#10 Failed to be Class Leader

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Now Playing: Xiang Ni Le by Ju Jingyi SNH48

Ketika manusia telah mempersiapkan segalanya dengan matang, rupanya dunia selalu memiliki caranya sendiri untuk membatalkan persiapan manusia.

Matahari yang bersinar cerah menerangi dunia pagi itu sama sekali tidak mewakili suasana hati Byanca. Dengan wajah murung, Byanca mengayuh sepeda elektriknya menuju SMA Harapan Bangsa. Wajahnya murung, hatinya gelisah, dan pikirannya tidak berjalan dengan baik. Entah sejak kapan kekacauan ini dimulai. Sepertinya... sejak pemilihan ketua kelas itu.

Hari itu, pelajaran berlangsung seperti biasa. Pada jam kelima, Mr. James memasuki kelas X IPA 1, dan mulai membicarakan hal yang—paling tidak ingin—Byanca pikirkan. Pemilihan ketua kelas.

"Untuk seleksi pemilihan ketua kelas, saya ingin mencoba kinerja kalian masing-masing. Minggu depan OSIS mengadakan bazar sembako murah untuk bakti sosial kepada warga di sekitar sekolah kita. Saya harap calon ketua kelas dapat mengoordinir teman-teman untuk menyiapkan ini," ucap Mr. James singkat. Kemudian, pria tersebut melanjutkan pelajaran fisikanya seperti biasa.

***

Byanca sama sekali tidak menyukai kegiatan ini. Seharusnya ia sadar sejak awal, bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Menjabat sebagai ketua kelas akan menjadi tekanan baginya jika harus melaksanakan tugas-tugas seperti ini. Sepertinya... ia harus lebih tegas kepada Jasmine. Anak itu sangat suka bermain-main.

"Eh... Min, lo bantuin gue atau gimana, kek. Gue tersiksa gini gara-gara lo tau nggak?" gerutu Byanca sambil merapikan bungkusan mie instan dalam kardus coklat. Sementara itu, Jasmine yang sedang bersantai sambil memainkan ponselnya sama sekali tidak menghiraukan sahabatnya yang kerepotan. Huft... sahabat macem apa, sih Jasmine? Kok bisa gue mau sahabatan sama dia, ya? Gerutu Byanca sambil menjejalkan bungkus mie instan dengan kesal.

Krak... luar biasa. Tiga bungkus mie instan remuk dalam sekali tekan. "What the..." rasanya Byanca ingin mengumpat saat itu juga. Begitu cerobohnya. Sebenarnya, apa yang selalu menghantui hidup Byanca akhir-akhir ini?

Ketika Byanca tengah berkacak pinggang sambil mengamati beberapa bungkus mie instan yang hancur, tiba-tiba terdengar dehaman pelan dari ujung ruang OSIS yang mengejutkan Byanca.

"Ehem..." suara berat itu pun terdengar, dan sontak Byanca langsung menoleh. Oh my God! Rasanya seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Ia sudah melakukan kesalahan dengan meremukkan beberapa mie instan, dan sekarang... Mr. James hadir di hadapannya. Bagaimana jika Mr. James menyadari kecerobohan ini dan mengatakan sesuatu yang tidak ingin Byanca dengarkan? Oh... mengapa semua orang datang di saat yang tidak tepat? Serumit inikah kehidupan?

"Euh... si... sel... selamat siang, Mr. James," kata Byanca gagap sambil menunduk singkat.

"Selamat siang, Byanca," sahut Mr. James sambil menatap Byanca teduh. "Kau terlihat antusias sekali. Semoga kau berhasil sampai akhir."

Andaikan suara itu hanya dalam bentuk rekaman dan Byanca tidak bertatapan langsung dengan Mr. James, dapat dipastikan bahwa ia akan berteriak histeris sambil berguling-guling. Saat ini, yang dapat dilakukannya hanyalah menundukkan kepala sedalam-dalamnya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang bersemu semerah jambu. Byanca tahu, ini akan memalukan sekali jika seseorang sampai melihatnya.

"Ehm... terima kasih, Mr. James. Saya pasti akan berusaha semampu saya," ucap Byanca lirih. Kepalanya masih ditundukkan. Namun, ia pikir berlagak bagai gadis bodoh seperti itu tidak akan beruguna. Byanca segera mengalihkan fokusnya pada puluhan kemasan mie instan yang berusaha ditatanya dalam satu kardus.

"Baiklah. Saya akan mengecek Hansel. Semoga sukses, Byanca," sahut Mr. James sambil mengusap puncak kepala Byanca dengan lembut. Kemudian segera melenggang pergi meninggalkan ruang OSIS.

Sentuhan singkat di puncak kepalanya... membuat seterusnya Byanca tidak dapat berpikir sehat. Isi otaknya seperti berkelana di Dreamland, sedangkan tubuh fisiknya tetap terpaku di ruang OSIS. Sesekali, ia mengusahakan diri untuk kembali bekerja menata bungkusan gula, minyak goreng, dan sembako lainnya dalam kardus, namun pikirannya selalu saja kacau sehingga pekerjaannya sangat berantakan.

"Byanca, lo nggak kenapa-kenapa, 'kan? Kok, kayaknya pikiran lo nggak fokus banget gitu," kata Hansel ketika cowok tersebut datang sambil membawa lima tas plastik yang berisi sembako dari beberapa teman sekelas.

"Eh... nggak pa-pa, kok. Gue cuma lagi kacau aja kayaknya, hehe..." jawab Byanca sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

***

Sekitar tiga hari setelah hari yang mengesankan itu, Mr. James menyuruh calon ketua kelas untuk memasarkan sembako kelas X IPA 1. Persiapan yang banyak, tentu saja. Gue bukan OSIS, gue juga nggak dapet uang kalo ngerjain beginian. Ngapain gue nurut, ya? Gerutu Byanca sebal sambil menendang tembok ruang OSIS.

Dengan terpaksa, ia membawa sekardus gula menuju ke tempat bazar di belakang gedung sekolah. Byanca pikir, sudah seharusnya semuanya berjalan baik-baik saja. Kalaupun ia gagal menjadi ketua kelas, setidaknya ia yang akan mengundurkan diri dengan cara yang terhormat. Mr. James sudah menaruh hati atas hasil kerja keras Byanca dalam proses seleksi ketua kelas tiga hari yang lalu, dan seterusnya bukan hal yang sulit jika Byanca tetap mempertahankan kinerja itu.

Namun, sepertinya dunia bukan tempat yang mudah untuk diajak kompromi. Ketika manusia telah mempersiapkan segalanya dengan matang, rupanya dunia selalu memiliki caranya sendiri untuk membatalkan persiapan manusia. Selalu. Selalu ada kemungkinan bahwa rencana akan gagal. Hal ini terbukti nyata ketika tiba-tiba...

Bruk... seorang laki-laki dengan seragam sekolah yang berantakan berlari kencang dan arahnya berlawanan dengan Byanca.

"Ouch... siapa, sih yang katarak?" umpat Byanca sambil merintih karena jari-jarinya tertindih kardusnya yang berisi gula. Tentu saja, bungkusan gula pasir itu berceceran di lantai koridor.

"Eh... sorry, sorry. Gue buru-buru. Bye," ucap lelaki tersebut sekilas sambil meninggalkan Byanca yang menatap nanar gula pasir yang sudah dikumpulkannya dari teman-teman sekelas. Byanca menengadah, berusaha mencari tahu siapa cowok kurang ajar yang meninggalkannya dengan kekacauan begitu saja.

Ternyata Jacob. Pantas saja.

Byanca menggigit bibir bawahnya sambil mendengus kesal. Tepat ketika itu, Byanca melihat Hansel yang kembali dari belakang sekolah sambil membawa kardusnya yang sudah kosong. Byanca yang terduduk di lantai segera bangkit setelah membersihkan rok abu-abunya sebentar.

"Eh... lo kenapa? Kok sampai kececeran gini? Lo jatuh? Kalo emang berat, biar cowok-cowok aja yang angkat ini. Lo cari yang gampang aja, kayak mie instan dan sebagainya," Hansel langsung mengucapkan pertanyaan dan saran secara beruntun, yang membuat Byanca yang tidak fokus hanya memandangi Hansel yang sedang membereskan bungkus-bungkus gula pasir.

"Anu... tadi si Jacob nabrak gue. Jadinya, ya kececeran begini," jawab Byanca terbata. Ia mengaitkan jari-jari tangannya dengan gelisah, meratapi kecerobohannya sendiri. Oh, ya... sepertinya Byanca memang selalu ceroboh untuk sesuatu yang terpaksa dikerjakannya.

"Ouh... Jacob? Errr... dia memang agak ceroboh gitu. Makanya lo yang harus hati-hati," sahut Hansel singkat. "Eh... ini bungkusnya ada yang bolong satu," kalimat terakhir Hansel itu lantas membuat Byanca terpaku di tempatnya.

Ada yang bolong? Satu? Pikir Byanca tak percaya. Ia segera mengambil bungkus gula yang diangkat oleh Hansel, kemudian menelitinya dengan cermat. Yeah... satu lubang dengan diameter dua sentimeter terlihat di pojok kemasan itu.

Byanca ingat bahwa gula-gula yang berada dalam kardus itu ditata sendiri olehnya. Dan saat itu, semua kemasannya baik-baik saja, dalam keadaan sempurna. Bagaimana sekarang ada sebuah yang lubang? Hanya ada dua opsi. Jika bukan karena kejadian Jacob yang menabraknya kemudian membuat kemasannya rusak, maka ada seorang jahil yang menyelundup ke ruang OSIS dan menghancurkan hasil kerja keras Byanca.

Apapun penyebabnya, Byanca yakin bahwa kesalahannya ini membuat ia gagal menjadi ketua kelas.

***

Holaaa... Teacher's Love Story akhirnya comeback lagi. Akhir-akhir ini aku lagi terserang Writer's Block, atau kata temen-temen komunitasku lebih cenderung ke Ide Lingkaran Setan. Apapun istilahnya itu, pokoknya sekarang nulisku jadi lemot karena kebelet nulis cerita di platform lain. Jadi, muup ya kalo TLS agak jarang update. Niatnya, sih mau update tiga atau empat kali seminggu, tapi kalo kondisinya begini memang susah, huhu...

By the way, makasih yang udah mampir. Ditunggu jejak dan krisarnya, yaapz.

Salam semanis susu dan selembut es krim,
Jessie YiCha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro