prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Eh! El, dengerin gue deh, El!"

"Enn," Orang yang diajak bicara pun hanya menggumam sebagai jawaban.

"Eh, El! dengerin gue dong,"

"Iya Bel, dari tadi juga dengerin kok," pria tersebut masih tetap memfokuskan pandangannya pada layar ponsel yang menyala di tangannya.

"Ish, taulah! curut, diajakin ngomong serius, malah gak mau dengerin!" wanita berparas mungil, dengan rambut berwarna hitam sepunggung itu, mendengus kesal karena ulah manusian di depannya ini.

"Ya terus, lo kira dari tadi gue ngapain Bel, dari tadi kan gue udah dengerin lo ngomong."

"Iya lo dengerin, tapi lo gak ngeliat ke arah gue, dari tadi lo masih ngeliat ke arah hp lo mulu!"

"Kan lo dari tadi nyuruhnya gue dengerin, bukan nyuruh gue liat, jadi gue gak harus liat ke arah lo 'kan, udah ah gue mau ke kantin, laper," pria itu pun langsung berdiri pergi meninggalkan gadis yang masih setia duduk di pinggir lapangan tersebut.

Gadis itu pun tidak percaya dengan tingkah pria yang beberapa saat lalu bersamanya.

"Eh kampret! tungguin gue!" Gadis itu berteriak sambil beranjak berlari mengikuti pria yang sudah pergi ke kantin terlebih dahulu.

Elvano, seorang laki-laki yang sudah bersahabat dengan dengan Abel sejak dia pindah masuk SMA yang sama dengan Abel, sebenarnya bukan dia yang awalnya mengajak bersahabat denga Abel, tetapi Abel dulu lah yang awalnya mengajaknya berteman dan sekarang malah menjadi sahabat.

Rabelia, seorang gadis yang mengajak El untuk menjadi sahabatnya, bukan Abel tidak bisa mencari teman perempuan, hanya saja dia tidak terlalu suka dengan pergaulan para siswi yang selalu membicarakan orang satu dan orang lainnya, sedangkan ketika dia melihat para kumpulan siswa laki-laki dia merasa miris karena yang di bicarakan adalah hal-hal tentang urusan laki-laki yang tidak ia pahami, dan ketika ia melihat ada anak pindahan yang masuk di sekolahnya dia lumayan penasaran, dan lebih beruntungnya lagi anak itu masuk dan menjadi teman sekelasnya, dia yang termasuk anak yang gampang penasaran pun langsung mengajak El berkenalan lebih akrab, dan mengajak el menjadi sahabatnya, walau awalnya ia sering di acuh kan oleh El, tetapi semakin hari semakin kesini El mulai menerimanya menjadi sahabat, dan mereka jadi sering kemana-mana bersama, hingga muncul rumor mereka memiliki hubungan spesial 'pacaran' tetapi ternyata itu hanyalan rumor belaka yang tidak sesuai fakta, dan itu tidak mereka anggap menjadi masalah.

Sesudah sampai di kantin, Abel mencari keberada El, dia mengarahkan pandangannya ke segala arah hingga sampai di meja kantin di dekat dinding yang bisa langsung mengarah ke lapangan, akhirnya Abel pun langsung menghampiri ke tempat El berada.

Dia pun mulai berjalan dengan semangat dan sembari memikirkan tentang hal yang akan ia ceritakan kepada El sejenak, belum sampai ia di tempat El, langkahnya pun sudah terhenti, dia melihat seorang gadis yang menghampiri El, entah mengapa dadanya tiba-tiba terasa sedikit kehabisan ruang bernapas, hatinya terasa tercubit, entah dia sendiri pun merasa seperti tidak rela ada gadis yang dekat dengan El, tapi dia juga tidak mau egois, sedangkan dia sendiri akan menceritakan kepada El tentang orang yang dia suka.

Senyum tipis sedikit miris pun muncul dari wajahnya yang berusaha ceria tetapi kali ini tidak mau di ajak kerja sama.

"Udah lah mending gak usah kesana, takut ganggu El," Abel berkata lirih kepada dirinya sendiri dan mulai memutar balikkan badannya.

Belum genap dua langkah ia berjalan sudah ada suara yang memanggilnya.

"Abel!"

Abel yang sangat memahami siapa pemilik suara itu pun langsung membalikkan badannya, dan benar saja, El sudah berjalan ke arahnya dan Abel langsung melirik ke arah tempat duduk El tadi, di sana sudah ada gadis yang menghampiri El tadi, sedang duduk di sana dengan menatap ke arahnya, oh tidak, lebih tepatnya menatap kepergian El dengan menampangkan raut wajah masamnya dan menatap penuh kebencian kepada Abel.

Abel yang melihat tatapan itu pun hanya menggidikan bahunya dan langsung menatap ke arah El yang sudah ada di dekatnya.

"Lo ngapain ke sini El, itu ada cewek yang ngedeketin lo, kok malah di tinggalin sih."

El hanya menatap datar kepada Abel, dan langsung menarik lengan baju Abel.

"Alah, udah ayok!" El langsung menarik lengan baju Abel dan langsung berjalan cepat menuju keluar kantin.

Tubuh Abel yang belum siap pun sedikit terhuyung saat di tarik oleh El, walau pun Abel tidak selemah gadis lainnya, tetapi tetap saja jika di keadaan seperti ini dia tetap kalah oleh tenaga El, lagian sayang juga 'kan, kalau bajunya harus sobek dengan tidak sepantasnya, Abel segera menyeimbangkan tubuhnya dan mulai jalan cepat untuk menyeimbangkan jalan El.

Abel dan El sudah berada di bangku kelas mereka, karena posisi sekarang sedang jam istirahat jadi tidak seberapa banyak murid yang berada di dalam kelas, El dan Abel memang duduk satu bangku, dan pastinya itu ulah Abel yang menyuruh teman sebangku El dulu untuk pindah ke bangku Abel yang sebenarnya, dan teman-temannya pun tidak mempersalahkan hal itu, karena mereka sudah hafal dengan tingkah laku Abel.

"Ish! apa-apaan sih El, kebiasaan deh narik orang tapi narik bajunya," sungut Abel tak terima, dan alasannya pun tetap sama, selalu sama 'bukan mahrom' , sampai-sampai sekarang paling El hanya menanggapinya dengan senyum rasa berdosa tanpa merasa bersalah.

Benar saja tebakan Abel, El hanya menunjukkan senyum menyebalkan itu lagi, untung sahabat, kalo gak mungkin sudah habis El di jambak oleh Abel.

"Oh iya, pertanyaan gue tadi kok gak di jawab sih."

El mengerutkan dahinya dan menaikkan satu alisnya, dan Abel pun sudah paham maksud El.

"Tadi loh El, yang gue tanya, ngapain lo ninggalin cewek yang ngedeketin lo di kantin tadi," Abel menceritakan secara rinci dan serius.

El hanya mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi dan belum ada jawaban dari El.

"Eh kampret! jawab," Abel membentak El.

"Males," El menjawab singkat, padat dan akurat.

Abel membelalakkan matanya, apa-apaan pikirnya.

"Lo males, jawab pertanya gue hah! ckckck."

"Ck! dasar bloon, tadi kan lo nanya, ya gue jawab."

Abel langsung mencerna perkataan El, iya juga pikirnya.

"Ya gak usah ngatain bloon juga, goblok!" Abel berseru dengan dengusan kesalnya.

El melirik tajam ke arah Abel, sudah berulang kali dia memberi peringatan kepada Abel, tetapi tetap saja tak di dengarkan.

"Cewek!"

El mendesis kesal, walaupun ia tau Abel sering berkata kasar, dan sudah terbiasa dengan hal itu, tetapi dia tidak suka jika harus mendengar Abel memanggil seseorang dengan kata itu.

"Ya lagian kan lo duluan tadi, lagi pula cewek tugasnya jadi makmum, jadi tugasnya ngikutin Imam, cowok itu imam, lo cowok 'kan, jadi gue ngikutin Imam dong,"Abel terkikik senang dengan perkataannya, walau bagi Abel itu hanya lah sekedar bercanda.

Tetapi beda dengan El, yang terdiam sembari terus menatap Abel yang tertawa, sungguh walau hanya sekedar bercanda, dan ia tau Abel juga tidak menganggap serius kata-katanya itu, tetapi berbeda dengan jantung El, yang sekarang berdegup dengan kencang, beruntungnya El sangat bisa mengatur raut wajahnya dengan cepat.

Andai 'kan aku ingin jadi imam kamu beneran gimana, Bel?, batin El.

El yang tersadar pun langsung menggelengkan kepalanya.

"Eh, lo kenapa, El?"

"Gak, gue gak kenapa-kenapa."

"Oh iya, lo tadi katanya mau cerita sama gue, jadi gak?"

Pintar sekali akal El, secara cepat dapat memikirkan cara mengalihkan secara tepat.

"Eh iya, jadi lupa hehe," Abel tersenyum geli mengingat kelakuannya.

El yang melihat Abel tersenyum pun ikut tersenyum pula.

Astaga manisnya senyum itu macam gulali.

"Yaudah sekarang gue cerita deh, jadi tadi pagi waktu gue ke perpustakaan buat ngebalikin buku yang gue pinjem kemarin, waktu gue mau keluar perpustakaan mata gue itu gak fokus liat jalan, dan akhirnya waktu gue udah belok di depan pintu, gue gak sengaja nabrak kakak kelas, gak nanggung kakak kelas itu ganteng parah tau gak El, pengen gue karungin bawa pulang rasanya," Abel menceritakan sambil tersenyum-senyum membayangkan.

El yang mendengar cerita Abel pun sedikit merasa terkejut, pasalnya baru kali ini Abel memuji lelaki dengan setulus ini di depan El.

Ekhem

"Ngapa, El?"

"Gak, gak papa, tenggorokan gue gatel, pengen minum."

"Ouh gitu, yaudah sana minum air keran," Abel meledek El, pasalnya ia tau El bukan ingin minum, melainkan tidak ingin mendengarkan cerita Abel.

El yang mendengar Abel berbicara seperti itu bukannya marah atau tidak terima malah menganggukkan kepalanya dan mulai berdiri berjalan menuju ke luar kelasnya.

Abel yang melihat tingkah El, hanya membelalakkan mata tidak percaya.

"Eh! El, lo mau kemana?"

"Mau nyari keran," El menjawab dengan mudahnya.

"Mau ngapain, nyari keran?" Avel semakin dibuat bingung oleh tingkah El.

"Mau minum, biar tenggorokannya gak gatel, katanya suruh minum air keran."

"Astaga El, lo itu gak goblok-goblok amat, lo itu pinter walau masih pinter gue, ngapain lo minum air keran, sedangkan air minum banyak."

"Lo, yang nyuruh," jawab El, singkat, padat dan sesuai fakta.

"Udah deh El, gue tau lo itu bukan pengen minum, tapi lebih tepatnya gak mau dengerin cerita gue, iya 'kan."

Damn!

Tepat sekali perkataan Abel, El langsung terdiam mematung.

"Apaan sih, gak usah nebak-bebak deh, gue beneran aus dan sekarang juga gue laper," El kali ini tidak berbohong, karena setelah ia mendengar kata-kata Abel, tenggorokannya terasa mengering.

Abel meneliti pada sorot mata El, dan dia tidak menemukan suatu kebohongan di sana, akhirnya ia mengehela napas.

"Yaudah yuk, sekarang ke kantin, lagian tadi juga lo sih, pake acara narik-narik gue ke sini," sinis Abel, dan hanya di balas senyuman oleh El.

Mereka pun mulai berjalan menuju kantin, baru sampai setengah perjalanan, tiba-tiba terdengar suara bel masuk berbunyi.

"Yah El! lo sih pake acara ngajak ke kelas tadi, jadi bel kan!"

KampusAwan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro