• DUA PULUH TIGA •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Heh???

Apa aku tidak salah dengar ini? Blaze mengajakku berdansa?

Seorang Blaze? Apa ini prank? Dimana kameranya?

"Kau tidak mau?"

Blaze mengulurkan tangannya padaku, itu adalah isyarat dimana seseorang ingin mengajakmu berdansa.

Hei seharusnya kau berdansa dengan nona bangsawan!!!

"Asern, bukankah kau harusnya berdansa dengan nona lain?" ujarku tak yakin dengan apa yang kudengar tadi.

Ia menggeleng dan tetap mengulurkan tangannya.

"Tidak mau. Mau berdansa atau nggak nih?"

Aku menatap uluran tangan itu kemudian menerimanya dengan ragu.

Lagu pun kembali diputar ketika kami melangkah bersama ke aula dansa.

Setelah salam sebagai etiket dansa, kami pun memulai gerakan kami.

Jujur aku tau bahwa para pangeran bisa berdansa dengan baik, tapi sikap Blaze yang elegan dan gentleman ini benar-benar memukau. Bukankah jika ia bersikap seperti ini, lebih jika ia mengajak setidaknya seorang nona bangsawan untuk berdansa daripada diriku?

"Mereka memperhatikan kita," ucapku.

"Memang kenapa? Anggap saja ini permintaanku yang kau lupakan."

"Hah?"

"Ck, kau belum mengabulkan permintaan saat aku menang di Serlon waktu itu."

Oh, maksudnya yang dia meminta agar bisa satu kuda bersamaku? Aku melupakan itu.

"Oh ya, aku ingat. Kau merubahnya?" tanyaku.

"Kau ingin aku membawa kuda ke ruang dansa?" sinis Blaze.

Oww, dia marah ya hahaha.

Hemm, omong-omong, entah mengapa bagian belakang leherku terasa panas.

'Hei kau sedang apa???'

Al memindlink-ku. Aku meliriknya yang ternyata tak jauh didepanku. Ia terbang disebelah Solar yang terlihat kesal.

'Para Pangeran lain menatapmu dan Asern dengan tatapan kesal.' Al berujar.

'Apa salahku? Aku tidak bisa menolak Asern,' jawabku.

'Aku bahkan bisa merasakan Solar menatapmu dengan tatapan yang uhmm...'

'Apa?'

"Hei fokuslah! Kau menginjak kakiku!" gerutu Blaze.

"Oh! Maafkan aku!"

Aku langsung menjauhi Blaze sedikit, tapi anak itu langsung menarik ku dan memutar tubuhku dengan sangat anggun.

BLAZE AKU LAKI-LAKI OKAY! JANGAN MEMUTARKU SEPERTI PEREMPUAN!!

"Hei!" protesku.

"Kau benar-benar buruk dalam berdansa Arter," ujarnya datar.

"Hahaha benarkah💢" aku merasa kesal dengan ucapannya.

"Ya, kau hanya ahli di perang saja ya?"

💢💢💢

Hahaha, aku mulai kesal.

Jekkk

"Ouch! Hei!"

Aku hanya memasang wajah polos ketika ia menatapku dengan pandangan kesal.

Kenapa lagunya panjang sekali? Aku mulai lelah.

Aku melirik dan memperhatikan mata orang-orang yang kukenal.

Ada Kaisar dan Ratu Althea yang nampaknya menggunakan batu sihir untuk merekam kami dengan wajah sumringah, Yaya dan Luke yang nampak terkejut melihatku seperti bangsawan lainnya dan para Pangeran yang aku tidak tau itu ekspresi apa.

'Kau punya ide untuk menghentikan waktu saat ini?'

Al menatapku lekat. 'Kenapa memang?'

'Kau menikmati ini bukan💢' ujarku kesal.

'Sedikit? Meski aku merasa aneh melihat wajah itu berdansa.'

'Jangan bilang kau tidak pernah?'

'Hanya beberapa kali bersama Nona Douter.'

Aku menghela napasku.

"Hei Halilintar," bisik Blaze.

"Hm?"

"Boleh aku tanya mengapa kau berubah?"

"Kau menanyakan itu lagi?"

Blaze mengangguk. Kali ini giliranku, yang memutar tubuhnya. Kami berputar bersama sebanyak 2 kali sebelum akhirnya menyelesaikan dansa kami.

"Aku hanya ingin memperbaiki sikapku."

"Bukankah sikapku selama ini menyebalkan? Aku minta maaf jika itu membuat kalian benci padaku."

Blaze tertegun sejenak sebelum raut wajahnya terlihat geli.

"Apa kau baru sadar? Kau bodoh ternyata."

Asern...💢💢💢

Kami saling memberi hormat ketika lagu berhenti. Suara tepuk tangan riuh terdengar. Aku bisa melihat para Pangeran langsung mengerubungi ku seperti semut.

"Arter! Dengan saya!" Gempa memulai.

"Apa? Tidak! Kakak pertama selanjutnya adalah aku!"

"Hei, diamlah." Ice ikut nimbrung.

"Kalian ini ngapain sih?" sungut Blaze.

"Kak Asern curang! Seharusnya kau bilang jika ingin berdansa!" kesal Thorn.

"Apa?" tanya Blaze yang kebingungan.

Aku hanya diam melihat betapa ributnya mereka.

"Kau kenapa tiba-tiba berdansa dengan Asern?" celetuk Solar.

"Oh, dia mengajakku."

"Dan kau mau???" kaget Solar.

Apa yang salah? Serius deh, ada apa dengan anak-anak ini?

Srettt

"Kakak pertama ayok!"

"Wah! Axer!" kagetku ketika Taufan tiba-tiba menarik tanganku.

Dan sialnya lagu kembali berputar dimana itu membuatku terpaksa berdansa lagi.

SERIUS DEH!

"Seharusnya aku yang pertama! Kok malah Asern sih?" kesal Taufan.

Aku yang kesal langsung saja menjitaknya sebelum memutar tubuhku.

"Argh! Kak!"

"Kalian ini kenapa?"

"Aku belum pernah melihat kakak berdansa! Jadi harusnya aku partner pertama kakak!"

"Hei, harusnya kau berdansa dengan seorang nona muda."

"Kenapa tidak denganmu? Kau juga punya wajah cantik seperti perempuan."

"Axer, apa kau ingin mati?" kesalku.

"Aku bersungguh-sungguh! Kau mewarisi wajah dan mata cantik milik Ibu!"

Sreettt

"Uwah---"

"Dengan saya juga Arter."

Kali ini Gempa menarikku dan mengangkat tubuhku keatas dan berputar 2 kali.

BERHENTI MEMPERLAKUKANKU SEPERTI TUAN PUTRI SAAT BERDANSA!!!

"Hei! Aku bukan perempuan!"

"Hem? Iya, memang siapa yang bilang anda perempuan?"

💢💢💢

"Anda seharusnya bilang jika ingin berdansa."

"Kenapa juga aku harus bilang?"

Manik emas itu menatapku lekat kemudian mendesah kesal.

"Arter, apa anda jauh lebih jago saat memegang pedang?"

"Hah? Kenapa?"

"Saya tidak menyangka anda sangat buruk dalam berdansa."

TOLONG HENTIKAN SAJA LAGUNYA SEKARANG!

"Apa kau ingin aku menjitakmu juga, Arzen?"

Gempa menggeleng lalu tertawa.

"Tidak, saya lebih suka jika dielus kepalanya."

"Memangnya kau Al?"

Sesaat manik emas milik Gempa itu terlihat kesal.

"Tidak, tolong elus saja kepala saya. Dulu anda sering melakukannya."

"Kap--!"

Sretttt

"Kakak-kakak yang lain benar-benar curang!"

Didepanku kini bukan lagi Gempa, melainkan Thorn yang sedang mengomel dengan wajah gemasnya.

"Kak Asern seharusnya bilang dulu, jangan asal mengajak kakak~!"

Aku tidak bisa marah jika dia gemas seperti ini😭

"Arlen.."

"Harusnya kakak denganku! Kan aku sering berlatih dengan kakak!"

Aku lupa kalau aku tidak melatih Thorn semingguan ini.

"Kakak seminggu ini sangat sibuk, jadi kupikir aku harus bersabar jika ingin bertemu kakak😔"

Awwwwww bayi bermata hijau ini menggemaskan sekaliiii~!

"Maaf ya, ada beberapa hal yang harus aku selesaikan."

"Aku paham kak, daripada itu... aku senang sekali karena kakak mengajakku melakukan debutante bersama~"

Dengan senyum cerah, Thorn menatapku penuh kebahagiaan. Tapi, kemudian ia menarikku dan memutar tubuhku dan kemudian mengangkat tubuhku seolah-olah aku adalah bulu.

SERIUS DEH! INI DARITADI KENAPA AKU DIANGGAP TUAN PUTRI GINI!!!!!

~•~•~•~•~•~•~•~•~

Setelah dansa bersama yang cukup mengejutkan, beberapa bangsawan langsung mengerubungiku bak semut menemukan gula.

Hanya Ice dan Solar yang tidak berdansa denganku, namun meski begitu, ketika Putra Mahkota yang terkenal dingin dan kejam berdansa bersama keempat saudaranya tentu saja menjadi berita yang cukup panas.

Bahkan Kaisar dan Ratu pun tak henti-hentinya berbicara bahwa mereka berharap bisa lebih sering melihat Putra Mahkota berdansa.

AKU TRAUMA BERDANSA DENGAN MEREKA!

Bisa-bisanya mereka menganggapku tuan putri! Aku ini Putra Mahkota, bukan Putri Mahkota!

"Yang Mulia, sungguh hal yang menakjubkan melihat anda dan Pangeran Arzen berdansa. Dansa Anda berdua jauh lebih indah daripada pasangan lainnya!"

Tidak, jangan katakan itu.

"Tidak, justru saat Putra Mahkota bersama Pangeran Asern-lah yang sangat indah! Lihat sikap gentleman yang Pangeran Asern lakukan!"

Kapan ini selesai ya?

"Oh tapi saat bersama Pangeran Arlen dan Pangeran Axer juga sangat keren!"

"Benar! Saya sampai kagum dengan wajah tampan anda, Putra Mahkota!"

"Hahaha... terima kasih untuk pujian kalian," ucapku, mencoba tersenyum.

"Saya tidak menyangka anda sangat ramah seperti ini, Yang Mulia Putra Mahkota."

Aduh, ini orang ngapain sih?

"Halo Count Argan, apa kau ada urusan denganku?" ucapku dingin.

"Hoho, sambutan anda dingin sekali, Yang Mulia." Count Argan membalas.

Hadeh, mana lagi si Al? Aku butuh dia supaya aku bisa saling mengumpat bersama.

"Putra Mahkota, apa anda tau bahwa ada rumor yang mengatakan bahwa anda membawa dragbel itu untuk kepentingan pribadi anda."

Tuh kan, nih orang halal banget buat diumpatin emang😒

"Begitukah? Sungguh rumor yang tidak berguna."

"Benar. Saya mendengarnya saat dalam perjalanan tadi."

Aku menatapnya dengan tatapan serius.

"Count, kupikir seharusnya kau mencari tau kebenaran dari apa yang kau dengar sebelum memberitahu hal itu pada orang-orang."

"Karena apa yang baru saja kau katakan bisa saja menimbulkan masalah baru yang seharusnya tidak ada," kataku dengan dingin.

Aku bisa melihat Leiron Argan sedikit berdecak kesal. Namun sepertinya topeng diwajahnya sangat tebal, ia bahkan masih hendak membantah ucapanku.

"Apa yang anda sampaikan juga bisa menjadi boomerang, Putra Mahkota. Saya hanya takut anda akan mengambil langkah yang salah. Bagaimanapun juga, anda akan menjadi Matahari selanjut bagi Kekaisaran kita ini. Saya hanya berharap jika kita tidak mengambil langkah yang salah."

"Count Argan, apa anda ingin mengatakan bahwa apa yang kulakukan adalah hal yang tidak berguna?" ucapku dingin.

"Astaga Putra Mahkota, mungkin saja yang dimaksud oleh Count Argan bukan itu, benar bukan Tuan Count?"

Salah seorang bangsawan mencoba menengahi kami. Namun bukannya mencoba untuk berhenti, Leiron Aramgan justru menyeringai tipis.

"Putra Mahkota, sebagai pahlawan perang, bukankah itu hal yang wajar jika saya merasa khawatir?"

Ah, sungguh. Aku semakin paham kenapa Halilintar di novel The Death of The Crown Prince, sangat membenci Count Argan melebihi apapun.

Dia benar-benar tokoh yang sangat menyebalkan.

"Count Argan, beraninya kau meremehkan rencanaku," desisku, merasa marah.

Suasana sebelumnya sangatlah kondusif sampai pria tua ini masuk dan merusak semuanya.

"Kaingg! Grrrr!"

Al tiba-tiba saja terbang dengan cepat kearahku. Al lalu hinggap di bahuku dan menatap Leiron Argan dengan tatapan tak suka.

"Nampaknya makhluk ini tidak menyukai saya," ujar Leiron Argan dengan raut sombong.

"Namanya adalah Al. Panggil dia dengan benar," desisku.

"Astaga, sungguh anda luar biasa Putra Mahkota."

Aku dan Al nyaris kehilangan kesabaran. Sungguh aku ingin sekali melayangkan bola petir ke kepalanya.

Aku melirik Kaisar yang ternyata juga mengawasi kami. Sial, apa dia ingin tau apa yang akan kulakukan ketika menghadapi situasi ini?

Aku benar-benar tidak bisa meremehkan Kaisar. Aku tau Kaisar saat ini, Amato Zyn Azarn adalah kaisar yang lembut namun tegas. Sifatnya memang terlihat ceroboh dan kekanak-kanakan, namun dibalik semua itu ada sifat manipulativ yang selalu ia gunakan tanpa disadari oleh orang-orang.

Layaknya serigala yang sedang menyamar sebagai domba.

'

Al, tahan. Hari ini kita hanya fokus untuk pesta ulang tahun.'

Aku menatap Al. 'Dan juga, Kaisar mengawasi kita saat ini.'

'Aku tau! Tapi sungguh, dia bahkan bertindak berbeda dari apa yang seharusnya dia lakukan!' Al berbicara padaku dengan marah.

Seperti yang dikatakan Al, dari ingatan milik Al dan juga yang kudapatkan, seharusnya Count Argan memang muncul namun ia hanya berbicara dengan Solar dan Blaze. Ia bahkan hanya memperhatikan Halilintar dari kejauhan dan menceritakan rumor mengenai Halilintar yang gila darah kini membawa dragbel mahkluk kegelapan.

Ketika membaca itu di novel, aku merasa sedikit kesal karena Halilintar hanya diam, seolah-olah ia tidak peduli apapun yang terjadi.

"Count Argan, aku berterima kasih untuk kekhawatiran anda itu, namun ada satu hal yang seharusnya anda tidak lakukan."

"Apa itu Putra Mahkota?"

"Ini adalah pestaku bersama saudara-saudaraku. Seharusnya kau tidak merusaknya dengan membahas ini di acara yang penting seperti ini," ujarku dingin.

"Jika anda ingin mendengarkan masalah rumor itu, silakan tulis permintaan untuk membahas mengenai rumor itu," lanjutku.

Leiron Argan menggeram kesal. Ia mengepalkan tangannya erat.

"Saya hanya merasa khawatir, saya tidak menyangka saya melakukan tindakan yang lancang."

"Benar. Kau lancang sekali."

Semua orang langsung menoleh begitu suara datar milik Ice terdengar.

Ice? Apa yang kau lakukan disini?

Ice datang dengan Nona Browkel disebelahnya, menatapku sejenak kemudian fokus pada Leiron Argan.

"Selamat ulang tahun ke-16 juga Pangeran Azer, sungguh anda sudah menjadi orang yang bijak di tahun ini."

Leiron Argan mencoba untuk memuji Ice, seolah meminta agar ia berada di pihaknya.

Kuharap Ice tidak bodoh.

"Terima kasih, tapi aku merasa kesal."

Ice menatapku, yang tentunya kutatap dengan bingung.

"Sepertinya sangat menyenangkan mengganggu seseorang di pesta seperti ini, Count Argan."

Panggilan formal. Ice memang bukan tipe yang sering menggunakan kekuasaannya, namun entah mengapa sepertinya saat ini ia menggunakannya?

"Rumor yang barusan anda katakan, itu sungguh tidak bisa dipercaya."

"Kepentingan pribadi? Untuk apa Putra Mahkota melakukan itu? Sepertinya anda lebih percaya dengan omongan palsu yang disampaikan orang dibandingkan kebenaran yang terjadi."

Oh! Ice! Kau anak pintar!

"Pangeran Azer, tentunya anda tau itu bukan maksud saya. Saya hanya merasa khawatir sebagai seorang pahlawan yang dulu menyelamatkan Kekaisaran ini."

"Salah satu yang menyelamatkan. Ada beberapa orang selain anda, Count Argan," ucap Ice datar.

Nah! Mampus kau!

"Itu..."

Sepertinya ia tidak bisa membalas? Terima kasih Ice, kau membantuku!

"Itu benar, kau beruntung karena ini adalah hari yang berharga bagiku, jadi aku tidak akan menjatuhkan hukuman atas kelancanganmu itu, Count Argan. Cobalah untuk bertindak dengan lebih berhati-hati lagi kedepannya," ujarku dingin.

Manik rubi milikku menatapnya dengan pandangan sinis. Memberi peringatan.

Tak bisa membalas lagi, Count Argan pun memilih untuk undur diri. Ia pergi dengan wajah merah karena menahan marahnya. Aku dan Al menghela napas lega.

Mungkin karena lelah, aku hampir tidak bisa menahan emosiku?

"Putra Mahkota, apa anda ada waktu?" tanya Ice.

"Tentu, ada apa?"

"Ada yang ingin saya dan Nona Browkel ingin katakan."

Aku menatap sosok perempuan dengan rambut hitam dan manik hijau yang menatapku dengan hormat.

"Salam kepada anda, Putra Mahkota."

Aku mengangguk menerima salam darinya, lalu melirik kearah balkon yang kosong.

"Mari bicarakan itu di balkon."

~•~•~•~•~•

"Jadi, apa yang ingin kau katakan?"

Kami akhirnya berpindah ke balkon untuk berbicara. Suasana istana terlihat dengan jelas dari sini. Bahkan aku bisa melihat diluar istana juga diadakan festival untuk rakyat biasa untuk menyambut ulang tahun Putra Mahkota dan para Pangeran.

"Sebelumnya maaf karena terlambat memperkenalkan diri, Yang Mulia."

Aku melirik perempuan itu.

"Saya Shielda Browkel, Putri pertama dari Marquis Derek Browkel."

"Apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan, Nona Browkel?"

Ia melirik kearah Ice yang juga mengangguk.

"Saya ingin meminta bantuan anda untuk melancarkan rencana saya, Putra Mahkota."

"Rencana?" tanyaku.

"Kau tau bahwa dalam satu tahun kedepan, Marquis Browkel akan segera melepas gelarnya. Oleh karena itu, kau harus membantu kami agar Nona Browkel yang akan terpilih menjadi Marquis selanjutnya." Ice menjelaskan.

Hah? Perebutan gelar ya? Tapi seingatku Sir Browkel sudah menyerah dengan urusan hak waris deh?

"Bukankah Sir Browkel tidak ikut dalam hal ini?"

"Bukan adik saya yang saya khawatirkan, melainkan paman saya, Marquis Ferone."

Oh, apa ini? Apa aku benar-benar mendapatkan jackpot hari ini? Ini sungguh pertemuan tak terduga yang menguntungkan.

"Marquis Ferone? Mengapa ia ikut campur dalam hal ini?"

"Arter, kau ada waktu besok?"

"Ya ada."

"Kalau begitu kami akan menjelaskan rinciannya besok."

Hei, kalau ngomong jangan setengah-setengah bisa nggak?

"Bisakah jika kau bicara itu jangan setengah-setengah? Kau memanggilku hanya untuk ini?" kesalku.

"Nona Browkel, jika anda ingin meminta bantuan, mengapa anda memilih saya? Bukankah pangeran Arzen lebih baik dari ini?"

"Saya sudah bertanya sebelumnya pada Pangeran Arzen, namun beliau menolak untuk membantu," jawab Nona Browkel.

Gempa menolak? Tunggu, kalau dipikir-pikir apa ini ada di novel?

'Al?'

'Jangan tanya. Aku tidak tau apa-apa.'

Terlalu banyak hal yang berubah karena kemunculanku. Sepertinya hal-hal yang kulakukan demi bertahan hidup disini mulai menggeser cerita aslinya?

"Marquis Ferone adalah adik ipar dari ayah saya. Kabar mengenai penyakit ayah saya tentunya sudah tersebar, dan itu adalah ulah Marquis Ferone. Seharusnya ini adalah hal yang dirahasiakan oleh keluarga, namun karena kecerobohannya, hal ini pun tersebar dan membuat goyah keluarga kami."

"Jadi?"

"Tolong pinjamkan saya kekuasaan anda, Yang Mulia. Saya akan melakukan apapun agar keluarga saya tidak jatuh ke tangan Marquis Ferone."

"Wow wow tunggu dulu, Nona. Mengapa itu harus jatuh ke tangan Marquis Ferone?"

"Karena Marquis Ferone memiliki hak untuk mengambil alih keluarga ini, itu karena ia memanipulasi ingatan Marquis Browkel agar memberikan harta keluarga Browkel padanya," ujar Ice.

"Arter, aku dan Shielda sudah mencari tau mengenai hal ini selama 2 bulan terakhir, dan ketika aku mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari hasil rapat hari itu, aku jadi semakin penasaran."

Hem, aku ingin membawa Ice dalam rencanaku, tapi jika aku melakukannya sekarang, maka itu akan berantakan.

"Aku akan memikirkannya dulu. Jika ini menguntungkanku, maka aku akan membantumu."

"Arter! Apa sulit bagimu untuk membantu kami?"

"Azer, kau bilang kau penasaran bukan apa hubungan Marquis Ferone dengan Count Argan?"

Ia tersentak, dan aku yakin tebakanku benar.

"Aku tidak bisa asal membantu disaat aku tidak tau peluang apa yang akan kumiliki nantinya. Nona, kau bisa mengirimkan kronologi itu nanti, aku akan membacanya dan memikirkannya."

Aku menatap keduanya serius dan berencana untuk kembali ke aula pesta.

"Arter!"

"Dan jika aku menerimanya, aku akan memanggilmu nanti."

"Ukh! Ini juga ada hubungannya dengan Asern! Asern berniat membantu sebelumnya namun secara tiba-tiba ia juga membatalkan itu!"

Aku berbalik dan menatapnya tajam.

"Asern?"

"Setelah ayah selesai berbicara, kami bertiga berbicara dan Asern mengatakan bahwa dia tidak bisa membantu!"

"Daripada itu juga, entah mengapa dia tiba-tiba memiliki luka juga dipergelangan tangannya, padahal aku yakin itu tidak ada sebelumnya."

Luka lebam yang tadi ya? Kecurigaanku benar ternyata. Bahwa itu luka yang baru saja ia dapatkan saat pesta berlangsung atau bahkan sebelum pesta ini dimulai.

Asern ya? Aku juga harus meluruskan permasalahanku dengannya.

Aku akhirnya mendekati Ice dan mengelus kepalanya, membuat dia tersentak.

"Terima kasih infonya Ice, akhirnya aku tau siapa yang membuat lebam ditangan Asern," ujarku.

Aku tersenyum, namun itu senyuman yang menyembunyikan kemarahanku.

"Dan seperti yang kukatakan sebelumnya, kalian bisa mengirim rinciannya secara terpisah dan tunggulah hingga aku memanggil kalian."

Ice hanya terdiam melihatku. Ia kemudian menunduk dan mengangguk. Astaga, anak ini benar-benar pendiam dan pemalu ya? Gemas sekali.

Aku lantas mengacak-acak rambutnya gemas membuat dia sedikit risih.

"Arter!"

"Pffftt--- ya benar, ternyata memiliki adik adalah hal yang paling menyenangkan," ucapku.

"Nah, ayo kembali kedalam. Nona Browkel, kau tidak perlu datang menemuinya langsung, kirim saja surat langsung ke istana Ruby Diamond."

"Terima kasih atas kebaikan anda, Putra Mahkota. Saya akan mengirimkannya sesegera mungkin pada anda."

Aku hanya tersenyum tipis lalu pergi meninggalkan keduanya lebih dulu.

'Halilintar, pemikiran kita sama bukan? Sepertinya Count Argan yang melukai Asern.'

'Ya, beraninya dia. Pantas saja aku melihatnya berkeliaran disekitar Asern tadi,' balasku.

Al mengangguk. 'Ternyata dia ingin menguji kesabaran kita.'

Aku hanya mendesah lalu menatap Al.

'Al, ceritakan lebih banyak nanti soal Count Argan dan Marquis Ferone. Aku tidak ingin mereka mengacaukan rencana yang sudah kususun dengan baik.'

Al mengangguk lalu terbang disampingku. Sayapnya mengembang indah terkena cahaya dari lampu pesta. Manik violet yang tajam itu menatap Count Argan dan Marquis Ferone di kejauhan.

Count Argan kemungkinan saja bukan dalang utama, tapi bisa saja dia salah satu akarnya. Sama halnya seperti Marquis Ferone.

Dari awal, jalan cerita dari novel ini pun sudah menyedihkan. Judul yang menyedihkan, kisah menyedihkan, dan juga tokoh utama yang tak masuk akal.

Alasan mengapa aku melakukan debutante bersama adalah untuk menghindari rencana Count Argan. Dan melihat bahwa dia sempat menolak usulanku tadi, aku yakin ia akan merubah rencananya lebih awal.

Aku sudah memiliki dugaan akan hal itu dan sudah mempersiapkan kejutan lainnya.

Untuk masalah debutante berjalan dengan baik, karena para Pangeran akan melakukannya bersama. Sekarang fokusku akan berpindah sejenak pada Marquis Ferone. Jujur, jackpot yang kudapatkan hari ini mungkin saja tidak akan terulang lagi, jadi aku harus memanfaatkannya dengan baik.

Memiliki kerjasama dengan keluarga Browkel dimasa depan juga akan menjadi hujan emas, karena keluarga Browkel adalah keluarga pembuat senjata sihir terbaik.

Dan jika aku berhasil membuat Marquis Ferone tunduk, makan rencanaku kedepannya akan semakin mulus. Huh, tentu aku tidak akan melepaskan angsa yang bertelur emas begitu saja.

Jika dia bermain dengan licik, mengapa aku tidak melakukannya dengan licik juga?

"Nampaknya mereka mulai menyalakan api perang secara terang-terangan, hm?"

Aku menyeringai tipis lalu melangkahkan kakiku menuju Asern yang kini bersama dengan Marquis Ferone dan Count Argan.

"Mari kita mengambil kepercayaan Asern lagi."

.
.
.
.
.

To be continued

Haloo~ Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankannya ~

Bagaimana chapter ini? Chapter depan kita akan melihat perdebatan kecil antara Arter dengan Kaisar juga Ferone dan Argan. Dan... tentu saja tarian bersama para Pangeran hohoho~

Semoga chapter kali ini tidak mengecewakan ya.

Mohon maaf apabila ada typo dan lainnya~

See you next chapter ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro