#3 Test Result

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pada pagi hari di musim kemarau itu, matahari mulai menampakkan sinarnya dengan malu-malu. Bola besar keemasan itu muncul dari balik gunung besar yang terletak sangat jauh dari rumah Byanca, namun masih terlihat dari balik jendela kamarnya. Burung-burung gereja berkicau merdu dan saling sahut-menyahut, menghasilkan irama yang membangunkan tidur nyenyak Byanca.

Saat itu pukul 05.15 pagi, dan langit masih sedikit gelap. Memang melelahkan sekali jika ia harus bangun pagi-pagi pada hari Sabtu itu. Eaaahh... mengapa juga SMA Harapan Bangsa menerapkan sistem belajar enam hari. Sepertinya tidak hanya Byanca yang mengeluhkan cara belajar tersebut, tapi juga banyak siswa lainnya yang merasa lelah dengan rutinitas sehari-hari di sekolah.

"Hoaaahhm..." gumam Byanca sambil meregangkan tulang-tulangnya ketika bangun dari spring bednya yang nyaman. Ia menguap beberapa kali, kemudian turun dari kasurnya. Handuk berwarna merah jambu berserta baju seragam dibawanya masuk ke dalam kamar mandinya yang terletak di ujung kamarnya.

Oh My God... bukankah hari ini ada pengumuman Tes Kemampuan Dasar? Bagaimana hasilnya nanti? Byanca bahkan sudah melupakan tes itu sejak dua hari yang lalu. Namun, kerumunan siswa-siswi yang membentuk gerombolan dan menggosipkan sesuatu dengan suara keras mengingatkan Byanca pada momen menegangkan tersebut.

Byanca berjalan dengan kakumenuju ke ruang kelas X IPA 1. Entah apa yang benar-benar dipikirkannya sekarang, ia sendiri juga tidak benar-benar memahami hal tersebut. Perasaannya bercampur aduk antara takut, kesal, sedih, dan panik. Tapi ia sendiri juga tahu, bahwa tidak ada lagi yang dapat diperbaiki jika ia gagal dengan tes konyol tersebut.

Tiba-tiba, Byanca melihat seorang kakak OSIS perempuan yang berparas manis. Kakak kelas tersebut tidak terlihat sedang sibuk, sehingga Byanca mengampirinya tanpa sungkan. "Permisi, Kak. Apa aku boleh tanya? Kan, waktu MOS itu ada tes, pengumumannya ada di mana, nih? Hasilnya diumumin hari ini, kan?" tanya Byanca dengan penasaran.

Kakak OSIS tersebut tersenyum manis sambil menujukkan deretan gigi putihnya yang gingsul sebelum menjawab pertanyaan Byanca. "Ternyata kamu juga percaya kayak begituan, ya?" katanya sambil menahan tawa.

"Hah? Maksud kakak?" tanya Byanca, rasanya ia semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran sekolah ini.

"Gosip tentang tes itu adalah upaya untuk membuat takut adik kelas X. Haha... tenang saja. Itu sudah menjadi tradisi, kok. Tentang jika siswa yang tidak lulus tes akan dikeluarkan, itu juga gosip. Setahuku, tes itu tujuannya supaya wali kelas mengetahui kemampuan dasar peserta didik barunya. Cuma itu, kok. Pengumuman hasil tesnya nanti bakal dikasih sama wali kelas masing-masing," jelas kakak OSIS tersebut.

Bukannya bereaksi kegiranganatau bagaimana selayaknya orang normal yang mendapat berita mengejutkan, Byancajustru mematung di tempatnya berdiri. Gosip?Tentang tes itu gosip? Hei... bukannya kayak gitu terlalu berlebihan, ya? pikir Byanca kesal. Ia meremas rok abu-abunya dengan geram.

"Beneran gitu, Kak? Kok kedengerannya ngeselin banget, sih," gerutu Byanca sambil menyilangkan kedua lengan di depan dadanya.

"Kenyataannya kakak kelas di sini emang suka ngerjain gitu, sih," sahut kakak OSIS tersebut.

"Ooo... ya udah, deh. Makasih infonya, ya Kak," ucap Byanca dengan bersemangat, kemudian ia segera berlari kecil menuju ruang kelasnya.

"Sher, lo tau nggak, sih? Ternyata kabar tentang yang gagal tes kemarin terus nggak diterima sebagai murid SMA Harapan Bangsa, itu cuma gosip," gerutu Byanca sambil menyampaikan informasi yang diterimanya kepada Sheryl.

Sheryl yang sedang membaca novel klasik setebal lima senti sepertinya tidak tertarik dengan informasi yang disampaikan oleh Byanca. Nyatanya, ia hanya memandang Byanca sebentar kemudian merespons dengan mengangkat bahunya.

"Kalo gitu kesimpulannya mereka yang nyebarin gosip nggak waras, kan?" simpul Sheryl dengan santai. Byanca mengangguk-angguk dengan semangat tanda menyetujui pernyataan sahabatnya itu.

"Woi... woi... cepetan balik ke tempat! Mr. James udah mau ke sini," teriakan Reynard yang hanya terdiri dari dua kalimat itu seketika mengacaukan isi seluruh kelas. Puluhan siswa berlarian terburu-buru menuju tempat duduk mereka masing-masing. Dan beberapa detik kemudian, kelas X IPA 1 itu sudah menjadi sesunyi pemakaman, karena bahkan suara nyamuk yang beterbangan pun terdengar jelas di telinga Byanca.

Suara sepatu hitam Mr. James itu terdengar semakin keras, dan artinya Mr. James akan segera tiba di kelas tersebut. Dan benar saja, tak berapa lama kemudian sosok jangkung Mr. James yang mengenakan kemeja berwarna putih memasuki ruang kelas Byanca.

Seorang laki-laki yang ditunjuk sebagai ketua kelas sementara selama masa MOS segera berdiri, diikuti dengan puluhan siswa lainnya. "Beri salam!" serunya dengan lantang.

"Selamat pagi, Mr. James," seru semua murid dengan kompak.

"Selamat pagi semuanya. Baiklah, silahkan duduk," kata Mr. James singkat. Kemudian, seisi kelas itu pun duduk dengan tenang.

Biasanya, murid-murid akan berusaha memberikan first impression yang terbaik kepada setiap guru mereka. Namun, apa jadinya ketika murid telah akrab dengan guru mereka? Biasanya yang terjadi berbeda jauh dengan first impression yang mereka ciptakan sebelumnya.

Mr. James terlihat sedang menyobek amplop berwarna coklat. Tak ada murid yang mengetahui pasti isi amplop tersebut, namun semuanya punya praduga bahwa isi amplop tersebut adalah hasil Tes Kemampuan Dasar yang mereka kerjakan tiga hari yang lalu.

"Ehm... saya telah mendapatkan hasil tes yang tiga hari lalu kalian kerjakan. Apapun hasilnya, saya harap kalian semua dapat mensyukurinya. Entah hasil baik atau hasil buruk, intinya jadikan itu sebagai pelajaran bagi kalian," kata Mr. James dengan kharismanya, yang langsung membuat siswa-siswi terpesona.

Satu persatu nama pun dipanggil oleh Mr. James, dan semuanya mendapatkan lembaran kertas putih. Di atas kertas putih tersebut, tercetak huruf-huruf yang diketik rapi berwarna hitam kelam. Penampilan kertas tersebut benar-benar tidak seseram isinya.

"Kalian boleh membuka kertas itu sekarang. Hasil tes kalian di setiap mata pelajaran ada di situ. Tes itu menjadi salah satu sarana bagi guru-guru di sini untuk membimbing kalian sesuai dengan potensi kalian masing-masing," ucap Mr. James.

Dengan segera, kelas menjadi begitu ribut. Ada yang bersorak kegirangan setelah membuka hasil tes mereka, ada yang mengeluh, ada yang mengentak-entakkan kaki karena kesal, dan masih banyak reaksi histeris lainnya.

Sedangkan di sudut belakang kelas yang dekat dengan jendela, Byanca membuka perlahan kertas putih tersebut dengan perasaan gugup. Ugh... kok gue takut banget, sih? Mereka kelihatannya biasa-biasa aja, tuh, gerutu Byanca di dalam hatinya. Akhirnya, ia membuka kertasnya dengan kasar, kemudian membaca sekilas hasil tesnya pada setiap mata pelajaran.

"By, gimana hasil lo?" tanya Sheryl dengan tiba-tiba. Byanca tersentak pelan karena suara Sheryl yang mengagetkanku itu.

"Oh... yeah... lumayanlah..." jawab Byanca, sengaja menggantung ucapannya.

"Lumayan gimana, nih? Jangan bikin gue ketakutan, dongg... nilai gue kayaknya jelek banget, niih," rengek Sheryl sambil mengguncang-guncang pelan tubuh Byanca.

"Iya, lo gimana By?" Elsha dan Jasmine yang duduk tepat di depan bangku mereka berdua pun segera menoleh ke belakang, menanyakan kabar hasil tes Byanca.

"Nilai gue... ehm... berapa, ya tadi? Oh... di atas 80 semuaaaa!!!" sorak Byanca kegirangan.

"Beneran, nih? Gila... keren banget lo," sahut Jasmine kelewat antusias. Jasmine segera merebut kertas yang dipegang Byanca, kemudian membaca sendiri tulisan yang tertera pada kertas tersebut. Seolah-olah tidak percaya dengan pernyataan temannya barusan.

Yeah... perkataan Byanca tadi memang benar. Nilainya cukup memuaskan kali ini, meskipun rasanya ia tidak berusaha maksimal saat mengerjakan tes tersebut. Artinya, jika ia mau berusaha dengan segenap kemampuannya, seharusnya ia dapat bertahan dalam posisi yang baik.

Byanca melempar senyum tulus kepada Mr. James yang sedang memperhatikan suasana kelasnya. Memang begitu ribut, namun Mr. James tidak mengacuhkannya. Ia hanya memberikan waktu bagi murid-muridnya untuk merenungkan hasil tes mereka. Mr. James yang menoleh ke arah Byanca juga membalas senyumannya.

Tiba-tiba, entah mengapaperutnya terasa tergelitik. Jantungnya juga berdegup sedikit lebih cepat. Melihatwajah Mr. James yang teduh itu benar-benar meluluhkan hati Byanca. Ia segeramengalihkan pandangannya ke arah lain ketika menyadari perasaan anehnya barusan. Byanca tak benar-benar mengerti arti rasa tadi, namun ia yakin bahwa itu bukan sesuatu yang biasa terjadi pada dirinya.

***

Halo, pembaca semuaa... Maapkan saia yang sudah lama nggak update ceritanya. By the way, semoga kalian suka, yaa dengan bab 3 yang dibuat dadakan ini. Muup jika nggak kena feelnya, next time bakal ku update lagi.

Minggu ini aku bakal update lagi hari Sabtu. So, stay tuned terus, yaaa...

Bagi yang mampir jangan lupa tinggalkan jejaknya, okayy! See you next chapter. Bye!

Instagram: @jessieyicha for personal account

@storywith.jessie for Wattpad story update





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro