04. Lil' Brother

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Udara di malam hari pada pertengahan bulan Desember terasa dingin sekali, membuat siapa saja enggan untuk keluar rumah. Namun, keindahan kota Seoul sangat sayang untuk dilewatkan pada momen menjelang natal dan tahun baru. Beberapa pohon yang dihiasi putihnya kepingan salju, dipadu kemerlap lampu jalanan memanjakan pandangan mata.

Anna hanya terus berjalan memijaki jalan setapak di taman depan apartemennya. Ditemani embusan angin yang kerap berkabut setiap kali ia mengembuskan napas sambil sesekali merapatkan padding lalu menggosok kedua telapak tangan. Di belakangnya seorang pria dengan setia menemani berjalan, mengikuti langkahnya meski terus mengoceh kedinginan tanpa henti.

Jeon Jaemin, sekretaris sekaligus pria yang selalu datang kapanpun ia memanggilnya. Jaemin selalu dapat diandalkan setiap kali Anna butuh pertolongan—hanya untuk Anna—ia akan datang dengan jutaan kalimat penenang setiap kali gadis itu menjadi kacau karena suatu hal.

Seperti saat ini. Ia segera datang tanpa banyak bertanya usai Anna meneleponnya—meski ia baru saja pulang setelah mengantar gadis itu. Jaemin memang dua tahun lebih muda darinya. Namun, sejak menjadi junior di kampus yang sama dengan Anna, pria itu sering bertingkah seperti kakak yang siap melindunginya.

Jaemin dan Anna sama-sama tinggal seorang diri di Boston. Hanya Anna yang ia kenal sebagai sosok yang bisa berbicara bahasa Korea, maka sejak itu Jaemin kerap mengikuti ke mana pun Anna pergi. Bahkan saat Anna memutuskan pulang ke Korea ketika mendengar kabar Tuan Kim yang jatuh sakit, Jaemin memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memilih ikut pulang bersama Anna.

Kini keduanya sudah duduk di atas bangku taman yang terasa lebih dingin karena permukaannya diselimuti salju tebal. Anna diam menunduk memikirkan kejadian tadi siang. Ia teringat akan ucapan Jimin yang sangat mencintai kekasihnya. Mendadak ada segurat perasaan ragu untuk melanjutkan pernikahan yang hanya tinggal dua bulan lagi.

Lagi-lagi ia menangis untuk meluapkan beban yang ada di kepalanya. Ada rasa sesak yang mendera di dalam dada. Ia benar-benar bingung harus bagaimana. Sisi hatinya yang terdalam ingin menikah untuk memenuhi wasiat itu, tetapi sosok malaikat di dirinya tidak ingin menyakiti hati gadis lain yang mencintai calon suaminya.

Jaemin yang melihat bahu Anna mulai bergetar saat gadis itu menunduk menutup kedua matanya dengan telapak tangan, lantas tidak tinggal diam. Ia menepuk perlahan punggung yang lebih tua untuk memberi perhatian. "Hei, kamu kenapa? Ceritakan padaku, Anna. Jangan dipendam sendiri," ucapnya berusaha membuat Anna bercerita.

Bukannya menjawab, Anna justru berhambur memeluk Jaemin. Menangis terisak di dalam dekapannya. Sementara pria yang lebih muda turut membalas pelukan itu sambil sesekali memberikan usapan lembut. Jaemin lebih memilih diam dan membiarkan gadis itu menumpahkan semua air mata di atas dadanya. Meluapkan seluruh emosi yang tertahan dan berkecamuk di dalam dirinya.

"Jeon, katakan bahwa aku telah melakukan hal yang tepat. Kumohon, katakan bahwa semua akan baik-baik saja." Anna berucap pilu, menatap Jaemin dengan derai air mata.

Jaemin memegang kedua bahunya. Menatap lurus pada mata kecokelatan milik Anna. Ia memberikan raut tegas yang meyakinkan. "Hei, kamu siapa? Anna yang kukenal enggak kayak gini," ucapnya penuh penekanan.

"Ingatlah kalau kamu itu Annastasia Swan! Semua hal akan baik-baik saja di tanganmu," lanjutnya. Tangannya terulur untuk merapikan helaian rambut Anna yang berantakan menutup wajah. Mengusap lembut sisa air mata yang menggenang di pelupuknya.

"Ini adalah tanggung jawab yang besar. Aku sangat terbebani, Jeon." Setengah terisak, Anna menjawab. "Aku takut enggak bisa memenuhi keinginan Paman Kim, aku juga takut menyakiti hati banyak orang."

Anna balas menatap obsidian Jaemin. Mencari ketenangan dari setiap pendar netra hitam pekatnya. "Kamu tahu 'kan, Hwang Jimin yang menyebalkan itu? Dia akan segera menjadi suamiku. Bertahun-tahun aku berusaha melupakannya, lalu kini kami bertemu kembali dan ia enggak ingat apapun tentangku, itu sangat menyakitiku, Jeon!" Anna mengusap air mata yang lagi-lagi lolos dari pupilnya. Mengambil jeda sebelum kembali berucap. "Lalu jangan lupakan Choi Sera. Gadis berhati malaikat yang merelakan prianya menikah denganku hanya demi sebuah marga. Bukankah aku terdengar seperti gadis jahat?"

Anna kembali terisak setelah mengeluarkan isi hatinya. Jaemin menggeleng dan tidak tinggal diam. Ia meraih tubuh gadis itu dan membawanya dalam pelukan, mengusap lembut kepalanya dan memberikan ketenangan. Membuat Anna tenggelam dalam kenyamanan.

Hanya beberapa detik sampai dirasa Anna lebih tenang dan tidak lagi terisak. Ia melepas pelukan itu dan menatap mata sembab gadis di hadapannya. "Noona, lihat aku." Ia memegang kedua bahu yang lebih tua. Jaemin sangat jarang memanggil Anna dengan sebutan 'Noona'. Baginya, Anna tidak bisa dijadikan seorang kakak, karena Jaemin selalu ingin menjaga dan melindungi gadis itu bukan sebagai adik.

"Pernikahan ini enggak direncanakan dalam waktu satu atau dua minggu, enggak! Kita sudah merencanakan ini dalam tiga bulan sejak kematian Tuan Kim. Segala risiko sudah kita bicarakan, dan semua pihak sudah setuju." Jungkook menghela napas, mengelus kedua bahu Anna lembut, lalu melanjutkan, "Untuk itu kamu harus menikah, dan lelaki menyebalkan itu sudah rela berbaik hati bersedia menikahimu, meski harus mengorbankan kekasihnya."

Seandainya aku dapat menggantikannya, Anna. Seandainya Seojoon memilihku daripada pria berengsek itu untuk menikahimu, kamu pasti enggak akan sesulit ini.

"Jadi, apa kamu akan menyia-nyiakan pengorbanan semua orang? Hanya karena kamu merasa terbebani? Mengabaikan semua orang yang sudah membantumu dalam masalah ini? Kamu enggak sendiri, Noona. Ada aku, ada keluarga Kim, ada Hwang Jimin," ucapnya lagi dengan nada yang kelewat lembut memberikan ketenangan bagi Anna.

Kali ini wanita itu hanya terdiam. Ia sama sekali tidak bisa membantah ucapan Jaemin. Sementara Jaemin terus memberikan usapan lembut pada punggungnya untuk memberikan rasa nyaman dan juga aman. Anna terus menunduk menahan air mata sambil memikirkan semua ucapan pria yang ia anggap sebagai adik sendiri di sampingnya.

Anna telah mengambil keputusan tepat saat meminta Jaemin menjadi sekretarisnya begitu tiba di Korea dan Seojoon memintanya mengurus perusahaan. Ia telah meninggalkan negeri ginseng sejak lulus sekolah, dan di sini tidak banyak orang yang dapat ia percayai selain Seojoon. Maka keberadaan Jaemin dapat membuatnya merasa aman, karena Seojoon tidak dapat selalu berada di sisinya seperti yang Jaemin lakukan.

Jaemin tiba-tiba saja berdiri sambil menghentakkan kaki membuat Anna bingung. Ia menarik tangan Anna untuk berdiri dan mengikutinya. Ia mengajak gadis itu berjalan keluar taman. Meski kebingungan, Anna tetap diam dan mengikuti langkahnya.

"Aku sudah memberikanmu nasihat terbaik. Sekarang, bayarlah biaya konsultasinya," ucapnya terdengar serius meski tanpa menoleh. Pandangannya lurus ke depan sambil terus menggandeng tangan gadis yang lebih tua darinya.

Seketika Anna berhenti dan melepas pegangan. "Hah?" Ia menatap Jaemin dengan kening berkerut dan mata sembab juga hidung yang berair.

Jaemin menarik napas panjang, lalu mengeluarkan saputangan dari dalam kantung coat-nya. Ia menyodorkan benda itu pada Anna sambil berkata, "Bersihkan wajahmu dan usap ingusmu dengan ini. Setelah itu teraktir aku makan, aku lapar!"

Anna mendengkus, tapi tetap mengambilnya. "Dasar pamrih!" kesalnya.

Jaemin mendelik tidak terima. "Hei, lihat sekelilingmu, Nona! Ini malam bersalju dan kamu mengajakku berjalan di taman yang sedingin ini selama hamir satu jam! Kamu mau membunuhku, atau apa? Pokoknya aku lapar! Teraktir aku, atau aku enggak akan masuk kerja selama sebulan!"

Anna sama sekali tidak menjawab ocehannya. Ia hanya terus berjalan sambil membersihkan wajah dan Jaemin mengikuti di belakangnya. Tentu saja ocehan panjang dari bibir mungilnya terus menggema di antara dinginnya salju yang kian lebat.

Tbc...

Terima kasih sudah baca💜

~Suga's lil' girl

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro