FEEL ANGRY?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Matteo menggeliat dan bergerak hanya untuk memeriksa sebelah ranjang tempatnya tertidur, ia meraba-raba areal di sebelahnya dan ketika telapak tangan lelaki itu menyentuh bantal dan sprei yang terasa dingin mata lelaki itu terbuka sepenuhnnya. Areal di sebelahnya sudah kosong, Matteo menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari keberadaan Dalarisa, si pirang yang sudah mengguncang malamnya.  Lelaki itu bangkit dari ranjang dan mencoba mencari keberadaan Dalarisa di dalam kamar mandi. Matteo begitu geram ketika tidak menemukan keberadaan perempuan itu dimanapun.

Matteo yang masih bertelanjang dada mencoba mencari kemejanya dan akan pergi dari sana namun urung ketika ia juga tak menemukan kemeja yang di pakainya kemarin malam. Matteo mengerutkan alis, seingatnya kemarin ia melemparkan kemeja itu di bawah lantai tapi kenapa ia tak bisa menemukan kemejanya. Matanya tak sengaja menangkap dress mini milik Dalarisa yang masih tertinggal disana. Jadi wanita itu kabur dengan mengenakan kemeja miliknya, baik kita lihat saja nanti. Matteo akan menangkap wanita itu bagaimanapun caranya, karena Matteo belum puas bermain dengan wanita itu. Dan beraninya wanita itu kabur dari dirinya setelah kemarin mereka melakukan sex yang hebat.

Apa Matteo mengatakan sex yang hebat tadi? Memang tak bisa di pungkiri dari sekian banyak wanita yang ditiduri oleh dirinya, hanya si piranglah yang bisa membuat Matteo candu. Matteo masih penasaran dengan rasa wanita itu tapi wanita itu malah menginjak harga diri Matteo dengan kabur seperti ini. Apa wanita itu pikir Matteo adalah seorang gigolo yang setelah selesai di pakai ia di hiraukan!? Matteo tak terima, wanita itu harus di beri hukuman. Matteo mengempaskan dress mini itu ke atas ranjang, dengan amarah yang memuncak Matteo mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan menghubungi seseorang, "bawakan aku pakaian ganti sekarang ke Hotel Polaris."

Setelah sambungan telponnya di matikan, Matteo kembali menaruh ponselnya di atas nakas dan ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah lima belas menit berlalu ia keluar dari kamar mandi bersamaan dengan suara ketukan di depan pintu kamar. Matteo berjalan ke arah pintu dan membukanya menampilkan sosok Noel berdiri di sana membawa sebuah paper bag hitam.

"Tuan saya membawakan baju ganti untuk anda." Noel memerlihatkan paper bag yang di bawanya ketika ia sudah berada di tengah kamar.

"Letakkan di sana." Sahut Matteo singkat dan menunjuk ke arah sofa dengan dagu.

"Apa ada yang harus saya kerjakan lagi Tuan."

Matteo nampak sedang menimbang dan mengempaskan bokongnya di atas sofa sembari menaruh handuk kecil itu ke sembarang arah. Sedangkan Noel yang masih berdiri mulai memerhatikan kondisi seisi kamar yang bagaikan kapal pecah, terutama pada areal ranjang. Ia yakin pasti semalam Tuannya sedang melakukan sex panas terlihat dari bagaimana penampilan ranjang itu yang sudah porak-poranda.

"Kau cari tahu asal-usul wanita yang bersamaku kemarin malam." Suara Matteo mengembalikan pandangan Noel ke arah Tuannya itu.

"Tapi Tuan, bagaimana saya mencari tahu tentang wanita yang bersama anda kemarin malam sedangkan saya tidak ikut bersama anda kemarin?" Noel nampak kebingungan dengan perintah Tuannya. Jika kemauan Tuannya seperti itu, bukankah itu sama saja seperti mencari jarum di atas tumpukan jerami.

"Aku akan mengirimkan foto si pirang padamu nanti."

"Baik Tuan."

Setelah itu Matteo bangkit dari sofa dan meraih paper pag hitam itu dan membawanya masuk ke kamar mandi. Sedangkan Noel masih berdiri di sana menunggu Tuannya hingga selesai berganti pakaian untuk mendapatkan perintah kembali.

***

"Dalarisa Montero! Darimana saja dirimu?" Amora mendelik tajam ketika mendapati cucu perempuannya itu berjalan mendekati meja makan.

Dalarisa pulang dari hotel dengan terburu, untung saja Sasha mau membantu dirinya bersiap-siap sebelum ia bertemu dengan Neneknya. Sasha yang membantunya merapikan diri memicingkan mata meminta penjelasan ketika melihat penampilan Dalarisa saat pulang hanya mengenakan kemeja kebesaran di tubuhnya dan belum lagi ada tanda kemerahan di lehernya. Dalarisa hanya mampu menyengir menampilkan deretan giginya yang rapi pada Sasha dan mengatakan akan memberikan penjelasan setelah urusannya dengan sang Nenek selesai. Ia tidak mau kalau sampai dirinya di coret dari daftar warisan. Dalarisa tidak mau itu terjadi, ia sudah terlalu senang hidup dengan kemewahan yang dimilikinya saat ini.

Dalarisa mengenakan baju turtleneck berwarna putih di padu dengan rok hitam mini yang menampilkan kaki jenjangnya yang begitu mulus. Ia merias wajahnya dengan make up minimalis dan menggerai rambut pirangnya. Setelah selesai Dalarisa langsung melesat keluar kamar dan menemui Amora.

"Oh Nenek. Selamat pagi Nenekku sayang. Hari ini kau terlihat begitu cantik, aku menyayangimu Nek." Dalarisa berlari kecil mendekati Amora yang sedang duduk sambil menyeruput tehnya. Dalarisa menghambur dan memeluk tubuh Amora namun wanita tua itu bergeming.

"Dalarisa jangan mencoba mengalihkan pertanyaanku. Jawab pertanyaanku!"

"Baik, baik Nek aku tak bisa berbohong padamu. Aku dari rumah temanku, kemarin temanku mengadakan pesta ulang tahun jadi kami merayakannya. Ya sekalian saja aku menginap di sana." Dalarisa menarik kursi dan duduk di sana, seorang pelayan mendekat dan menuangkan segelas susu di gelas. Satu pelayan lainnya meletakkan pork toast with bacon di hadapan Dalarisa.

Dalarisa yang sudah kelaparan sedari tadi mengambil garpu dan pisau untuk memotong makanan di hadapannya, Dalarisa kemudian memasukkan potongan makanan itu kemulutnya dan mengunyahnya pelan. Dalarisa baru ingat kemarin malam dirinya hanya makan sedikit saja dan belum lagi ia mendapat serangan dari lelaki yang di temuinya di club dan itu sangat menguras energi.

Bicara soal lelaki yang di temuinya di club, Dalarisa jadi kepikiran bagaimana respon lelaki itu ketika ia terbangun dan tak mendapati Dalarisa di sana. Apa lelaki itu akan mencarinya?

"Kau jangan hanya tahu bersenang-senang saja Dalarisa. Ingat kau juga punya tanggung jawab. Jika kau tidak bisa mengemban tanggung jawab itu, aku tidak akan segan-segan mengusirmu dari rumah ini, apa kau mengerti?" Peringatan dari Amora menyadarkan Dalarisa dari pikirannya.

Dalarisa mendongak hanya untuk menatap wajah Neneknya yang masih terlihat begitu muda walaupun sudah berumur hampir tujuh puluh tahun. Sangat sedikit kerutan di wajah wanita itu yang terlihat, bahkan wanita paruh baya itu masih mengenakan full make up di wajahnya. Mungkin itu karena ia adalah seorang pemilik perusahaan kosmetik terbesar di New York, jadi Amora sangat memerhatikan kecantikan dan kesehatan kulitnya sendiri.

"Mengerti Nek, aku sangat mengerti." Dalarisa masih mengunyah makanannya dan mengangguk pelan sebagai jawaban

"Aku tidak mau perusahaan yang sudah kubangun menjadi bangkrut karena dirimu," kembali Amora memberi peringatan keras pada Dalarisa tanpa menatap wajah cucunya itu dan lebih memilih melipat koran yang tadi di bacanya.

"Baiklah Nek." Sahut Dalarisa ogah-ogahan masih sibuk memotong makanannya dan menyuapnya.

"Ingat besok akan ada pertemuan dengan perusahaan Alta Corp. Kau harus menghadirinya, kita akan membicarakan kerjasama dengan perusahaan mereka mengingat untuk perluasan penjualan kita di bidang produk kosmetik." Amora mendongak dan menatap Dalarisa sepenuhnya.
Kini Amora memusatkan pandangannya pada Dalarisa dan menaikkan satu alisnya ketika melihat wanita itu menggunakan baju turtleneck. Tadi Amora tidak memerhatikannya, biasanya Dalarisa selalu mengenakan pakaian terbuka. Apa mungkin cucunya itu sedang mencoba style baru?

"Baik Nenek." Dalarisa mengembuskan napasnya pelan dan kembali menjawab perkataan Amora.
Setelah mengucapkan itu Amora Montero berlalu dari sana diikuti oleh kedua asistennya dari belakang. Sedangkan Dalarisa masih mendumel mengeluarkan umpatannya tanpa suara.

Setelah Amora berlalu dari sana, Sasha berjalan menghampiri Dalarisa yang masih memakan sarapannya sambil mengumpat tidak jelas. "Lalu apa yang akan kau katakan sekarang?"

"Apa?" Sembur Dalarisa melotot tajam melihat Sasha yang sudah duduk di sebelahnya.

"Itu." Sasha menunjuk leher Dalarisa yang tertutup turtleneck, "aku penasaran dimana saja kau memiliki tanda merah itu." Sasha meneliti penampilan Dalarisa dari atas hingga ke bawah.

"Hentikan Sasha kau membuatku tidak nyaman, aku merasa seperti Alien saja melihat tatapanmu itu." Dalarisa memutar matanya jengah. Ayolah, ia hanya melakukan sex dengan lelaki bukan tindak kejahatan.

"Kau tidak nyaman dengan tatapanku tetapi sangat menikmati sex-mu kemarin malam kan. Kau tahu aku hampir membuatku mati hari ini!" Sasha berdecak dan ikut mengambil sarapan yang ada di atas meja dan memakannya perlahan.

Wajah Dalarisa merona merah mendengar ucapan Sasha, ia jadi teringat bagaimana lelaki itu memasuki dirinya. Bagaimana lelaki itu menghujam dirinya maju mundur, Dalarisa masih bisa merasakan bagaimana lelaki itu bergerak di dalam dirinya. Dengan memikirkannya saja membuat bagian bawah Dalarisa berdenyut dan basah, Dalarisa tidak menyangka jika kemarin malam menjadi malamnya yang terhebat.

Dalarisa akui lelaki itu begitu ahli dalam memberikan kenikmatan pada dirinya. Bahkan Dalarisa masih ingat bagaimana rasa lelaki itu di mulutnya, ia tak menyangka milik lelaki itu mampu memenuhi dirinya di bawah sana. Padahal ketika ia mencecap rasa lelaki itu, ia seperti hampir mati tersedak dengan ukuran yang di miliki lelaki itu.

Tanpa sadar Dalarisa menggenggam erat garpu yan ada di tangannya, ia masih mmebayangkan bagaimana pergulatan mereka malam itu. "Aku tahu apa yang kau pikirkan Dalarisa. Cepat habiskan sarapanmu dan kita harus berangkat ke kantor hari ini, masih banyak pekerjaan yang menunggu." Sasha melirik Dalarisa sebentar dan  mulai menyelesaikan sarapannya.
Ucapan Sasha membuat Dalarisa menarik dirinya dari pemikiran yang iya-iya. Sasha benar, ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya hari ini, jika tidak Neneknya akan kembali mengomel dan mengancam dirinya untuk meninggalkan rumah mewahnya ini dan Dalarisa tidka mau itu terjadi.

Setelah mereka berdua selesai dengan sarapannya, mereka dengan cepat menghambur masuk ke dalam mobil dan Dalarisa dengan cepat melajukan mobil miliknya memecah kepadatan jalanan kota.

Love
💙💙
Primavera
 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro