05. School Life

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa hari berlalu dan aku sudah menikmati kehidupan SMA yang baru, serta mengenal mengenai target yang harus aku lihat. Walau itu dari jauh juga sih.

"Kau bilang apa?!" seru Ardan yang sudah mencengkram kerah baju Rico, salah satu teman kelas. Rambut merah ikalnya seakan-akan ikut menggambarkan hatinya.

"Kak, berhenti! Jangan terlalu cepat marah!" kata Ardi yang mempunyai rambut merah dengan campuran kuning, langsung mendekati Ardan.

Tuh, sudah mulai duluan. Si kakak memang terlalu cepat marah dan sensi, sedangkan adiknya bagian menenangkan.

"Mulai lagi deh, mentang-mentang ini jamkos," kata Alice yang menumpu dagunya di tangan di atas meja dengan malas.

"Kapan ya anak itu bisa tobat?" tanya Gea yang mengeluarkan smartphonenya. "Wih! Ada diskon!"

"Seharusnya Gea yang tobat, diskon mulu," candaku sambil menutup buku catatan yang menjadi tugas selama jam kosong ini.

"Diskon ada untuk di buru. Eh udah selesai? Nyontek ya," kata Gea yang langsung mengambil buku catatanku.

"Eh tapi kalau sampai dia berhenti kayak gitu kelas jadi terlalu damai nggak sih? Dia'kan yang paling ricuh," kata Alice yang mendekat ke arah aku dan Gea yang berada di depanku.

"Ya nggak salah sih, tapi karena dia juga semua guru jadi melihat ke sini nda sih?" tanyaku.

"Nah itu bagian nggak enaknya," kata Gea yang melihat ke arahku lalu kembali mencatat.

"Ardan! Apa yang kamu lakukan?!" tanya Bu Irta yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

"Ah, ketahuan," kataku, Gea, dan Alice dengan ekspresi datar.

Setelah itu Bu Irta langsung memberikan ceramah yang cukup singkat, sekitar setengah jam, untuk Ardan. Bagian lucunya adalah Ardan mau menunduk dan menerima ceramah dari Bu Irta tanpa membantah. Kalau sifatnya Ardan yang meledak-ledak begitu sih memang cukup mengkhawatirkan sih. Untuk sekarang aku tidak tahu bagaimana sifat Ardan kepada ayah kandungnya.

Kalau kata Alice, yang merupakan teman SMP kembar itu, ibunya bekerja menghidupi mereka bertiga saat sang ayah ditahan. Sayangnya hanya itu saja informasi yang ada, setiap menyangkut keluarga kedua anak kembar itu selalu mengalihkan topik atau pergi begitu saja. Jadi tidak mungkin aku tiba-tiba mendekati mereka untuk bertanya, yang ada aku dikira sok ikut campur dan mengerikan.

Setelah jam pulang, aku memilih untuk berjalan sedikit lebih jauh dibandingkan kedua anak kembar itu. Dari jarak ini sih aku memang tidak bisa mendengar apa pun dari perbincangan mereka, tetapi setidaknya mereka masih dalam jarak pandanganku. Sesampai di gedung kos juga aku berhenti sejenak, menunggu mereka masuk ke dalam kamar dulu baru aku masuk ke dalam kamar kos.

"Selamat datang Friska," sambut kak Karen yang sedang membaca majalah di ruang tengah.

"Aku pulang," kataku yang merasa aneh mengatakan ini karena dulu di rumah tidak pernah melakukan ini.

"Aku siapkan makan siang ya, Friska bisa ganti baju dulu," kata kak Karen yang beranjak dari tempatnya.

"Baik kak, terima kasih," kataku yang berjalan menuju kamar untuk berganti dan memilih mandi karena cuaca terlalu panas. Setelah beberapa menit aku sudah siap dengan baju pergi yang santai dan duduk di meja.

"Maaf hanya menyiapkan makanan yang gampang," kata kak Karen yang meletakkan sepiring nasi goreng di depanku dan di depannya.

"Tidak masalah, makanan kak Karen enak kok," kataku dengan senyuman lalu mulai menyantap makanan.

"Bagaimana hari ini?" tanya kak Karen sebelum menyendokkan makan siang ke mulutnya.

Aku menelan apa yang ada di dalam mulut. "Sekolah lancar aja sih, cuman aku masih penasaran dengan ibu mereka."

"Sayang sekali mereka tertutup mengenai keluarga dengan orang lain ya," kata kak Karen dengan nada sedih.

"Sang kakak juga masih suka marah-marah, untung dia masih mau mendengar jadi masih bisa dikontrol deh," kataku kembali melahap makanan.

"Bagus deh, akan semakin bagus kalau ayahnya juga mau dengar-dengaran jadi tidak perlu kabur dari penjara dan bikin onar." Aku membalas perkataan kak Karen dengan anggukan. "Friska sudah siap dengan latihan pertamamu?" tanya kak Karen dengan senyuman lebar.

Aku mengunyah dengan ekspresi cemberut. "Aku tidak yakin bisa melakukannya atau tidak," kataku ragu, setelah menghabiskan apa yang ada di dalam mulutku.

"Tenang saja, orang-orang dari kantor adalah pro! Aku yakin siapa pun yang menjadi pelatih Friska bisa membantu Friska menjadi lebih baik lagi," kata kak Karen semangat.

"Apa kak Karen tidak tahu orangnya?" tanyaku bingung.

"Tidak." Kak Karen menggeleng kecil. "Aku hanya diberikan misi untuk melindungimu saat masih berada di sini. Jadi aku hanya mempunyai sedikit informasi mengenai dirimu dan kekuatanmu yang sekarang. Tidak aku sangka walau Renzo menyebalkan, sepupunya tidak," kata kak Karen dengan tawa pelan dan aku juga membalas dengan tawa.

Setelah selesai makan, kak Karen memaksa untuk mengurus sisanya dan mengatakan aku harus pergi ke kantor Imperium. Karena merasa aku tidak punya celah untuk menolak, aku mengikuti apa yang kak Karen katakan. Aku mengambil tas kecilku, berjaga-jaga jika sampai aku harus kembali membawa sesuatu ke sini lalu mulai berdiri di atas kertas teleport sambil memejamkan mata.

Terdengar suara ribut, jadi aku mulai membuka mataku dan melihat sekeliling. Sebuah ruangan bernuansa biru yang sepertinya khusus untuk tempat teleport karena terlihat beberapa yang datang dan menghilang. Ada seperti pos-pos untuk setiap teleport yang bentuknya seperti tabung tanpa dinding yang jelas. Seseorang melihatku dan mendekatiku.

"Adik siapa ya? Kenapa bisa datang dengan teleport?" tanya lelaki itu dengan senyuman hangat.

"Um, aku Friska ... "

"Friska sepupu Renzo itu?" tanya lelaki itu dengan senyuman lebih lebar.

Baru saja aku ingin menjawab kembali, sebuah lengan melingkar di bahuku. "Iya, ini sepupuku. Kamu datang lebih cepat dari pada yang aku bayangkan, Friska," kata kak Renzo.

"Aku'kan chat kak Renzo sebelum aku pakai teleportnya," kataku datar.

"Haha! Walau sepupu tetapi berbeda ya," kata lelaki di depaku dengan tawa pelan.

"Sorry deh, ini pertama kalinya adikku datang ke sini jadi mungkin dia sedikit terlalu bersemangat. Bukan begitu, Fris?" tanya Renzo yang menggoyangkan lengannya.

"Ya, nggak salah sih," kataku pelan sambil melihat ke arah yang lain.

"Kalau begitu silahkan menikmati waktu di kontor kecil kami. Tenang saja, di sini orangnya tidak banyak jadi tidak begitu susah mengingat semuanya. Oh iya, namaku adalah Elvir, salam kenal ya," katanya dengan senyuman lebar.

"Friska, salam kenal juga," kataku sambil menunduk kecil.

"Oke, ayo sekarang kita ketemu dengan ketua. Dia sudah tidak sabar bertemu denganmu," kata kak Renzo yang langsung mendorongku pelan.

Aku yang tidak tahu apa-apa hanya pasrah didorong olehnya. Pintu di depan terbuka dan tampaklah kantor yang memang tidak begitu banyak orangnya. Walau begitu ada jarak yang cukup luas untuk berlalu-lalang diantara meja-meja, mungkin bisa menampung dua sampai tiga orang sekaligus.

"Siapa itu Renzo?" tanya lelaki yang berjangut dan kumisan terdengar jahil.

"Sepupuku, Friska," kata Renzo yang masih mendorongku.

"Wah imut sekali ya, sekarang umur berapa?" tanya wanita yang terlihat dewasa dan anggun.

"15 tahun," kataku refleks.

"Wuih masih di bawah umur Yon, nggak bisa diembat," kata lelaki yang lain dengan nada canda sambil menyikut teman di sebelahnya.

"Kalau mau diembat, lawan aku dulu sini," kata kak Renzo yang terdengar dingin.

"Wuih brocon!" seru perempuan yang rambutnya diikat ekor kuda.

"Sejak kapan ada peraturan itu?" tanyaku yang masih di dorong kak Renzo.

"Baru saja."

"Apa-apaan itu?" tanyaku malas.

"Di sini adanya yang om-om bagimu, memangnya kamu mau?" tanya kak Renzo.

"Wah! Berarti aku harusnya panggil om Renzo dong!" seruku semangat sambil melihat ke arahnya.

Terlihat wajahnya yang kesal. "Jangan pernah panggil aku begitu," katanya sambil memutar kepalaku ke depan. Terdengar suara tawa dari belakang.

.
.
.
.
.

Jadi mulai sekarang saya akan update setiap minggu. Ini dia list ceritanya:

1. The 7 Element Controllers

2. New Daily Life Royal Twins

3. A Little Hope [Revisi]

4. As Blue Sea

5. My Family is Perfect But I'm Not

6. Akar Merah

Itu dia urutannya, bisa dicari setelah saya posting. Mungkin ada perubahan dari tata bahasa dsb-dsb tapi semoga kenyamanan dalam membaca masih bisa dinikmati yaa~

Sampai jumpa kembali :3

-(21/09/23)-




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro