LAYAR 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Niki tidak ingin egois memikirkan dirinya sendiri. Masalahnya memang berat, tetapi bukan berarti bisa seenaknya menyendiri, meskipun nyaman terasa.  Sekarang masih jam kerja, setelah emosinya mereda, Niki kembali ke area. Ada kebingungan bagaimana dengan ruangannya. Baiklah, Niki memutuskan menuju ke lantai empat, di mana ruangannya berada.

Sampai di sana masih ada beberapa orang termasuk pekerja yang membongkar tadi pagi. Ran tidak tampak di sana dan Niki tidak peduli. Dia hanya ingin memastikan semua barang-barangnya tidak ada yang hilang. Satu hal yang pasti, dia tidak akan semudah itu menyerahkan posisinya. Banyak yang akan dipertaruhkan kalau sampai dia mengambil keputusan secara buru-buru.

Niki terperangah saat memasuki ruangannya. Ruangan itu sudah ada dua meja kerja. Dindingnya juga terpasang dua motif wallpaper yang berbeda. Sebagian motif cowok, dan sebagian lagi motif cewek. Apa ini serba kebetulan? Bunga sakura adalah bunga kesukaannya. Ini konyol kalau sampai Niki berpikir Ran sombong adalah Ran Sinara, mantannya. Niki memegang keningnya frustasi.

"Kamu sakit?" Ran tiba-tiba saja sudah ada di samping Niki. Tanpa permisi tangannya memegang kening Niki.

"Apa-apaan, sih?" Niki risih dan menepis tangan Ran.

"Kamu nggak demam. Kenapa, sih? Nggak suka sama design-nya?" Ran mulai menata barang-barang yang baru saja di bawa asistennya.

"Pak Ran, bisa kita bicarakan ini dulu? Saya mohon."
Niki berusaha menekan dalam-dalam emosinya. Dengan intonasi lembut, Niki mencoba bernegosiasi.

Ran menghentikan aktivitasnya, tatapannya tajam ke arah Niki.
"Oke. Kita bicara." Ran memberikan isyarat asistennya untuk mengosongkan ruangan. Dengan patuh dan cekatan, semua pekerja keluar dan mereka memanfaatkan waktu untuk mengisi perut.

"Baik. Ada apa?" Ran duduk di kursi yang beberapa jam lalu masih Niki pakai. Ayolah, Nik, bukan saatnya untuk mellow.

"Aku ingin minta perpanjangan waktu. Kalau Bapak langsung menggantikan saya secara tiba-tiba para karyawan akan banyak yang protes. Bahkan di semua area tadi protes ke saya."

"Susah sekali mengabulkan permintaan kamu. Karena dari pusat mengawasi semua gerakan di sini."

Niki sadar betul. Di antara karyawan pasti tahu tabiat Pak Adhyatama. Tidak mungkin kalau Pak Adhyatama datang sendiri. Tetapi ada karyawan yang entah siapa, telah melaporkan semua kondisi toko. Niki lebih memilih tidak mempermasalahkan hal itu. Ada yang lebih penting.

Mulai hari itu dan hari-hari berikutnya Niki harus lebih hati-hati dalam bertindak. Dia akan menaikkan profit toko secepat mungkin. Dengan cara apa pun.

Pembicaraan dengan Ran malam itu belum mendapatkan hasil. Niki harus memutar otak lagi, mencari celah untuk membuat kondisi toko lebih nyaman.

***

Niki hampir terlambat mengikuti rapat intern. Kakinya tiba di depan pintu ruang rapat, tepat dengan kedatangan Ran.

"Baru datang?" Ran memasang wajah tidak bersahabat. Namun tidak membuat Niki gentar sedikitpun. Sepertinya wajah ini yang penuh keaslian.

"Iya. Bapak sendiri juga baru sampai." Niki gantian menyindir.

"Saya hanya keluar mengambil berkas yang ketinggalan di meja." Ran tersenyum, merasa menang. Dalam hati dia menyukai ekspresi Niki kalau sedang kesal.

Ran memasuki ruangan lebih dulu. Tanpa senyum lagi, berganti dengan wajah angkuhnya, tapi kenapa justru pesonanya lebih keluar, ya? Jangan gila, Niki! Niki menggeleng beberapa kali. Otaknya harus kembali waras kalau ingin toko aman.

"Selamat pagi. Saya akan memulai rapat pagi ini. Langsung saja, ya."

Pembukaan dengan perkenalan diri Ran dilanjutkan dengan rencana pusat untuk SDS cabang Semarang. Mereka yang menghadiri rapat adalah manajemen toko, perwakilan tiap area yaitu supervisor, dan seharusnya ada perwakilan dari pusat. Sayangnya hari ini tidak hadir.

Ran sudah menyampaikan semua materi dari pusat. Termasuk harus menurunkan Niki dari jabatannya. Semua saling pandang dan berbisik-bisik. Niki hanya terdiam menunggu hasil akhir seperti apa. Sebelumnya dia sudah membela diri dan kemukakan semua hal yang tengah diusahakannya demi mendongkrak penjualan. Tetapi hasilnya nihil.

"Maaf, Pak Ran. Ijinkan saya berbicara mewakili semua karyawan. Jadi kami sudah mengadakan rapat intern masing-masing area. Dan hasilnya sembilan puluh persen dari semua karyawan, menginginkan Bu Niki tetap menjadi Store Manager 01."

"Sayangnya pusat memberikan dua pilihan seperti yang saya sebutkan tadi. Saya tidak bisa membuat pilihan sendiri." Ekspresi Ran tetap datar, tidak ada hal yang membuatnya tersentuh.

"Kalau begitu para karyawan akan demo, Pak. Kami hanya ingin Bu Niki di sini. Soal penjualan toko kami akan ikut memikirkan lebih keras dari biasanya. Tolong beri kami kesempatan." Pak Adri dari area Mens World mengawali berpendapat.

Ran menghela napas. Dia memang salah, semua ini sangat buru-buru dan terkesan tidak dipersiapkan dengan baik.

"Baiklah. Permintaan kalian saya ajukan ke pusat. Mungkin mereka akan memberikan kalian waktu dalam sebulan. Manfaatkan itu baik-baik." Ran merapikan barang-barangnya lalu keluar ruangan dengan ekspresi tidak berubah. Tetap datar.

Waktu terus berjalan, kesibukan di area makin bertambah. Niki mengeluarkan kemampuannya semaksimal mungkin. Semua ide dan pemikirannya harus mampu membangkitkan semangat karyawan kembali. Meskipun tidak mudah.

Dalam beberapa hari Ran hanya mengawasi dari jauh. Dia memberikan Niki ruang. Karena beberapa kali dia menangkap Niki hilang fokus saat dia muncul.

Tiga hari pertama penjualan naik tapi belum signifikan. Paling tidak ada kenaikan lima puluh persen. Semoga masih ada kesempatan membuat toko ini tetap buka dengan manajemen yang utuh. Niki harus mencari ide untuk weekend. Dia yakin akan makin tinggi nilai uang yang akan masuk.
Semoga saja.

***
Alhamdulillah, malam ini lancar update lagi.

Selamat membaca, dan ikuti keseruan perjalanan Niki dalam mempertahankan tokonya.

Tinggalkan vote, ya. Krisar juga boleh. Makasih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro