[WONWOO] MEET YOU AGAIN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ilsung hyung," panggil Wonwoo pada salah seorang manajer yang menemani menjalani jadwal siang ini.

"Ya?"

"Aku mau yogurt rasa strawberry," pinta Wonwoo. "Aku akan menunggu di taman atas," lanjutnya lagi sambil merujuk sebuah tempat istimewa bagi member Seventeen jika sedang memiliki jadwal syuting di gedung itu.

"Udara sedang dingin. Kau bisa terkena flu jika berada di sana terlalu lama," ucap Ilsung mengingatkan.

"Tidak apa. Aku sedang lelah bertemu dengan banyak orang," kilah Wonwoo. "Tolong carikan pesananku ya, hyung. Terima kasih."

Begitu menyelesaikan kalimatnya, Wonwoo bergerak menuju lift. Ia menekan angka yang menunjukkan lantai tertinggi di gedung itu. Tujuan utamanya adalah taman di rooftop. Ia memang sedang benar-benar lelah dengan latihan hari ini. Padahal baru dua jam berlalu.

Ternyata menjadi artis tidak semudah kelihatannya. Penghayatan peran tidak terbentuk secara instan. Butuh lebih dari sekali-dua kali berlatih. Beruntunglah ia memiliki banyak rekan kerja yang mampu membantunya memperbaiki segala kekurangan.

Dua minggu yang lalu, Wonwoo sempat tidak percaya bahwa akhirnya ia mendapatkan tawaran bermain peran yang selama ini ia idamkan. Ketika salah seorang staff agensi memberitahunya, Wonwoo tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa drama yang akan diperankannya merupakan karya adaptasi dari novel bestseller.

Wonwoo tidak menyangka bahwa dirinya akan menjadi pemeran utama pria. Padahal ini adalah kesempatannya untuk debut menjadi artis. Bagaikan mendapat durian runtuh, sekalinya debut, ia langsung mendapat peran penting dari hasil naskah novel terkenal. Mingyu bahkan sampai iri dengan dirinya.

Wonwoo berjalan menuju sebuah gazebo yang biasa ia jadikan tempat bersantai. Langkahnya melambat ketika menyadari pondokan kecil itu sudah terisi orang lain. Wonwoo menghela napas kecewa. Ketika ia akan berbalik, tubuhnya terdiam. Pria itu baru sadar bahwa seseorang yang sedang konsentrasi dengan laptopnya itu adalah Areum.

Berperang dengan berbagai spekulasi yang bertebaran di alam pikirnya, akhirnya Wonwoo memutuskan untuk menyapa Areum. Kali ini tanpa kepura-puraan.

"Halo," sapa Wonwoo. Walaupun ia berusaha terlihat sesantai dan setenang yang ia bisa, ia tidak dapat memungkiri bahwa kali ini jantungnya berdegup sangat cepat.

Areum mengangkat wajahnya. Saat tahu bahwa Wonwoo yang datang menyapa, gadis itu hanya melengos. Ia terlihat tidak tertarik dengan kehadiran pria itu. Bahkan tanpa berusaha menutupi rasa tidak sukanya, Areum mulai membenahi peralatan menulisnya yang terserak.

"Hei, setelah sekian lama tidak bertemu, begini sikapmu padaku?" tanya Wonwoo berusaha terdengar tidak menghakimi.

Areum memicingkan mata. Tangannya berhenti bergerak memasukkan tumpukan kertas kedalam tasnya. "Bukankah kau duluan yang memulainya?" tembak Areum tanpa rasa takut sedikit pun.

"Maksudmu?" tanya Wonwoo tidak mengerti. Ia mengernyitkan dahinya, benar-benar tampak clueless.

Areum berdeham kecil sebelum kembali bicara. "Selamat siang, Penulis Yoon. Perkenalkan saya Jeon Wonwoo Seventeen," kata Areum menirukan kalimat yang tadi Wonwoo lontarkan ketika bertemu dengannya dan produser tadi pagi. "Tahu maksudnya, kan? Jadi anggap saja kita tidak pernah saling kenal sebelumnya. Aku harus masuk kembali ke dalam. Selamat siang, Jeon Wonwoo-ssi," Areum menutup tasnya dan berdiri. Sebelum berlalu ia mengangguk kecil pada Wonwoo.

Wonwoo terpana di tempat. Ia tidak menyangka pertemuannya kembali dengan Areum setelah sekian lama berlangsung seperti itu. Yah, ia pun menyadari kesalahannya. Wonwoo hanya mampu menyesali perbuatannya yang terlihat sangat tidak sopan dan tidak adil bagi Areum.

Areum menutup pintu dengan suara menjeblak. Wonwoo yang berdiri agak jauh dari sana pun sampai bisa mendengarnya. Pria itu jadi tahu bagaimana kesalnya Areum dengan sikapnya tadi.

Sebenarnya Wonwoo melakukan hal itu karena tidak ingin membuat suasana di tempat syuting menjadi tidak nyaman. Ia bisa membayangkan bagaimana pandangan orang-orang jika tahu bahwa Areum mengenal Wonwoo. Pasti akan menjadi tidak nyaman. Apalagi pria itu sadar bahwa Areum bahkan tidak tahu bahwa Wonwoo-lah yang memainkan peran penting dalam dramanya.

Wonwoo jadi teringat dengan perpisahan mereka berdua. Areum memilih untuk menjauh. Wonwoo pun tidak ingin bersikap egois. Ia mengikuti keinginan gadis itu. Mereka berdua sudah terlalu banyak merasakan sakit hati. Mungkin keputusan untuk berpisah adalah pilihan terbaik.

Namun, semesta tidak mendukung. Areum dan Wonwoo kembali dipertemukan dalam lingkungan pekerjaan. Syuting drama tentu saja akan memakan waktu hingga berbulan-bulan. Wonwoo dapat membayangkan bagaimana dirinya akan sering bertemu dengan Areum. Keadaan yang tidak bisa dihindari karena keduanya harus bersikap professional dan totalitas dalam hal pekerjaan.

Wonwoo mendengus kecil. Senyumnya mengembang diwajah yang sedari tadi diam tanpa ekspresi. Bayangan Areum yang menirukan dirinya berbicara dengan raut wajah kesal kembali hinggap dipikirannya. Wonwoo harus mengakui bahwa gadis itu terlihat benar-benar menggemaskan ketika sedang merajuk. Wonwoo tidak dapat menyangkal bahwa hal itu mampu menimbulkan getaran tersendiri di hatinya.

---

"Argh, Yoon Areum bodoh," rutuk Areum pada dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk kedua pipinya pelan. Ia memandangi pantulan wajahnya pada cermin kamar mandi. Areum kemudian menggeleng pelan ketika bayangan Wonwoo merasuki pikirannya. "Berhenti. Jangan memikirkannya lagi."

Namun semakin disangkal, semakin kuat juga bayangan itu muncul di otaknya. Areum makin menyadari kebodohannya akan perbuatannya tadi di rooftop. Sangat kekanak-kanakan. Ugh, andaikan tidak ada acara wawancara dengan media massa, pasti dirinya akan memilih untuk segera pulang. Areum tidak ingin bertemu dengan Wonwoo lagi!

Areum memilih masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Daripada memikirkan Wonwoo, lebih baik ia bersiap-siap untuk jumpa pers. Areum tidak ingin mengacaukan drama pertamanya.

"Wah, kau lihat tadi, eonnie? Wajahnya benar-benar tampan jika dilihat dari dekat. Jeon Wonwoo seorang dewa," sebuah suara wanita terdengar memasuki kamar mandi.

"Aku beruntung menjadi lawan mainnya dalam drama ini," timpal suara lain.

Areum mengernyitkan dahinya. Sudah bukan rahasia lagi kalau toilet wanita adalah tempat bergosip yang seru bagi kaum hawa. Hanya saja, kenapa dari sekian banyak topik pembicaraan, Areum lagi-lagi harus mendengar perihal cowok itu?

"Hei, namamu akan melejit jika kau berhasil membuat chemistry yang erat dengannya," seru suara wanita yang pertama.

"Benar juga," balas suara lain. "Aku pun menerima panggilan drama ini karena tahu bahwa lawan mainku adalah Jeon Wonwoo. Dengan ketenaran yang dimilikinya, aku pun pasti dapat dilirik oleh orang banyak."

"Akan lebih bagus lagi kalau diakhir drama ini, kau jadian dengannya."

"Yang benar saja," pekik wanita kedua meninggikan suaranya. Areum yang tanpa sengaja mencuri dengar percakapan itu hanya mampu menahan napas. "Ide bagus, Eunha!"

Kedua wanita itu tertawa kecil. Entah kenapa Areum tidak suka mendengarnya. Baginya itu adalah ide buruk. Lagipula Song Yewon, pemeran utama wanita yang menjadi lawan main Wonwoo, adalah seorang rookie di dunia industri. Jelas saja wanita itu hanya ingin memanfaatkan ketenaran Wonwoo.

"Bagaimana? Make-up ku sudah bagus kan? Aku tidak ingin merusak acara jumpa pers nanti," kata Yewon.

"Kau akan bersinar di sisi Jeon Wonwoo," timpal wanita yang bernama Eunha. "Ayo kembali ke dalam. Jangan sampai kau terlambat karena terlalu lama disini."

Areum menunggu selama beberapa saat di dalam bilik. Setelah yakin bahwa kedua wanita yang tadi membicarakan Wonwoo sudah pergi, gadis itu baru berani keluar dari tempat persembunyiannya. Ia bergerak mencuci tangannya di wastafel tanpa banyak membuang waktu. Benar seperti yang tadi keduanya bicarakan, ia harus bergegas kembali untuk menghadiri acara jumpa pers.

Bayangan Wonwoo kembali berkelebat. Areum menggeleng kuat. Ia tidak peduli dengan pria itu. Entah mau pacaran dengan siapapun, Areum tidak akan peduli. Gadis itu merasa cukup dengan mencintai pekerjaannya. Sejauh ini Areum pun merasa baik-baik saja tanpa kehadiran Wonwoo di kehidupannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro