Pluviophile

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

•───────•°•❀•°•───────•

"Kita bertemu lagi."

Iris biru berpadu dengan kuning miliknya membulat. Tampak begitu indah sampai-sampai dapat menyayat hati.

"Kau kembali …."

Lawan bicara tersenyum kecil, "bukankah kau berjanji akan memelukku saat aku kembali?"

"Iya," dengan langkah gemetar dan bibir yang bergerak tak karuan, pria itu memeluk kenalannya. "Tentu saja. Bagaimana mungkin aku melupakan janjiku?"

•───────•°•❀•°•───────•

"Mammon! Ugh, Mammon! Bangun!"

Mammon terjatuh dari ranjangnya akibat Leviathan mendorongnya. Pria itu mengelus bokongnya yang sakit, lalu menatap sinis saudaranya.

"Oi! Apa tidak ada cara yang lebih lembut untuk membangunkanku?! Duh …, pantatku …."

"Kau mengigau selama tidur, Mammon!" keluh Satan seraya melayangkan bantalnya.

"Gah! Hei! Berhenti melempariku menggunakan bantal!"

"Sebaiknya, Mammon tidur di luar saja," saran Belphegor.

"Jangan bersikap seperti itu pada kakakmu! Tidak sopan, tahu!"

Pada akhirnya, mereka berhasil mengeluarkan Mammon dari sana. Mammon hanya berdecak sebal sambil menendang pintu kamar yang memang sudah reyot. Beruntung dia tidak merusaknya, kalau tidak Lucifer akan marah besar padanya.

Besok adalah hari ulang tahun Mammon dan saudaranya malah mengusirnya dari rumah sewa sementara. Bagaimanapun, itu adalah kesalahan Mammon yang membuat mereka harus tidur bertumpuk dalam ruang kumuh seperti itu. Mammon—tanpa sadar—menghabiskan uang untuk kesenangannya semata dan menyeret yang lain ke dalam masalahnya. Lagi.

Mengambil napas dalam hingga paru-paru dipenuhi udara dingin, Mammon melenggang pergi entah ke mana.

Dikarenakan hari masih gelap dan rembulan masih berada di atas kepala, Mammon memilih untuk berjalan santai seraya menikmati tiap detiknya sebelum usianya bertambah. Berjalan lurus, berbelok di pertigaan jalan, lalu berhenti di depan palang kereta api. Ia ikuti arus rel kereta api, lalu sampai di stasiun yang sudah lama terbengkalai. Meski terbengkalai, stasiun tersebut tetap terlihat bersih dan terawat.

Perlahan tapi pasti, secercah kenangan mulai menyirami ingatan Mammon. Mengembalikan ingatan campur aduknya dua tahun lalu.

•───────•°•❀•°•───────•

Dedaunan berwarna cantik berjatuhan, menghujani siapa pun yang berdiri di bawah pohon. Mammon menyingkirkan daun marun dari pucuk kepalanya. Merasa kacau terhadap penampilannya, ia bersihkan pakaiannya sekali lagi.

"Maaf membuatmu menunggu, Mammon."

"Kau terlambat! Jangan pernah membuatku menunggu lagi, [Name]!"

"Maaf, maaf."

Mammon mengendus kesal, lalu berjalan mendahului [Name]. "Ayo. Kita harus pergi secepatnya!"

"Mammon, tunggu!"

Bersama, mereka menyusuri jalanan, melewati kerumunan massa pada akhir pekan, mengunjungi banyak toko pakaian (tentu saja, Mammon yang membayar semuanya), dan banyak lagi. Kala mentari berada di atas kepala, Mammon memutuskan untuk membawa [Name] ke sebuah restoran terkenal dengan maksud untuk makan siang bersama.

"Bukankah besok kau berulang tahun, Mammon?" [Name] memulai percakapan sambil menyesap minumannya.

"Ah, iya. Kenapa?"

"Kau terlihat gembira."

Mammon tersenyum girang, "tentu saja! Umurku akan bertambah besok! Kenapa bertanya seperti itu, [Name]? Hanya karena kau akan pindah hari ini, bukan berarti aku harus terlihat sedih! Kalaupun kau tidak ada saat hari ulang tahunku, aku tetap dapat menghabiskan waktu bersamamu hari ini."

[Name] terkekeh kecil, "jadi, apa kita sedang berkencan saat ini?"

Rona merah muda kecil mewarnai wajah si pria. Dibuat malu oleh pertanyaan Si Lawan Bicara.

"Tidak! Sudah kubilang, ini hanya jalan-jalan akhir pekan biasa sekaligus merayakan ulang tahunku! Walau kecepatan sehari, sih …."

"Setelah ini, ke mana kita akan pergi?"

"Mengantarmu pulang, lalu membawamu ke stasiun."

Terdapat nada sendu serta raut kecewa tatkala Mammon mengutarakan tujuan mereka selanjutnya. Lawan bicara menghela napas panjang, lalu meraih tangan Mammon dan mengelus punggung tangannya menggunakan ibu jari.

"Cheer up, Mammon."

Setelahnya, semua berjalan sesuai pernyataan Mammon. Dia mengantar [Name] pulang, lalu menyambut kepergiannya di stasiun kereta. Hujan mengguyur permukaan bumi sore itu, bertepatan dengan waktu tunggu mereka.

Hening yang terkesan usik tercipta di peron yang dipenuhi khalayak. Namun, tak sepenggal kata pun memenuhi ruang antara Mammon dan [Name]. Mereka terdiam seolah telah menjadi orang asing.

Pengumuman mengenai pemberhentian kereta yang akan membawa [Name] pergi dikumandangkan. Mammon menghela napas panjang, lantas meraih tangan [Name] dan menggenggamnya erat.

"Katakan padaku, Mammon. Apa yang terlintas di pikiranmu?"

Genggaman bertambah erat, akan tetapi tidak menyakitkan. Mammon berdecih kecil, membiarkan pertanyaan [Name] bergelantungan di udara; berdansa anggun bersama dengan kumpulan awan hitam.

Kereta pun tiba. Para khalayak memberi salam perpisahan, lalu berbaris teratur menunggu mereka yang akan ke luar dari dalam kereta. [Name] melepas genggaman tangan Mammon, merapikan barang bawaannya dan bersiap meninggalkan si pria.

Sebelum benar-benar pergi dari sana, [Name] memberikan sebuah hadiah kepada Mammon, lalu mengecup pucuk kepala Mammon.

"Happy early birthday, Mammon. Smile and be happy, alright? Sampai jumpa di lain waktu."

Ditatapnya [Name] dan hadiah kecil yang berdiam diri di telapak tangannya secara bergantian. Mammon tersenyum sambil mengenakan hadiah tadi di pergelangan tangannya.

"Saat kaukembali nanti, aku akan memelukmu! Janji! Jadi, cepat-cepatlah kembali, [Name]!" Ia berseru dan dibalas lambaian tangan, membuat Mammon tambah resah.

Suara ban kereta yang berdecitan dengan jalur rel terdengar. Ia bergegas begitu cepat, meninggalkan Mammon yang terpaku di tempat. Kian menghilang, mengukir rasa takut dan cemas dalam lubuk hati Mammon.

•───────•°•❀•°•───────•

"Setelah satu tahun semenjak kau pergi, stasiun ini ditutup tanpa alasan jelas. Sekarang, satu-satunya transportasi yang tersisa hanyalah pesawat dan transportasi darat," ia menghela napas berat, lalu melayangkan pandangan pada keindahan langit malam. "Gwah! Semakin sulit saja!"

Mendadak, gelap mengambil alih penglihatan Mammon. Tangan seseorang menutupi matanya. Detik berikutnya, Mammon tahu insan mana yang mencuri penglihatannya.

"Kita bertemu lagi."

Iris biru berpadu dengan kuning miliknya membulat. Tampak begitu indah sampai-sampai dapat menyayat hati.

"Kau kembali …."

Lawan bicara tersenyum kecil, "bukankah kau berjanji akan memelukku saat aku kembali?"

"Iya," dengan langkah gemetar dan bibir yang bergerak tak karuan, pria itu memeluk kenalannya. "Tentu saja. Bagaimana mungkin aku melupakan janjiku?"

Pelukan paling hangat Mammon persembahkan kepada [Name]. Ia pejamkan matanya, menikmati tiap detik yang terus berlalu.

Manakala Mammon membuka kedua netra, [Name] menghilang dari peluknya. Rasa pelik merobohkan istana kecil dalam diri Mammon. Ia tarik napas dalam-dalam guna menenangkan diri, kemudian memejamkan kedua mata dan kembali menemukan dirinya di kursi tunggu peron.

Semuanya hanyalah mimpi. Tak perlu disebutkan pun Mammon akan sadar dengan sendirinya bahwa [Name] tidak akan kembali dan janjinya tidak akan terpenuhi.

Menatap langit pagi dengan Si Surya tersenyum di sana, ia sadar bahwa hari sudah berganti dan umurnya telah bertambah. Pria yang kini berusia dua puluh tahun lebih sedikit itu mengambil napas dalam, lalu tersenyum lebar seraya mencuri pandang pada gelang pemberian [Name] dua tahun lalu.

"Selamat ulang tahun, diriku."

Walau janji Mammon berakhir dengan rasa pelik, setidaknya permintaan [Name] memiliki akhir berbeda.

Setidaknya, Mammon terus tersenyum dan berbahagia.

Dan setidaknya, rasa bersalah dan kata maaf tak perlu terucap; terdengar di antara mereka.

•───────•°•❀•°•───────•

End~

Special thanks to :

justcallme_shi

BadassMochi

Terima kasih sudah mau bekerja sama untuk menjadi beta readers saya!(. ❛ ᴗ ❛.)

• You; readers

Terima kasih sudah mau membaca sampai akhir dan menikmati fanfict ini!(. ❛ ᴗ ❛.)

Pojok berbagi~!

Happy Mammon's day~!🥳

Gak papa gak dapet UR Mammon, yang penting dapet fanart plus fanfict-nya yang banyak~

Btw, buat kamu yang bingung sama alur ceritanya, aku punya clue nih!

Clue-nya adalah … mimpi dalam mimpi. Ini buat scene terakhir, sih. Tapi, aku pikir ini cukup!(◍•ᴗ•◍)

Sekian, terima kasih sudah membaca fanfict ini~!

Dadah~❤️

10 September 2021,
Sharon 'n Mammon

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro