01

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa bulan sebelumnya.

"Friska!" Gadis yang sibuk membereskan bukunya merahkan iris matanya yang berwarna ungu ke sumber suara di samping kanan. "Aku dengar-dengar Davin akan pergi ke SMA elit itu!"

Friska menghela nafas pelan sampai beberapa rambut coklat panjangnya berpindah ke depan. "Dia kan pintar, jadi harusnya bukan hal yang aneh," kata Friska cemberut.

"Sudah pintar, tampan, trus sudah menguasai kekuatan elemen angin dan api lagi," timpal teman Friska dengan gaya mengingat. "Ah! Kenapa nggak minta dia ngajarin kamu aja biar masuk SMA yang sama?!"

"Amel, waras dikit dong. Otakku aja udah mumet sama pelajaran sekarang, belum lagi kalau sampe SMA di sana. Pecah duluan kali," omel Fiska.

"Tapi liat doi jadi tenang kan?" tanya amel dengan senyuman jail sampai kedua ikatan rambut kuningnya ikut tersibak pelan.

"Iyalah." Jawaban cepat Friska membuat senyuman Amel melebar.

"Ya udah ayo sini!" Amel langsung menarik tangan Friska ke Davin yang tumben-tumbennya tidak di kelilingi banyak orang. "Vin!" panggil Amel dengan senyuman sambil berjalan ke laki-laki dengan surai rambut berwarna hitam kebiruan.

"Iya?" jawab Davin. Iris mata biru terangnya kini beralih ke Friska, senyuman senangnya hampir terbuka lebar.

"Nih Friska katanya juga mau masuk SMA elit, kamu mau ajarin dia nggak?" tanya Amel dengan senyuman sinis. "Mumpung kalian tinggal di lingkungan yang sama," tambah Amel saat iris hijaunya melihat tatapan tajam dari beberapa gadis yang masih berada di kelas itu.

"Tentu." Davin langsung memutar tubuhnya ke arah dua gadis itu. "Mau mulai kapan?" tanya Davin yang merasa bersemangat.

Baru saja Friska ingin berbicara tetapi ia tidak secepat Amel. "Hari ini! Lebih cepat lebih baik. Nih anaknya," kata Amel yang langsung mendorong Friska mendekati Davin.

Keduanya sempat salah tingkah karena jarak yang dekat. "Jadi um, mau di mana?" tanya Davin mencoba menahan perasaannya sejenak.

"Di mana saja," kata Friska yang mencoba menutupi kegugupannya.

"Bagaimana kalau di cafe arah perjalanan pulang?"

"Ide bagus. Kalau begitu ... kamu pimpin jalannya," kata Friska sedikit malu-malu.

Davin mengangguk lalu mengambil tasnya sebelum berjalan terlebih dahulu. Friska mengikuti Davin dari belakang dengan perasaan bahagia dan malu. Memang sudah lama Friska mengagumi ketampanan dan kebaikan Davin, walau bukan hanya dia saja tetapi banyak wanita di sekolahnya juga. 

Davin menyamakan langkahnya dengan Friska, jadi keduanya berjalan bersampingan. Itu membuat Friska semakin salah tingkah. Hal yang Friska tidak ketahui bahwa Davin juga sangat bahagia saat ini. Perjalan menuju cafe terasa panjang untuk keduanya, bahkan Davin hampir melewati cafe yang ia maksud tetapi untungnya ia sadar di saat yang tepat.

Setelah memesan minuman dan cemilan, keduanya memilih tempat duduk dan duduk saling bersebrangan. Dengan posisi seperti itu keduanya bisa menarik nafas dengan gampangnya.

"Baiklah, mari kita mulai dengan pelajaran tadi," kata Davin yang mulai mengeluarkan buku dari dalam tas.

"Semoga kamu kuat mental karena pemahamanku buruk," kata Friska pelan yang sebenarnya mengejek dirinya sendiri.

"Karena itulah perlu berlajar dari ahlinya." Detik berikutnya Davin malu dengan perkataannya sendiri.

Friska tertawa pelan. "Tentu, aku merasa terhormat bisa belajar dari ahlinya," kata Friska dengan tawa.

Setelah itu mereka memulai pembelajaran mereka sampai akhirnya langit berubah warna. Davin menawarkan untuk mengantarkan Friska karena memang rumah mereka cukup berdekatan. Friska mencoba berbicara santai dengan Davin untuk mengabaikan perasaannya yang meluap-luap. Ternyata Davin ingin masuk ke SMA elit untuk masuk ke sebuah perusahaan bagus dengan begitu ia bisa membantu kedua orang tuanya menghidupi adik-adiknya. Sampai akhirnya mereka berpisah di depan rumah Friska.

Tidak terasa minggu-minggu ujian kini sudah datang. Davin mengajar Friska agar sama-sama menyiapkan untuk ujian, itu alasannya. Walau begitu, berkat itu Davin dan Friska dengan lancar menjalani ujian mereka. 

"Davin." Yang dipanggil menoleh dan melihat gadis yang ia sukai tersenyum manis ke arahnya. "Terima kasih, berkatmu aku jadi bisa ngisi jawaban dengan sangat lancar," kata Friska dengan senyuman lebar.

"Tidak masalah, aku juga terbantu karena mengajarimu," kata Davin yang juga tersenyum manis. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada membantu orang yang kita sukai.

"Enaknya, sedangkan aku harus belajar mati-matian," kata Amel yang bersandar ke bahu Friska.

"Kalau begitu seharusnya kamu ikut saja sebelumnya," kata Friska polos.

"Enak aja, aku tidak bisa hidup tanpa gameku!" kata Amel malas. Sebenarnya ia hanya tidak ingin menjadi obat nyamuk.

"Oh, game apa saja yang kamu mainkan?" tanya Aldi yang tiba-tiba mendekati mereka bertiga. "Hari ini'kan sudah ujian yang terakhir, gimana kalau kita mabar?"

"Hum ... aku main semua genre game sih. Ada yang HarvestSun, NagaKing, lalu .... "

"Suka game horor?" tanya Aldi dengan senyuman sinis.

"Oho, itu terdengar menarik," kata Amel ikut tersenyum sinis.

"Huaaah, untung aku nggak ikut," kata Friska yang merinding sendiri.

"Tidak tahan dengan horor, Friska?" tanya Davin.

"Bukan soal horornya, tapi soal jump scare. Aku tipe orang yang gampang kaget," kata Friska yang tertawa pelan, menertawakan dirinya sendiri.

"BOO!"

"WAA!" Friska menatap Amel dan Aldi yang tertawa bahagia. "Barusan di omongin malah dikagetin. Nggak ada akhlak ya kalian," kata Friska kesal. Karena Amel masih saja tertawa, Friska mengambil kesempatan dengan langsung menggelitiki Amel.

"Geli! Ampun!" seru Amel yang semakin tertawa.

"Tidak ada yang menyakitkan dari pada capek tertawa tapi masih geli," kata Friska sinis.

"Iya-iya! Ampun Ka!" kata Amel masih tertawa.

Friska baru saja ingin berbicara tetapi ia bisa merasakan getaran dari ponselnya beberapa kali. Jadi Friska menghentikan aktifitasnya dan mengecek ponselnya dengan santai karena memang sudah waktunya pulang, jadi bebas membuka ponsel. Ada pesan yang mengatakan bahwa kakak sepupunya sudah pulang dan mau memberi sebuah kabar yang penting, jadi Friska harus pulang cepat.

Mau tidak mau Friska harus langsung pulang dan meminta maaf kepada Davin karena tidak bisa melakukan kegiatan belajar mereka hari ini. Di saat itulah waktu bagi Amel dan Aldi menjaili Davin mengenai Friska.

Saat Friska pulang, dari pintu depan ia sudah mendengar suara orang tuanya dan kakak sepupunya di ruang tamu. "Aku pulang," kata Friska yang memilih duduk di sebelah ibunya yang mempunyai warna rambut senada dengan dirinya.

"Oh, bagaimana ujianmu?" tanya kakak sepupu Friska, Renzo yang melihat Friska datang sampai akhirnya duduk.

"Sukses dong," kata Friska dengan senyuman lebar. Renzo cukup kaget dengan jawaban Friska, biasanya Friska terlihat pasrah dengan ujiannya.

"Kali ini dia dibantu sama temennya, cowok. Cakep lagi," kata ibu Friska, Areta dengan senyuman jail.

"Yah setidaknya ia tahu kalau membawa anak cewek sampai malam harus ditemani pulang dengan selamat," kata ayah Friska, Sergio dengan pasrah. Ia sudah malas untuk marah karena wajah bahagia anak tunggalnya.

"Tumben, kenapa memangnya nih?" tanya Renzo dengan senyuman jail.

"Aku ... berusaha masuk sekolah elit," kata Friska malu-malu. Ia siap-siap di tertawakan oleh kakak sepupunya atau bahkan orang tuanya. Tetapi ternyata mereka bertiga diam, bahkan Renzo menatap Friska dengan serius.

"Ada baiknya kamu buang keinginan itu, Friska," kata Renzo serius.

"Ke-kenapa?" tanya Friska. Ia baru pertama kali menghadapi kakak sepupunya yang berekspresi serius.

"Karena kedepannya kehidupanmu akan semakin ... menantang," kata Renzo yang tersenyum kecil tetapi ekspresi matanya tidak ikut tersenyum. Tentu saja perkataan itu membuat Friska semakin bingung.

.
.
.
.
.

Jadi mulai sekarang saya akan update setiap 2x seminggu.
Ini dia list ceritanya:
1. The 7 Element Controllers
2. New Daily Life Royal Twins
3. A Little Hope [Revisi]
4. As Blue Sea
5. My Family is Perfect But I'm Not
6. Akar Merah
Itu dia urutannya, bisa dicari setelah saya posting.
Mungkin ada perubahan dari tata bahasa dsb-dsb tapi semoga kenyamanan dalam membaca masih bisa dinikmati yaa~Sampai jumpa kembali :3

-(08/05/23)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro