Chapter 04 : Halaman Berikutnya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kata orang, jika kita sudah begitu dekat dengan kematian, maka kita akan mengingat penyesalan apa saja yang ada dalam hidup kita.

Satu-satunya hal yang dapat kusesali adalah, kenyataan bahwa aku tidak pernah bisa hidup dengan bahagia.

Ayahku meninggal akibat penyakit mematikan yang dideritanya. Sejak saat itu, hutang-hutang peninggalan ayahku beralih ke pundak ibuku. Ibu membanting tulang siang dan malam demi membayar semuanya, mengabaikan kesehatan tubuhnya sendiri. Namun, kesibukannya itu merupakan cara baginya untuk melupakan sejenak tentang kematian Ayah. Meski pada akhirnya, Ibuku yang stres akibat seluruh beban yang dipikulnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Tersisalah aku.

Aku selalu merasa bahwa memiliki orang yang berharga adalah hal yang mengerikan. Karena ketika mereka pergi nanti, aku yang akan menderita.

Aku selalu tertutup dan berusaha untuk tidak terlalu terlibat dengan banyak orang. Mengasingkan diri dan menyembunyikan eksistensi adalah kelebihanku.

Namun hari ini berbeda.

Aku mengenal Kevin, anak berisik yang berhasil mengacaukan ketenangan hidupku untuk hari ini. Meski aku baru mengenalnya hari ini, tetapi aku bersyukur.

Setidaknya, penyesalan yang tersisa itu sedikit menghilang.

Beberapa kali tubuhku terbentur ke sana dan ke mari. Namun karena Kevin mendekapku erat, aku yakin rasa sakit yang kurasakan tidak sesakit yang Kevin rasakan.

Jika nanti aku memiliki kesempatan sekali lagi untuk bertemu dengannya, aku ingin mengucapkan terima kasih.

Aku tersentak pelan begitu kegelapan pekat menghampiri penglihatanku. Kegelapan itu tergantikan oleh sepotong adegan, dan aku melihat seorang gadis muncul di atap bus. Aku tidak tahu bagaimana cara dia muncul, tetapi ketika dia menyentuh atap bus yang ia pijak, sebuah cahaya biru terang muncul menyelimuti dirinya beserta bus.

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku beberapa kali. Pandanganku kembali normal. Masa depan apa yang baru saja kulihat?

Tak lama, sebuah cahaya biru terang benar-benar muncul dan menyelimuti sekitar. Cepat. Begitu cepat kemunculan cahaya biru tersebut, dan saat cahaya itu pudar, bus sudah berada di daratan dengan aman dalam keadaan telungkup.

"Apa yang baru saja terjadi?!"

Riuh mulai terdengar, sebagian besar bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Namun sebagian besar mengembuskan napas lega. Hal aneh apapun yang terjadi barusan, setidaknya nyawa terselamatkan.

Kevin melepas dekapannya, tampak ikut bingung. Akan tetapi ketika dia melihat ke arahku, dia seperti mendapat jawaban.

Entahlah, aku juga tidak mengerti.

Penumpang keluar secara bergantian. Kini tidak perlu ribut karena semua jendela dapat dibuka secara manual. Orang-orang yang berada di lantai bawah turun ke lantai atas yang kini posisinya menjadi di bawah akibat bus yang telungkup.

Aku dan Kevin memutuskan untuk menunggu orang-orang keluar ketimbang berdesak-desakan. Lagi pula, sekarang ini kami dalam posisi selamat.

Begitulah yang kupikirkan, hingga sebuah cahaya biru muncul di hadapan kami begitu saja. Cahaya yang sama dengan cahaya yang kulihat beberapa waktu lalu. Seorang gadis muncul setelah cahaya itu meredup. Dia menyentuh pundakku dan pundak Kevin, kemudian sebuah cahaya biru kembali muncul.

Belum sempat kami bereaksi tentang apa yang baru saja terjadi, begitu cahaya biru yang membungkus kami meredup, kami sudah berada di tempat lain.

Aku mengusap mataku, mengerjapkannya beberapa kali, mengira bahwa aku sedang berhalusinasi. Apa yang baru saja terjadi?

Sebuah bangunan bercat hitam dengan gaya modern dengan pagar besi tinggi yang mengelilinginya berdiri gagah di hadapan kami. Beberapa benda berbentuk kubus melayang di sekitar. Salah satu kubus tersebut mendekat ke arahku, kemudian menyemburkan cahaya merah ke arahku.

"Deteksi selesai, lulus pemeriksaan." Begitulah suara yang keluar dari robot kubus tersebut. Hal yang sama terjadi juga kepada Kevin.

Robot itu begitu cepat memeriksa dan pergi begitu saja, bahkan kami juga belum sempat bereaksi.

Detik ketika otakku selesai mencerna semuanya, aku menatap ke arah gadis misterius yang membawa kami ke sini.

Gadis itu tersenyum, menatap tenang ke arahku dan Kevin secara bergantian.

"Selamat datang."

***TBC***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro