6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bora terbangun mendengar keributan yang terjadi di dapur. Gadis itu meregangkan kedua lengannya ke atas. Sambil mengenakan sandal kamar berbentuk karakter animasi doraemon, Bora menyeret langkahnya menuju tempat dimana saudara kembarnya sedang membereskan kekacauan yang dibuat oleh Chan.

"Kau duduk saja di depan TV," usir Nara pada Chan. Pria itu menunduk dalam-dalam. Tanpa banyak bicara, Chan berlalu mengikuti perintah Nara.

"Ada apa, Kak?" tanya Bora. Gadis itu melirik Chan dengan tatapan kasihan.

Nara menghela napas panjang. Wanita itu tampak gusar karena dapurnya menjadi berantakan oleh lelehan telur yang meninggalkan bau amis dimana-mana. Bora mengikuti arah pandang kakaknya. Ia segera mengambil lap kotor tak jauh dari sana.

"Biar aku saja yang membersihkannya," ucap Bora menawarkan bantuan. "Kau lanjutkan saja acara memasakmu tadi."

"Mian," Nara mengusap wajah dengan sebelah telapak tangannya. "Apa suaraku tadi membuatmu terbangun?"

Bora meringis. "Tidak kok. Aku memang berniat bangun pagi," bohong gadis itu. "Kau mau memasak apa? Persediaan telur kita tidak ada yang tersisa," ucap Bora. Tangannya tak berhenti membersihkan pecahan kulit telur yang terserak di lantai. Sepertinya secara tidak sengaja Chan menjatuhkan satu bungkus berisi selusin telur ayam ketika akan membantu noona-nya itu membuat sarapan.

Nara berjalan ke arah lemari pendingin. "Masih ada ayam fillet dan brokoli. Apa itu cukup?"

"Cukup untukku," jawab Bora. Gadis itu sudah selesai dengan pekerjaannya. "Setelah aku mengepel lantai ini, aku akan segera membantumu memasak. Kau harus persiapan berangkat kerja kan?"

Nara mengangguk. Ia kini sibuk mengeluarkan bahan-bahan yang akan digunakannya untuk memasak. Wanita itu terbiasa bekerja dengan cepat dan tertata.

"Apa Nara Noona masih marah padaku?" tanya Chan setengah berbisik ketika Bora lewat untuk mengambil alat pel.

"Akhir-akhir ini mood-nya jadi lebih sering berubah, mungkin efek kehamilannya. Jangan terlalu dimasukkan dalam hati," jawab Bora menenangkan. "Lebih baik kau mandi dan bersiap-siap mengantarnya bekerja. Amarahnya akan mereda tak lama lagi. Kau bisa ikut sarapan bersama kami."

Chan mengangguk pelan. Ia masih merasa bersalah. Niat ingin membantu, dirinya malah membuat kekacauan di pagi hari. Semoga saja suasana hati Nara akan cepat membaik seperti yang dibilang Bora tadi.

---

Setelah mengantar Nara berangkat ke tempat kerja, Chan melajukan mobil milik wanita itu menuju suatu tempat tak jauh dari sana. Pukul dua nanti ia sudah harus kembali menjemput Nara, ia tidak ingin membuat wanita itu emosi lagi dengan terlambat menjemputnya. Bahkan walaupun sudah tidak semarah tadi pagi, sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam saja. Nara yang terlalu cuek dan lelah menolak tawaran antar jemput pria itu dan Chan yang terlalu takut dengan amarah Nara.

"Selamat datang," sapa seorang karyawan ketika Chan membuka pintu cafe.

"Ice Americano satu," pintanya tanpa perlu melihat menu. Pria itu menyodorkan sebuah kartu sebagai metode pembayaran. "Apa Melodi Noona ada?"

"Beliau belum datang kemari," jawab pelayan itu ramah. "Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Kemarin aku minta reservasi ruang VIP padanya," ucap Chan. "Atas nama Han Hyesung."

Pegawai itu paham. "Mari saya antarkan ke ruangannya. Kebetulan Han Hyesung-ssi sudah menunggu Anda."

"Benarkah?" Wajah Chan berseri-seri. Pria itu tanpa banyak basa-basi mengikuti sang pelayan menuju ruangan yang dimaksud.

"Datang juga," sapa Hyesung semangat begitu melihat kedatangan Chan.

Gadis itu walaupun belum pulang sehabis jaga shift malam, keceriaannya selalu terpancar. Sepertinya hal itu juga yang membuat Hyesung mudah mendapat banyak teman. Bahkan Jihoon yang notabene tidak gampang dekat dan terkesan pemalu dengan makhluk hidup bernama perempuan pun berhasil luluh olehnya.

"Sudah menunggu lama ya?" tanya Chan. Ia mengambil tempat duduk di seberang Hyesung. "Maaf mengambil waktu istirahat Noona seperti sekarang."

"Tidak masalah, lagipula aku hanya akan menghabiskan waktuku dengan tidur seharian penuh," jawab Hyesung sembari tertawa kecil. "Jadi, apa yang mau kau tanyakan?"

Chan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia tampak bingung dan kikuk. "Ehm, sebenarnya aku mau tahu bagaimana hasil pemeriksaan kandungan Nara noona kemarin. Aku tidak berani menanyakannya langsung pada Nara noona."

Hyesung mengamati Chan selama beberapa saat. Gadis itu menghela napas panjang. "Dia tidak memberitahunya padamu dan kau tidak mau menanyakan langsung padanya. Kalian harus membenahi hubungan suami-istri agar tidak susah dalam membesarkan anak kalian nantinya."

Chan cemberut. "Ugh, sudah seminggu ini aku hanya mendengar omelan semua orang."

"Mian, mian," Hyesung tertawa kecil. "Baiklah. Aku akan memberitahumu."

Chan membenahi posisi duduknya. Entah mengapa ia jadi tertarik dengan kondisi kandungan Nara. Padahal dulu ia selalu meyakinkan diri bahwa ia tidak punya urusan dengan si kembar, apalagi Nara bersikeras mampu merawatnya seorang diri. Mungkin ketertarikan itu muncul setelah kemarin malam hingga hari ini ia melihat bagaimana kerasnya perjuangan Nara saat mengandung. Mulai dari mengatasi mual hebat, mengendalikan mood swing-nya yang parah, memilih makanan dan kegiatan yang tidak terlalu membahayakan diri, hingga hal kecil seperti lebih sering mencuci muka karena wajah jadi lebih berminyak dari biasanya.

"Sejujurnya memeriksakan diri saat usia kandungan sudah sembilan minggu sangatlah berbahaya. Masa tiga bulan kehamilan adalah masa-masa genting dalam mengandung," ucap Hyesung memulai penjelasannya. "Tapi untunglah, kandungan Nara sehat dan baik-baik saja. Sepertinya prinsip hidup sehat yang selalu dianutnya sangat berpengaruh. Heran, mengapa Nara bisa lupa dengan siklus bulanannya," Hyesung menggeleng pelan. "Lupakan, lupakan. Mungkin dia terlalu sibuk."

"Jangan bergumam sendiri," sungut Chan. "Aku tidak mengerti apa bahayanya mengetahui usia kehamilan selambat itu."

"Oh God!" Hyesung membelalakkan matanya. "Tentu saja itu bahaya. Bagaimana jika Nara tidak tahu bahwa ia sedang mengandung dan kemudian mengalami pendarahan begitu saja? Pada trimester pertama juga perkembangan syaraf janin berlangsung, asupan vitamin dan nutrisi lainnya sangat berperan penting. Belum lagi, Nara hamil bayi kembar. Itu bukanlah kehamilan normal."

"Tunggu, tunggu. Terlalu banyak informasi yang kudengarkan," Chan memegangi kepalanya. "Jadi, intinya bagaimana? Kondisinya baik atau tidak?"

Hyesung mengetuk-etukkan jari telunjuknya pada dagu. "Hmm, bisa dibilang kondisi saat ini tidak ada masalah, tapi kehamilan kembar memiliki banyak resiko." Hyesung tersenyum ketika melihat anggukan kepala Chan. Pria itu akhirnya mengerti. "Tenang saja, kemarin aku sudah meminta segera dilakukan pemeriksaan tambahan penting untuk mengetahui lebih jauh kondisi kehamilan Nara. Minggu depan, saat Nara dijadwalkan kontrol ulang, hasilnya baru akan dibaca dan diberitahukan padanya langsung."

"Semoga tidak ada apa-apa," doa Chan. "Kemudian, apa kondisi mood ibu hamil memang gampang berubah? Walaupun aku tidak terlalu dekatnya, setidaknya aku tahu bahwa selama ini Nara Noona tidak gampang marah dan sangat dewasa. Tapi sekarang berbeda. Kemarin malam dia cuek padaku, kemudian ia terlihat santai dan malu-malu, terus pagi ini ia marah hanya karena aku menjatuhkan telur saat akan membantunya memasak."

"Ada pengaruh dari perubahan hormonnya, Chan," jawab Hyesung menenangkan. "Tolong dimaklumi ya. Hamil saja sudah cukup membuatnya susah, sebaiknya kau bisa bersikap lebih hati-hati. Yah, sekalian belajar menjadi suami dan calon ayah yang baik," Hyesung terkekeh kecil ketika mengucapkannya.

Chan hanya tersenyum simpul. Ia menyesap kopinya sejenak. Suami dan calon ayah yang baik. Bahkan hatinya saat ini sedang terombang-ambing tak tentu arah. Sesungguhnya ia juga masih merasa tidak siap untuk bertanggung jawab sebagai seorang ayah. Ditambah, kini ia tinggal serumah dengan gadis yang disukainya. Argh, Chan sungguh bingung.

"Kalau begitu apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang?" tanya Chan lagi.

"Hei, kau bisa membaca buku untuk menjawab pertanyaan itu," sahut Hyesung.

"Noona kan tahu, aku paling malas membaca," jawab Chan sembari menunjukkan cengirannya. "Setidaknya kalau Noona yang mengajariku, aku bisa belajar dengan lebih mudah. Tanpa perlu membaca."

Hyesung memutar bola matanya. "Arra, arra. Kalau begitu, keluarkan ponselmu dan catat apa yang akan aku jelaskan padamu baik-baik. Kau boleh menyelaku dengan pertanyaan jika ada hal yang tidak jelas."

"Noona terdengar seperti dosen killer," keluh Chan. Tapi pria itu tetap menuruti perkataan Hyesung dengan mengeluarkan ponselnya dari saku dan bersiap mencatat.

Hyesung tertawa. Gadis itu memberikan instruksi dan menjelaskan apa-apa saja yang harus Chan lakukan dalam mengawasi kehamilan Nara. Pria itu berubah dalam mode serius. Walaupun otaknya terlalu lambat untuk menerima itu semua, ia terlihat bersungguh-sungguh untuk mempelajari semuanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro