TIGA BELAS TAHUN YANG LALU (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Samuel berdiri dengan raut wajah khawatir. Action figure Batman, Robin, dan Joker di atas hard disk komputer. Lemari kayu hitam setinggi dua meter. Ranjang king size hitam berseprai putih. Satu hal yang dapat Liliana simpulkan saat membuka mata, ini bukan kamarnya.

Bangkit dari baringnya, Liliana segera menyadari terjadi sesuatu. Kepalanya masih pening, tetapi dia melihat dengan jelas pantulan di cermin. Seragam sekolahnya berantakan. Terkancing tetapi kusut. Liliana merasakan perbedaan di sela paha. Dia berteriak saat menyentuh cairan bercampur darah.

"Sam..." Liliana berkata lirih. "Apa ini?"

"Aku minta maaf." Samuel menghampiri Liliana.

"Aku... Aku kenapa?"

"Kamu dan aku sama-sama mabuk lalu... " Samuel mencoba menenangkan Liliana. Kalau bisa memilih, dia lebih suka bercinta dengan yang bukan perawan. Gadis yang masih polos hanya menambah masalah.

Toleransi Samuel pada alkohol relatif tinggi. Dia kira Liliana serupa. Tumbuh di kota besar yang terkenal akan gemerlap dunia malamnya, Samuel tak percaya jika Liliana belum pernah menyerempet dosa. Sekarang dia menyesal. Pantas saja sempat kesulitan menembus pertahanan Liliana.

"Maaf, aku sudah...." Samuel tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kalimatnya. "Tapi kalau kamu hamil, aku bersedia bertanggung jawab."

Liliana masih perawan sampai dua jam yang lalu. Dia polos dan kurang pergaulan. Namun bukan artinya bodoh untuk memahami apa yang terjadi di antara mereka.

Novel erotis yang Liliana baca bohong semua. Joy menggambarkan dengan tepat, menjual mimpi. Hubungan intim tidak ada enak-enaknya, malah sakit yang dia rasakan.

Otak Liliana memutar ulang perkataan yang beberapa detik lalu dia dengar. Samuel bilang akan bertanggung jawab kalau dia hamil. Jadi benar, mereka telah melakukan hal terlarang.

Liliana hanya memikirkan satu-satunya bentuk tanggung jawab yang mungkin. Pernikahan. Liliana belum lulus SMA, tetapi mimpinya selain menjadi penulis adalah ingin pangeran tampan membawanya pergi dari rumah. Membebaskan dari orang tua yang kolot.

Samuel mengerti kesukaan Liliana. Mendukungnya sejauh ini. Laki-laki ini pun sudah bekerja. Jika mereka menikah, hidupnya akan terjamin lahir dan batin.

Samuel sudah putus dari Odelia. Liliana ingin berjingkrak bahagia. Tetapi, bagaimana jika Samuel menemukan Odelia-Odelia lain? Otak Liliana berpikir cepat.

"Mungkin... Mungkin... Memang aku yang payah." Liliana menyandarkan kepala ke dada Samuel. "Aku cuma tahu hal semacam ini dari novel yang kubaca."

Samuel pikir dia akan mendapat tamparan bolak-balik. Samuel kira Liliana akan menjerit histeris karena keperawanannya dicuri. Namun, reaksi perempuan ini sangat tak terduga.

"Samuel, aku boleh tanya?" tanya Liliana ragu-ragu.

"Ya."

"Apa kamu sering melakukan hal ini sama Kak Odelia?"

Tubuh Samuel menegang. Liliana masih tampak pemalu, tetapi bagaimana bisa perempuan pemalu menanyakan hal pribadi?

"Sudah malam, aku antar kamu pulang." Samuel menghindar dari kewajiban menjawab pertanyaan itu.

Baru saja Samuel beranjak dari sisi Liliana, tangannya diraih.

"Aku sering membaca di novel, kalau orang berpacaran biasanya melakukan itu." Liliana menunduk, tak berani menatap mata laki-laki yang memandanginya.

"Maafkan aku. Pegang janjiku aku nggak akan melakukannya lagi sama kamu."

Pupus harapan Liliana. Ketegasan Samuel menciutkan nyalinya untuk memaksa. Maka dia mengangguk lesu. Berjalan ke pintu mengekori laki-laki yang telah meninggalkan jejak pada tubuhnya.

"Aku akan jarang pulang sore mulai besok. Kita akan jarang bertemu. Tetapi kamu boleh datang ke rumahku untuk memakai laptop. Nanti aku bilang sama orang rumah."

Liliana mengangguk samar, nyaris tak terlihat. Setelah apa yang terjadi, Liliana tak dapat marah apalagi membenci Samuel. Justru keinginan untuk bersanding bersama laki-laki ini semakin menguat.

***

Apa yang laki-laki sukai dari perempuan? Sebelumnya Liliana tak pernah peduli apakah ada laki-laki yang menyukainya atau tidak. Saat menyukai Brandon di bangku SMP pun, Liliana tidak berharap perasaannya berbalas. Dia puas memandangi cowok itu dari kajauhan, bercanda dengan teman-teman lain.

Di SMA, tidak ada murid laki-laki sama sekali. Hal itu menyebabkan Liliana semakin tidak peduli apakah dirinya cukup menarik untuk dilirik. Liliana menyemprotkan cologne di balik seragam sekolahnya. Hanya sebatas itu. Tidak ada lip tint pink. Tidak ada blush on. Tidak ada eye shadow.

"Kamu boleh tampar aku." Samuel berkata pelan ketika mobilnya tiba di depan pagar rumah Keluarga Dermawan.

"Nggak." Liliana menggeleng. Selama perjalanan tadi dia banyak diam merenungi kejadian paling mengguncang dalam 17 tahun hidupnya.

"Bilang aja kamu mau apa untuk menebus kesalahanku."

Liliana akrab dengan adegan sensual dalam novel. Dia malah tak merasa Samuel melakukan kesalahan. Yah meskipun guru agamanya menekankan berzina adalah dosa, tetapi Liliana berpikir bercinta adalah hal yang indah.

"Nggak tahu." Liliana membuka sabuk pengaman, bersiap turun dari mobil. "Terima kasih."

"Jangan bilang begitu. Aku sudah melakukan kekacauan yang merusak dirimu."

Rusak? Apakah dengan kehilangan keperawanan maka Liliana sekarang diibaratkan barang rusak yang seharusnya dijual ke pasar loak?

Karena bingung, Liliana berlari ke pagar rumah tanpa menjawab Samuel. Laki-laki itu tidak menyusul saat perempuan itu membukanya, berlari lagi masuk ke dalam.

Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul 8 malam saat Liliana menyelinap masuk. Kedua orang tuanya belum pulang.

Liliana tak ingin menemui siapa pun. Bohong besar kalau dia tidak merasa berdosa telah melakukan hal itu. Sedapat mungkin Liliana ingin menghindari bertemu penghuni rumah.

Akan tetapi, rasa yang mendominasi hatinya bukanlah rasa berdosa, melainkan penasaran. Mungkinkah Samuel menumbuhkan bibit cinta dalam hatinya hanya saja tak mengakui lantaran jarak usia mereka terpaut 5 tahun?

Batang hidung asisten rumah tangganya tidak tampak. Buru-buru Liliana masuk ke kamar lalu menguncinya. Dia meletakkan tas di kursi belajar. Cermin di sebelah meja belajar memantulkan imajinya. Bibir Liliana sedikit membengkak. Separah apa tadi Samuel menginginkannya?

Jemari Liliana sedikit gemetar saat membuka kemeja. Waktu seluruh seragamnya ditanggalkan berikut branya, isapan Samuel di kedua dadanya tercetak jelas. Liliana merabanya. Benarkah laki-laki itu tidak menyukainya sama sekali? Kalau tidak suka, kenapa melakukan ini padanya?

Semua tokoh laki-laki yang mencium dan mencumbu tokoh perempuan dalam novel yang dibaca Liliana selalu melakukannya karena cinta. Oleh sebab itulah hal ini disebut bercinta, sebab dilakukan atas dasar cinta.

Saat mencoba menggerakkan kakinya, Liliana meringis. Perih menyengat di bawah sana. Bukankah ayah dan ibunya juga melakukan ini sehingga dirinya lahir di dunia?

Lidia mengatakan pada Liliana bahwa anak adalah buah cinta orang tuanya. Karena saling cinta maka sepasang laki-laki dan perempuan bercinta.

Liliana tidak merasa diperkosa meskipun tadi mereka melakukan dalam keadaan tak sadar sepenuhnya. Samuel pasti mencintainya, hanya terlalu malu mengakui. Liliana juga malu mengakui perasaan pada Zeph dan Samuel.

Sabar, Samuel hanya butuh waktu untuk mengakui perasaannya. Dia hanya perlu menyusun rencana agar tak perlu menunggu lama-lama. Senyum merekah di bibir tipis Liliana. Dia telah menemukan pangeran tampannya.

***

Hello Sexy Readers,

Yang mau baca lebih cepat, cuss ke Karyakarsa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro