Aohitsugi Samatoki; Salted Caramel Cupcake

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa yang sedang kau lakukan?"

(Name) tersentak kaget saat Samatoki meletakkan kepalanya di atas kepala (Name).

"Jangan mengagetkanku seperti itu!" ucap (Name), "setidaknya katakan sesuatu saat kau memasuki apartemenku."

"Apa perlu?" heran Samatoki melingkarkan tangannya di pinggang kecil (Name), "merepotkan."

(Name) menghela napas kemudian kembali fokus pada kue yang ada di depannya.

"Aku sedang membuat topping untuk cupcake yang kubuat," ucap (Name), "cupcake-nya sedang kudinginkan," jelasnya sambil melihat ke belakangnya.

Sembilan buah cupcake yang sudah matang tersusun rapi di atas counter meja. Samatoki mendecih, mengeratkan pelukannya pada (Name).

"Beli saja, apa sulitnya?" gumam Samatoki lalu mencium pundak (Name) yang tidak terlindung pakaian ataupun apron—mengingat perempuan itu hanya mengenakan tank top dan celana pendek di dalam apartemennya.

(Name) langsung menarik 'antena' Samatoki—membuat laki-laki itu menggerutu dan malah mengigit pelan pundak (Name).

"Sialan—kenapa malah digigit!?" tanya (Name).

"Salahmu menarik rambutku!"

"Itu karena kau mencium pundakku, bodoh!"

"Apa salah aku mencium pacarku sendiri!?"

"Salah! Salah saat aku sedang sibuk!"

Samatoki kembali mendecih, kemudian melepaskan pelukannya dari (Name), dan berjalan keluar dari dapur. (Name) sendiri hanya bisa menghela napas kemudian kembali melanjutkan membuat topping untuk cupcake-nya, sebuah frosting karamel.

'Pasti ke ruang tamu,' pikir (Name).

Setelah jadi, (Name) langsung mengisi cupcake yang sudah dingin itu dengan karamel. Kemudian (Name) membawa sembilan cupcake tersebut ke ruang tamu, dan sesuai dugaannya—sang kekasih sedang duduk di sofa sambil menonton TV yang ada di depannya.

"Berhenti mengerutkan alismu seperti itu," komentar (Name) duduk di sebelah Samatoki, "kau akan cepat tua jika memasang wajah seperti itu terus."

"Berisik."

(Name) hanya memutar bola matanya, lalu mengabil salah satu cupcake yang ada di atas meja.

"Makanlah cupcake itu," ucap (Name) memakan cupcake yang dia pegang dalam gigitan besar, yang menyisakan setengah cupcake.

Namun tiba-tiba Samatoki memegang pergelangan tangan (Name) dan memakan setengah cupcake (Name)—berhasil membuat iris (Name) melebar.

Samatoki melirik ke arah wajah (Name), menyeringai singkat sebelum akhirnya menjilat sedikit jari (Name) yang tersisa sedikit krim karamel. Setelah itu Samatoki mendorong (Name) hingga punggung (Name) bertemu dengan sofa.

"Kalau begitu, akan kumakan."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro