10. Mariage Life

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

It'd be better actually
If this was really a game
Becuse it pains me so much
I need to heal my medic

BTS JHOPE – Jamais Vu

Anna baru saja menuruni tangga usai mandi dan berganti pakaian. Ia melihat sekeliling dan tidak menemukan keberadaan suaminya. Jimin benar-benar sudah pergi, pikirnya. Wanita itu mengedikkan bahu acuh lalu berjalan menuju dapur.

Dilihatnya sepiring roti bakar di atas meja. Dari tempatnya berdiri, ia sudah dapat mencium aroma Nuttela yang dioleskan cukup banyak di sana. Anna tersenyum simpul, rupanya pria itu menyiapkan sarapan kesukaannya.

Kini langkahnya dipercepat menuju lemarin es. Mencari minuman dingin alih-alih membuat kopi atau teh hangat. Anna tidak terbiasa dengan minuman hangat di pagi hari.

Lagi-lagi Anna dibuat terkagum saat melihat isi lemari pendingin milik suaminya. Ia cukup tahu, Jimin tidak menyukai susu fullcream berwarna putih. Pria itu lebih memilih kopi dengan creamer sebagai pelengkap sarapan pagi. Namun, kini yang dilihatnya kulkas itu berisi beberapa kotak susu fullcream UHT merek kesukaan Anna.

Apa dia menyiapkan ini untukku?

Kembali Anna bersikap acuh. Wanita itu mengambil satu kotak susu lalu menuangkan ke dalam gelas yang sudah ia isi dengan es cube. Kembali pada meja makan dan menikmati sarapan dengan tenang.

Ternyata menikah enggak buruk juga, kok.

Baru menikmati beberapa suap, ia mendengar suara tombol ditekan diikuti pintu terbuka. Langkah kaki mendekat yang ia duga itu Jimin. Karena asisten rumah tangga yang biasa datang saat pagi, hari ini sedang cuti.

Masih sibuk dengan sarapannya, Anna tidak mengindahkan pria yang sudah berdiri tepat di belakangnya itu. Ia menikmati setiap gigitan yang lumer di mulut saat dikunyahnya. Rasa manis dan gurih dari selai hazelnut cokelat dapat membuatnya abai pada sekitar.

"Kenapa makan menu sarapan di jam makan siang? Itu juga udah dingin, kenapa enggak buat yang baru aja, sih?" oceh Jimin yang saat ini sudah berdiri di hadapan Anna.

Gadis itu tidak menoleh dan menyelesaikan kunyahannya. "Kenapa baru datang udah cerewet banget, sih? Ini tuh, sayang kalau enggak dimakan. Lagian, aku juga malas buat yang baru."

Jimin menghela napas. "Jangan makan itu. Ayo, kita makan siang ke luar," ucapnya sambil berjalan menuju lemari es dan mengambil sebotol air mineral di dalamnya.

"Enggak mau. Aku capek, dan malas keluar," jawab Anna tanpa menatap lawan bicaranya.

Si pria menghabiskan hampir setengah botol air. Ia menutup kembali botol lalu berkata, "Ya sudah, kalau gitu buatin aku makanan dong. Aku laper banget, nih."

Lagi-lagi Anna menggeleng. "Aku bilang aku capek. Aku lagi enggak mau ngapa-ngapain, Tuang Hwang," jawabnya dengan penekanan saat menyebut nama sang suami.

Pria yang diajak bicara hanya mencebik lalu berjalan meninggalkan meja makan. "Dasar istri enggak bisa diandalkan," gerutunya yang masih bisa didengar oleh wanita yang dibicarakan.

"Kamu nyesel nikahin aku? Gimana kalau kita cerai aja?" sahut Anna kelewat santai sambil menyeruput susu di dalam gelas. Seolah yang ia ucapkan bukanlah apa-apa.

"Dasar wanita gila! Aku pesan delivery aja kalau gitu," ucap Jimin dengan sedikit berteriak karena kini ia sudah berada di ruang tengah untuk menonton televisi.

***

Anna berjalan menghampiri Jimin usai mmerapikn bekas makanannya. Ia menggeleng melihat tingkah suaminya yang tengah merebahkan tubuh di sofa. Jiwa perfeksionisnya menguar kala melihat remahan keripik kentang tercecer di bawah meja. Membiarkan televisi menyala meski pria itu sedang sibuk dengan ponselnya.

"Kamu dari mana? Bukankah seharusnya kamu mengambil jatah libur?" tanya Anna sambil meletakkan bokong pada sofa lain.

Jimin terlihat acuh. Pria itu masih fokus mengetik pesan singkat pada telepon genggam. Baru lah setelah selesai, ia menatap istrinya dengan senyum menggoda.

"Kenapa? Kamu mau menikmati cuti menikah dengan berduaan?" tanyanya sambil menaik-turunkan kedua alis. Ia bangkit dan mendekat ke tempat perempuan itu duduk.

Terlihat panik, Anna mengerutkan kening sambil mengambil ancang-ancang gerakan waspada. Ia sudah bersiap melakukan apa saja untuk melindungi diri. Tidak menutup kemungkinan ia akan dengan berani menendang pangkal paha lelaki itu, kalau saja suara bel pintu tidak terdengar.

Maka dengan gerakan cepat, gadis blasteran itu mendorong tubuh Jimin dengan kekuatan penuh. "Jangan kurang ajar, Hwang Jimin!" kesalnya lalu berjalan membukakan pintu.

Ia mengucapkan terima kasih lalu kembali menutup pintu. Menerima kiriman makanan yang Jimin pesan beberapa menit lalu. Berjalan ke dalam dengan tampang kesal, masih karena ulah suami yang baru dinikahinya kemarin.

"Berhenti nyemil, Tuan Muda, karena makananmu sudah datang," ucapnya sengaja dengan bahasa baku, tetapi bernada kesal.

"Terima kasih." Jimin bangun penuh semangat disertai senyuman bahagia. Ia menyambut bungkus makanan yang Anna sodorkan. Membuka dengan mata berbinar kegirangan. Anna yang melihat hal itu, hanya memutar bola mata.

"Mau makan di sini aja? Enggak mau di meja makan?" tanya Anna memperhatikan Jimin yang tengah sibuk membuka bungkus makanan.

Tanpa menatap, yang ditanya menjawab sambil sibuk mengecek satu per satu menu yang ia pesan. "Aku enggak punya tenaga untuk pergi ke meja makan. Jadi makan di sini aja. Bisa tolong ambilkan air minum?"

Anna menghela napas, tetapi tetap melangkah ke dapur untuk menuruti permintaan pria itu. Mengabaikan Jimin yang sudah mulai menyuapkan jajangmyeon pada mulutnya. Pria itu pasti kelaparan, pikir Anna.

"Kamu laper banget, ya? Sampai pesan dua porsi gitu?" Anna bertanya usai mengambil sebotol air mineral beserta gelas untuk Jimin dan dirinya. Meletakkan di atas meja dan bersiap untuk duduk di hadapan suaminya.

"Aku pesan dua karena kita berdua. Sini, duduk dan makan bersamaku," ucap Jimin sambil menarik perelangan Anna secara tiba-tiba, membuat wanita itu tersentak kaget. Ia hanya menurut saat lelaki itu menariknya dan tiba-tiba saja ia sudah memegang satu bungkus mie jajang yang dipesan Jimin untuknya.

Namun, beberapa detik setelahnya ia segera meletakkan kotak makan itu kembali. "Aku udah makan!" katanya terdengar kesal.

Jimin berdecak. "Apanya yang udah? Kamu cuma makan sepotong roti di jam makan siang!"

"Tapi aku kenyang!" elak Anna sambil mencebik kesal.

Helaan napas panjang Jimin keluarkan. Ia meletakkan kotak makanannya dan menatap lurus pada mata kecokelatan milik Anna. "Sedikit saja, ya? Setidaknya temani aku makan. Sayang 'kan, kalau sudah dibeli, tapi enggak dimakan," ujarnya melunak membuat Anna sedikit terenyuh.

Meski agak ragu, tetapi Anna mengangguk samar atas permintaan Jimin. Menurut saja saat lelaki itu membuka bungkus makanan dan menyelipkan sepasang sumpit pada tangannya. Menyuap meski dengan sangat terpaksa.

Diam diam Anna memperhatikan suaminya. Pria itu makan dengan lahap meski terlihat jelas pikirannya kosong. Ia menyadari ada beban yang disembunyikan oleh lelaki itu. Ingin sekali bertanya ada apa, tetapi ia takut dibilang terlalu mencampuri.

"Aku tahu aku emang tampan, tapi enggak usah lihatin terus gitu dong! Kan, aku jadi baper," ucap Jimin membuat Anna seketika berpaling. Wanita itu mencebik sebal lalu berkata, "Enggak usah ge er ya, kamu!"

Jimin terkekeh. Ia meletakkan bungkus mie yang sudah kosong, lalu meminum segelas air hingga tandas. Ditatapnya wanita di samping dengan senyuman menggoda yang justru terlihat mengerikan di mata Anna.

"Annastasia, gimana kalau hari ini kita kencan?"

Seketika Anna tersedak mendengar tawaran tiba-tiba dari Jimin. Wanita itu mendelik menatap suaminya. "Agak gila! Ngapain juga aku harus pergi kencan sama kamu?" tanyanya meremehkan. Namun, Jimin justru tersenyum semakin lebar.

"Karena kamu istriku! Ayo, kita pergi sekarang." Jimin menarik tangan Anna begitu saja membuat wanita itu berdiri dari sofa. Meletakkan secara asal bungkus mie yang baru dimakan separuh. Ia berusaha mengajak Anna pergi, tetapi wanita itu justru menahan tubuhnya agar tidak bergerak.

"Aku belum selesai makan!" ucap Anna kesal. Jimin mengerutkan kening. "Tadi kan, kamu bilang udah kenyang?" tanyanya mengembalikan ucapan Anna.

Anna menghela napas. "Setidaknya biarkan aku bersiap dulu! Ganti baju atau mandi sebentar kan, bisa?"

Jimin terdiam menatap wajah Anna lamat-lamat. Hal itu membuat yang ditatap sedikit salah tingkah. Kemudian ia berkata dengan senyuman merekah. "Enggak perlu. Kamu udah cantik, kok."

Hal selanjutnya yang terjadi adalah Jimin yang menarik tangan Anna hingga keluar pintu. Bergandengan tangan hingga tiba di parkiran dan bersiap mengemudi. Sementara wanita yang ditarik hanya diam tanpa ada penolakan meski ia tidak tahu akan dibawa ke mana oleh suaminya.

Dengan pakaian kayak gini, nggak mungkin dia ngajak pergi jauh, kan?

Tbc ....

Stay healthy, kesayanganku

Luv,
Rizkitaramadan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro