. Pria itu menghela napas berat. "Baiklah. Aku akan melakukannya. Tapi kau perlu tahu sesuatu, adegan seperti itu berat untuk aku lakukan."

"Kenapa? Bukankah aktingmu selama ini untuk mengerjaiku dan seluruh tim produksi berhasil?" sindir Areum.

Wonwoo diam saja. Pria itu lalu bangkit dari duduknya dan berjalan memutari satu-satunya meja yang menjadi pembatas ruang gerak mereka. Areum melihat Wonwoo takut-takut ketika menyadari bahwa pria itu bergerak menghampirinya yang masih terduduk. Melihat Wonwoo duduk di sebelahnya, secara refleks, Areum terus menggeser posisi hingga ujung sofa.

"Susah untukku, karena aku masih menyukaimu," ucap Wonwoo dengan nada rendah tepat di sebelah telinga kiri Areum yang masih menunduk dengan memejamkan kedua matanya rapat-rapat.

Selang beberapa detik, Wonwoo menjauhkan tubuh. Ia berusaha keras menahan tawanya agar tidak keluar. Sebelah tangannya terulur dan mengacak rambut Areum dengan gemas.

"Kau sudah selesai berkemas untuk kembali ke Seoul, kan? Hati-hati selama di perjalanan. Aku akan menyusul pulang dalam beberapa hari," lanjut Wonwoo. Pria itu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kulkas kecil di dalam ruangan. Ia menarik satu kaleng minuman soda dari dalam sana. "Atau kau mau menunda kepulanganmu dan menemaniku syuting?"

Wajah Areum memerah menahan malu. Jantungnya berdebar sangat keras. Untung saja perbuatan Wonwoo tadi tidak membuat asmanya kambuh karena lupa bagaimana cara mengatur napas dengan baik. Dasar orang jahil!

Tanpa mengucapkan salam, Areum berdiri sambil mengambil tasnya yang tergeletak di sofa. Ia sempat bertukar pandang dengan Wonwoo yang masih saja berdiri sambil menyunggingkan senyuman nakalnya. Areum kesal. Ia berjalan keluar ruangan dengan langkah kaki menghentak-hentak lantai.

Tawa Wonwoo pecah tepat bersamaan dengan pintu kamar hotelnya yang terbanting menutup oleh ulah Areum. Ia merasa menang dan senang. Gadisnya telah kembali.

--

Oh ya, untuk di book ini, ceritanya Wonu itu nyambung yaa. Awalnya mau aku bikin buku khusus Wonu-Areum part 2, tapi sepertinya tidak bisa hehe.

As usual, ramaikan lapak ini dengan vomment kalian yaa ;)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro