9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Empat hari tiga malam. Itu waktu yang dijanjikan Chan pada Nara untuk tidak pulang ke rumah. Sebenarnya Nara tidak ambil pusing juga apakah pria itu akan kembali atau tidak. Ia sudah terbiasa tinggal sendiri di apartemen, apalagi ketika jadwal kegiatan saudara kembarnya sebagai seorang idol sedang padat dan mengharuskan Bora tinggal di dorm bersama teman-temannya demi efisiensi waktu. Mengurus diri sendiri bukanlah sesuatu yang sulit bagi wanita seperti Nara.

Nara bahkan sempat heran ketika menyadari adiknya menjadi lebih sering berada di apartemen mereka ketimbang di dorm. Ketika ditanya, Bora menjawab bahwa dirinya harus menjaga Nara yang sedang mengandung. Bahkan gadis itu menyuruh Chan untuk tinggal bersama menemani Nara. Sepertinya semua orang benar-benar mengkhawatirkan kondisinya. Padahal Nara sendiri berusaha bersikap biasa saja.

Kini sudah terhitung tujuh hari Chan menghilang. Mendekati hari rilisnya lagu baru mereka, jadwal Seventeen makin padat. Hal itu juga yang membuat Chan tidak bisa menepati janjinya untuk pulang ke apartemen Nara dalam empat hari. Hanya sesekali saja pria itu berkirim pesan menanyakan kabar Nara. Bahkan tidak ada percakapan telepon. Chan terlihat sangat berhati-hati dalam bertingkah terutama ketika para manajer berada di dekatnya.

Pintu apartemen terbuka, Nara mempersilahkan tamunya masuk dengan tidak enak hati. Pasalnya, ia terlalu lelah untuk membersihkan rumahnya. Wanita itu takut sang tamu terganggu dengan keadaan tempat tinggalnya sekarang.

"Maaf, aku belum membereskannya sebelum berangkat kerja tadi pagi," ucap Nara malu. Wanita itu terlihat mengambil sebuah buku yang tergeletak di atas sofa sembari mempersilahkan lawan bicaranya duduk. "Duduk saja dulu, Hyesung. Aku ambilkan minuman dulu."

Hyesung mendaratkan tubuhnya di sofa. Pandangannya berkelana mengamati sekitar. Walaupun Nara bersikap berlebihan dengan mengatakan apartemennya tidak rapi, tetap saja ruangan itu terlihat baik dan tertata apik. Sudah bisa dipastikan Nara merupakan orang yang suka dengan kerapihan dan kebersihan. Seperti Hyesung.

"Bora sibuk, Chan sibuk. Kau tinggal sendiri?" tanya Hyesung.

"Aku tidak masalah dengan hal itu," jawab Nara santai. Ia membuka pintu kulkas dan mengamati isinya. "Kau mau air mineral, cola, atau jus?"

"Air mineral saja cukup," jawab Hyesung. Gadis itu meraih salah satu buku yang terserak di dekat tempatnya duduk. "As expected from you. Kau tipe orang pembelajar ternyata. Buku sebanyak ini sudah kau baca semua?"

Nara kembali ke ruang tengah dengan sebotol air mineral dingin milik Hyesung dan segelas jus jeruk untuknya sendiri. Ia meletakkan minuman itu ke atas meja dan mengamati Hyesung yang sudah terpana membaca berbagai judul buku yang belum sempat ia rapikan. Nara terkekeh geli melihat ekspresi takjub Hyesung.

"Aku tidak bisa bertanya banyak pada ibuku. Jadi aku mencari sumber belajar lain dengan membaca banyak buku," jawab Nara.

Hyesung menoleh. "Kapan kau akan bilang pada mereka? Kau pasti butuh banyak bantuan. Apalagi ketika usia kehamilanmu semakin tua dan perutmu semakin membesar."

"Aku bingung bagaimana menyampaikannya," jawab Nara terus-terang. "Namaku bisa dicoret dari kartu keluarga kalau mereka tahu aku hamil di luar nikah. Aku juga takut kedua orangtuaku tidak menerima kehadiran anak ini," lanjut Nara sembari mengelus perutnya.

Hyesung tidak berkomentar. Ia pun tidak punya banyak solusi untuk masalah yang satu itu. Apalagi Nara sudah pernah mengatakan bahwa ayahnya sangat disiplin dalam mendidik anak-anaknya. 

"Kalau begitu, kau harus selalu meminta bantuan pada siapapun jika kau memang tidak mampu, mengerti?"

Nara tertawa kecil mendengar kalimat berisi ancaman yang dikeluarkan Hyesung barusan. Ia memang belum lama mengenal gadis di sampingnya ini. Namun kepribadian Hyesung yang easy going dan perhatian membuatnya nyaman. Hyesung juga sudah banyak membantunya sejauh ini. Nara bersyukur ia dapat mengenal Hyesung lebih dekat, walaupun harus dengan perantara sebuah masalah yang tidak kecil baginya.

"Tenang saja. Aku sudah menyimpan beberapa nomor orang yang bisa kumintai bantuan di tombol speed dial-ku," jawab Nara menenangkan. "Oh ya, kau bilang ingin ke kamar mandi kan?" 

"Oh iya, aku sampai lupa," ucap Hyesung. Ia bangkit dari duduk sembari meringis. "Dimana ya?"

Nara tertawa melihat kelakuan Hyesung. Pantas saja gadis itu disukai banyak orang. "Pintu yang itu." jawab Nara sembari mengacungkan telunjuknya. Hyesung segera melangkah menuju arah yang ditunjuk Nara.

---

"Iya, Oppa. Aku sedang masak sekarang."

Nara melirik ke arah Hyesung yang sedang memotong wortel. Gadis itu bekerja sembari menerima telepon dari Jihoon. Dilihat dari gerakan tangan Hyesung yang tak interupsi sama sekali, Nara dapat menyimpulkan bahwa Hyesung terbiasa bekerja multitasking

"Oh ya. Malam ini aku menginap di tempat Nara ya," ucap Hyesung di telepon. Gadis itu menyempatkan diri mengedipkan sebelah matanya ke arah Nara. "Ah, dia baik-baik saja. Aku hanya sedang bosan di rumah seorang diri. Jadi saat siang tadi aku menemaninya kontrol ke dokter, aku sekalian saja main ke rumah Nara sembari mengantarnya pulang. Terus sampai sekarang aku masih ada disini," Hyesung terkekeh.

Nara tidak terusik dengan percakapan antara Hyesung dan Jihoon. Wanita itu kini sibuk mencampur tepung dan ayam cincang dalam satu mangkuk besar. Ia akan membuat adonan nugget ayam.

"Ah, Chan-ah!"

Tangan Nara berhenti di udara saat mendengar nama Chan disebut dalam telepon Hyesung. Ia menoleh ke arah Hyesung yang saat ini sedang menatapnya. Sepertinya gadis itu sedang mendengarkan dengan seksama suara diseberang saja.

"Kau berisik sekali," ejek Hyesung. "Nih, bicara saja langsung pada istrimu," Hyesung menyodorkan ponselnya ke arah Nara. Tanpa suara, mulut gadis itu mengeja nama Chan.

Nara meraih lap dan membersihkan tangannya dulu sebelum menerima uluran ponsel Hyesung. Sebenarnya ia masih belum terbiasa dengan sebutan suami-istri untuk menggambarkan hubungannya dengan Chan. Namun, ia tak mau membuat orang lain curiga.

"Halo," sapa Nara kaku. Masalahnya sudah seminggu ini ia tidak mendengar suara Chan.

"Noona, bagaimana kondisinya?" tanya Chan langsung.

Nara mengernyitkan dahi. Chan terdengar antusias dengan kondisi kandungannya. Apa ia tidak salah dengar? 

"Hm, mereka baik-baik saja. Pemeriksaan tambahan yang diminta Hyesung pun hasilnya bagus semua. Kau tidak perlu khawatir," jawab Nara jujur.

"Kalau begitu, bagaimana kondisi Noona sekarang?" tanya Chan lagi. Tak tahu kah pria di seberang sana bahwa pertanyaannya barusan menimbulkan efek debaran jantung Nara menjadi tak karuan? Nara berusaha mengatur napas agar jantungnya kembali normal.

"Kau khawatir padaku?" 

"Eh," Chan tergeragap. "Aku tidak boleh khawatir?"

Nara mencoba mengulum senyum. "Aku baik-baik saja. Mual-mualnya juga sudah tidak separah kemarin." Nara melirik ke arah Hyesung yang sedang tersenyum jahil padanya. Jengah, Nara memilih menjauh dan duduk di sofa ruang tengah. "Kau bagaimana kabar? Sibuk sekali ya?"

Terdengar suara tawa renyah Chan dari sana. "Sibuk dan melelahkan, namun aku suka. Bertemu dengan para penggemar memberikan energi tersendiri bagiku. Oh ya, saat ini kami juga sedang makan malam bersama para artis lain dari Pledis."

"Oh ya?" sahut Nara. "Kalau begitu ada Bora juga disana?"

"Tentu saja. Ah Bora Noona berjalan kesini. Sepertinya Jihoon hyung yang memberitahunya," kata Chan. Terdengar suara ramai candaan Chan dan Bora, Nara jadi merasa tersisihkan. Wanita itu hanya menunggu sembari mendengarkan percakapan seru mereka.

"Kalau begitu, aku tutup teleponnya dulu ya, Noona. Aku tidak mau membuat orang lain curiga dengan membiarkan Bora Noona menerima teleponmu dengan ponsel Jihoon hyung. Besok aku pulang," suara Chan kembali terdengar. "Sampai bertemu besok!"

Nara menatap layar ponsel yang sudah kembali menggelap. Sambungan telepon terputus bahkan sebelum ia sempat membalas sapaan Chan. Sepertinya pria itu benar-benar takut dengan para manager yang akan mengetahui hubungan mereka. Nara menghela napas panjang. 

"Kenapa?" tanya Hyesung ketika melihat raut wajah mendung milik Nara.

Nara menggeleng pelan. Ia mengembalikan ponsel di tangannya pada sang pemilik. "Chan hanya bilang besok ia akan kembali pulang."

"Bukankah seharusnya kau senang?" tanya Hyesung heran.

Otak Nara berputar cepat. Ia segera memasang senyuman manis di wajahnya. "Aku hanya tidak siap mendengar suara berisiknya lagi di rumah ini."

Hyesung tertawa menanggapi. Keduanya kembali bekerja di dapur. Nara menghela napas. Untung saja Hyesung tidak curiga. Sebenarnya tadi ia melenguh panjang seperti itu karena kesal menyadari bahwa Chan lebih sering bertatap muka dengan saudara kembarnya ketimbang dirinya. Ugh, Nara pun bingung mengapa hal sepele seperti tadi mampu mengusik pikirannya. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro