Terlambat - 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bahagia itu sederhana. Saat aku dan kamu menghabiskan hari, saling bercerita dan berpegangan tangan.
_________


"Mas Damar beneran tahu daerah sini, kan?" Damar menoleh sekilas dan melirik pada Nia, yang menampakkan raut keraguan. Laki-laki itu mengangguk. "Iya. Tenang aja. Aku tahu kalau daerah kota. Ayo, aku ajak keliling. Masih sore juga." Nia setuju.

Motor melaju setelah lampu hijau menyala. Berbelok ke arah kota, motor Damar membelah jalanan yang tersorot hangat senja dari arah barat. Angin membelai rambut Nia yang ia biarkan terurai. Kibasannya melambai syahdu dengan aroma terik yang memudar dan cahaya berkilauan.

Usai bercengkrama dengan keluarga Lek To, Damar mengajak Nia berkeliling di kota kecil berjuluk kota angin ini sebelum laki-laki itu pulang sendiri. Karena Nia berencana menginap beberapa hari di rumah saudaranya tersebut.

Melewati jalan A. Yani yang cukup terkenal sebagai jantung kota Nganjuk, sesekali Damar akan menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke kota ini. Entah saat sendiri atau dengan temannya. Untuk sekadar lewat, mencari makanan atau berbelanja keperluan usahanya. Keduanya tertawa saat obrolan perlu ditertawakan. Hingga motor Damar berhenti di alun-alun. Memarkirkan sejenak, kemudian ia mengajak Nia berjalan ke arah penjual es oyen dan siomay di depan sebuah sekolah. Nia duduk bersila lebih dulu, sementara Damar sibuk memesankan dua makanan berbeda penjual tersebut.

"Dulu kamu suka cerita pentol yang ada di sekolahku enak, kan?" Damar membuka obrolan seraya menyaru rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya. Terlihat sedikit berantakan memang.

"Kok Mas Damar inget? Katanya nggak inget sama aku?" Ditanya seperti itu, Damar tersenyum maklum.

"Sekarang dikit-dikit udah ingat. Cuma sedikit saja sih. Seperti kebiasaan yang berulang kali dilakukan." Awalnya memang Damar tak mengingat sama sekali. Malah ia takut dengan kesan pertama dan kedua pertemuan mereka. Nia yang menatap heran, dan Nia menodongnya dengan janji yang ia tak ingat sama sekali pernah mengatakannya. Namun, setelah datang ke rumah Nia dan bertemu Alif, ia jadi ingat. Gadis kecil yang dulu menjadi murid les privatnya. Damar ingin terpingkal jika ingat saat Nia menodongnya soal perasaan. Kalimat konyol yang dulu ternyata ampuh membungkam rengekan Nia kecil.

"Oh. Lumayan berarti. Kirain nggak bakal inget sama sekali." Ah, menyenangkan juga ternyata bertemu dengan teman lama. Damar melihat Nia yang sibuk dengan layar ponsel pintar, duduk di sebelahnya.

Kebo
Apaan? Pacaran aja sono. Gk usah chat aq

Nia_unyu
Dia cm inget aku ska pentol doang. Gk inget mau suka sama aq. Ap tnx lngsg dia suka sma aq gak bo?

Kebo
Sarap! Santai neng. Gak usah sok nyodorin dri. Sabar. Kenal deket aja. Lma2 lngsung tancap gas. Des des prank! 🔫

"Udah dateng. Diminum, Ya." Nia tergagap. Segera ia masukkan ponsel ke dalam tas. Menyadari tatapan Damar yang meminta dirinya segera meminum es oyen, Nia segera meraih mangkok di hadapannya.

Keduanya sama-sama larut dalam decap segar es oyen yang berisi potongan buah segar dan butiran mutiara merah muda yang lembut. Rasa segar menyelimuti tenggorokan keduanya.

_______

Yang mau PO, masih terbuka ya. Ada harga diskon dan bonus dompet unyu. 😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro