9. Perubahan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bella tiba di kampus dengan draft dalam map yang ia peluk erat. Gadis berambut panjang itu berjalan dengan dagu terangkat. Meski sering dijuluki sebagai Gadis Rubah atau Gadis Ular, Bella tetap berjalan dengan percaya diri. Ia memang tidak terlalu peduli dengan kata-kata orang lain.

"Eh, dua hari nggak keliatan, akhirnya muncul juga. Lo dicariin sama Pak Sopar." Salah satu senior Bella menegur dengan senyum ramah.

Bella hanya menggangguk dan segera menuju ruangan Pak Sopar. Ia bisa mendengar gerutuan dari kakak tingkatnya itu dengan jelas.

"Bukannya bilang terima kasih, eh, malah melengos aja."

Bella hanya menghela napas. Ia mengetuk pintu ruangan pembimbingnya dan segera masuk setelah mendapat jawaban.

"Bella, saya kira kamu akan muncul segera setelah revisi. Kali ini, kamu menghilang dua hari." Pak Sopar mempersilakan Bella duduk dengan gerakan tangan.

Bella menjawab setelah duduk dengan nyaman. "Ayah saya sakit, Pak."

Wajah Pak Sopar yang tadinya ceria berubah menjadi prihatin. "Oh, begitu. Sekarang kondisinya sudah membaik?"

Bella tersenyum. "Sudah, Pak, tapi belum saya izinkan bekerja."

Pria tanpa rambut itu tertawa. "Kamu memang selalu tegas. Ngomong-ngomong, gimana draft yang kemarin?"

Bella menyodorkan map yang sedari tadi ia pegang. Kemudian ia menanti jawaban dari Pak Sopar.

"Saya ada kelas sepuluh menit lagi, besok kamu bisa ke sini untuk ambil revisinya."

"Baik, Pak. Terima kasih." Bella segera bangkit berdiri karena ia memang paham kalau sesi bimbingannya tidak bisa dilakukan hari ini. Ia segera menyalami Pak Sopar dan berjalan menuju pintu keluar.

Belum juga tangan Bella menyentuh gagang pintu, dosen pembimbingnya itu kembali memanggil.

"Bella, jangan terlalu memikirkan omongan orang, ya. Kamu sampai di sini dengan usahamu sendiri."

Bella berbalik dan tersenyum lebar. Ia mengangkat tangannya dan berpose layaknya hormat militer. "Siap, Pak."

Bella berjalan sambil berjingkrak menuju pohon besar, tempat favoritnya. Ia ke sana untuk mendengarkan musik sambil menunggu jam mengajarnya.

Ayah memang melarang Bella menggantikannya untuk mengajar Zian, tetapi Bella tetap bersikeras untuk menggantikan Ayah. Berbagai alasan sudah Bella kemukakan, akhirnya, Ayah mengizinkan Bella dengan syarat gadis itu tidak boleh terluka. Ayah bilang, kelihatannya Zian punya bakat untuk melukai orang lain.

"Lo susah amat dibilangin! Mana?"

Bella berniat menyumpal telinganya dengan headset, tetapi seruan dari suara yang ia kenal membuatnya batal melakukannya. Gadis berponi itu menoleh dan mendapati Zian dan Alka yang tengah berdiri di depan anak laki-laki yang sama dengan minggu lalu.

"Astaga." Bella menyaksikan kejadian itu hingga selesai. Ia menghela napas ketika Zian melirik tajam ke arahnya.

Alka yang ada di belakang laki-laki bercelana sobek-sobek itu hanya bisa mengangguk tanda menyapa.

Bella menuju rumah Zian dengan angkutan umum. Ketika berjalan di komplek rumah, ia bisa melihat Zian dan Alka yang baru tiba. Zian dibonceng Alka yang mengendarai motor matik. Pria berhelm itu membuka gerbang dan membiarkan Alka masuk. Bella bisa melihat kalau Zian tersenyum dan bercanda ketika mempersilakan Alka masuk.

Melihat bagaimana sikap Zian memperlakukan Alka, Bella sangsi kalau itu adalah orang yang sama dengan preman yang melakukan pemalakan di kampus tadi. Zian yang sedang memalak, mampu membuat Bella bergidik, berbeda dengan laki-laki yang tersenyum di depannya.

Bella mengetuk pintu rumah, tetapi tidak ada jawaban. Kemudian ia mengetuk kembali pintu tersebut. Tanpa terduga pintu itu langsung terbuka ketika Bella baru mengetuk satu kali. Yang muncul untuk menyambutnya adalah Alka.

Pria berkacamata itu tersenyum ketika melihat Bella. "Terima kasih sudah datang."

"Nggak perlu berterima kasih, gue ke sini untuk menjalankan tugas gue."

Bella masuk ke rumah tersebut. Kemudian, ia terpukau dengan penampilan Zian yang kini tengah bermain piano. Laki-laki itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti yang Bella lihat sebelumnya, kaus hitam yang dilapisi dengan kemeja merah kotak-kotak dan jeans panjang yang sobek di bagian lutut. Namun, penampilan laki-laki itu jadi sedikit kalem ketika bermain piano.

Alka sadar kalau kini Bella memperhatikan Zian yang tengah bermain piano. "Zian emang suka banget main piano sama gitar. Dia sudah main dua alat musik itu dari kecil."

Bella mengangguk paham.

"Zi, Bella udah datang." Alka berbicara setelah menunggu beberapa menit, hingga Zian menyelesaikan lagunya.

Tanpa terduga, laki-laki yang lebih mirip preman itu tidak menyeringai seperti biasanya, ia malah tersenyum menampilkan gigi rapi, tetapi hal tersebut membuat Bella heran.

"Lo nggak bisa ikutan masuk aja gitu, ke ruang belajar? Kayaknya Zian rada aneh, deh, hari ini."

Alka malah tersenyum. Ia mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke udara untuk memberi semangat pada Bella. "Gue percaya sama lo. Tolong, bantu Zian."

"Kalau diitung-itung, kayaknya lo udah lebih dari tiga kali, deh, minta tolong sama gue." Bella berbisik.

Melihat dua orang yang ada di hadapannya kelewat akrab, Zian mengerutkan jadi cemberut. "Kalian lagi ngomongin apa?"

Sontak Bella langsung menggeleng. "Kita nggak ngomongin apa-apa. Kalo udah siap, ayo, ke ruang belajar."

Dengan patuh, Zian melangkah menuju ruang belajar. Ia membuka pintu dan membiarkan pintu tersebut terbuka hingga Bella masuk ke ruangan itu. Kemudian laki-laki itu menutup pintu setelah Bella masuk. Bella sempat berjalan lambat sambil memincingkan mata.

Layaknya murid teladan, Zian langsung duduk manis, membuka buku dan menyiapkan pulpen.

Dengan gerakan lambat, Bella meletakkan tasnya sambil keheranan melihat tingkah Zian. "Lo baik-baik aja, kan?"

Zian tersenyum lebar. Sepertinya ini kali pertama Bella melihat Zian tersenyum selebar itu. Bahkan senyum yang tadi Bella lihat di gerbang, tidaklah selebar ini.

"Sangat baik." Zian menjawab dengan semangat.

"Bagus, deh, kalau lo ngerasa baik-baik aja." Bella tersenyum kaku. Dalam hati, ia bertanya-tanya. Apa mungkin Zian baru mendapatkan sesuatu hingga membuatnya sebahagia ini? Atau ia berhasil mendapatkan uang banyak dari memalak hari ini?

Dengan cepat, gadis bermata besar itu menghapus semua pertanyaan di kepalanya. Bella memulai pelajaran dengan membahas topik yang sudah pernah ia berikan kepada Zian. Gadis berambut panjang itu menjelaskan sambil menulis di papan tulis. Kemudian, ia menunjukkan apa yang dijelaskan sambil memberitahu Zian letak pembahasan mereka di file yang sudah diberikan Bella.

Tanpa terasa, satu jam berlalu dengan cepat. Zian memperhatikan penjelasan Bella dengan baik. Sesekali laki-laki berambut cepak itu bertanya dengan serius.

Meski tidak kewalahan, beberapa kali Bella menjawab pertanyaan dengan lambat karena ia tidak menduga kalau Zian akan bertanya padanya. Saking tidak percayanya, Bella berusaha melihat tato yang menyembul di lengan laki-laki itu. Setelah melihatnya, Bella percaya kalau itu benar-benar Zian.

Pelajaran hari itu diakhiri dengan damai. Tanpa bentakan atau gebrakan meja. "Oke, terima kasih untuk hari ini."

"Gue yang harusnya berterima kasih."

Bella merapikan meja belajar. Ia memasukkan beberapa buku, tetapi satu suara yang berasal dari perutnya membuat Bella malu setengah mati.

Zian tersenyum. "Ayo, makan di sini dulu."

Wajah Bella memerah, ia menunduk dalam.

Aloha!
Terima kasih sudah membaca dan memberi vote.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro