Bab 31. Teh Hangat Nikmat Pembongkar Kebenaran

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sesaat setelah menyesap teh buatan Jaya, mendadak Valeri merasa tenggorokannya seperti terbakar. "Akhh!!" Sangat panas di sana hingga Valeri nyaris tidak dapat bernapas.

Sementara itu, Jaya hanya diam memandangi Valeri dengan tatapan datarnya. Tidak sedikitpun tampak tanda-tanda seperti akan menolong Valeri. "Tolonghh ... hh." Valeri merintih, berusaha meminta tolong. Sayangnya, Jaya yang melihat itu bahkan tidak ada rasa iba.

Lima belas menit sebelum kejadian ....

"Terima kasih makan malam dan jalan-jalan malam hari ini, Mas ... Pacar," ucap Valeri sebelum perempuan itu menutup pintu gerbang rumah neneknya.

Klana benar-benar tidak bisa menyembunyikan senyumannya setiap kali Valeri memanggilnya seperti itu. "Iya ... sama-sama, Cah Ayu. Selamat malam, semoga tidurmu nyenyak."

Valeri menganggukkan kepala sembari tersenyum manis. Sebelum kemudian perempuan itu mendadak teringat sesuatu. "Eh, Mas Klana."

Lelaki yang dipanggil namanya itu pun membatalkan niat untuk masuk ke dalam mobil. "Iya?"

"Aku hampir lupa, waktu di DM. Katanya ada yang mau disampein?"

Benar juga, Klana juga baru mengingat hal tersebut. Lelaki itu sedikit berdehem sebelum mulai berbicara. "Ekhem ... sebenarnya saya memang berencana mengajak kamu berpacaran hari ini, tapi sepertinya saya tadi hampir keduluan. Jadinya malah ... gitu, deh. Di mobil, nggak romantis."

Klana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Padahal Gemuris sudah berpesan; romantis itu penting untuk menarik simpati perempuan. Akan tetapi, sepertinya memang Klana tidak berbakat menjadi romantis.

Valeri terkekeh pelan. "Nggak romantis? Aku nggak pernah ditembak di mobil, sih. Jadi karena itu first time, aku bakal anggap itu romantis."

Lagi, lagi, dan lagi. Klana tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Batin lelaki itu, betapa manis perempuan di depannya ini. "Baiklah ... terima kasih sudah berpikir seperti itu. Lain kali, saya akan memberi kejutan yang lebih romantis."

"Oke! Aku tunggu, ya! Jangan ingkar janji."

Klana menggelengkan kepala. "Tidak akan!"

Setelah itu, Klana pun dengan berat hati kembali masuk ke dalam mobil. Kemudian melajukan mobilnya untuk meninggalkan kediaman Keluarga Handoko. Sedangkan Valeri tetap berdiri di gerbang sembari memandangi mobil Klana sampai benar-benar menghilang dari pandangannya.

Setelah memastikan mobil Klana benar-benar tidak lagi terlihat, Valeri pun baru beranjak untuk menutup pintu gerbang rumah neneknya. Akan tetapi entah datang dari mana, tiba-tiba sebuah tangan menahan gerbang itu agar tidak tertutup. Valeri sampai terlonjak dan mundur selangkah karena terkejut.

"Mas Jaya?!"

"Aduh! Maaf, Mbak. Maaf kalau bikin kaget. Maaf banget ...."

Valeri menghela napas. Perempuan itu jadi teringat bahwa dia sudah berjanji kepada Klana untuk menjaga jarak dari Jaya. "Nggak apa-apa, Mas. Ada apa, ya?" Valeri langsung bertanya pada intinya. Firasat Valeri mengatakan untuk tidak berlama-lama dengan lelaki itu.

"Ini, Mbak. Tadi saya habis cerita sama Eyang kalau saya suka ngeracik teh dicampur rempah-rempah soalnya saya pengen buka kedai teh. Terus mumpung saya lagi susah tidur, saya malah jadi bikin teh malam-malam. Saya mau nawarin ini ke Eyang sama Mbak Valeri."

Jaya menyodorkan sebuah termos kecil, seukuran botol air mineral tanggung. Valeri sedikit ragu untuk menerima botol tersebut, tetapi akhirnya Valeri memilih untuk menerima pemberian Jaya itu. "Terima kasih, Mas. Nanti saya sampaikan ke Eyang."

"Eh, Mbak Valeri nggak mau nyobain dulu? Saya butuh testimoni soalnya, Mbak. Hehehe, siapa tau resepnya cocok buat saya masukin daftar menu di kedai teh saya nanti."

Valeri ingin sekali menolak, tetapi pada sisi lain juga perempuan itu merasa tidak enak setelah mendengar penjelasan Jaya. Jadi Valeri pun membuka termos itu lalu menuangkan sedikit tehnya ke dalam tutup termos. Akan tetapi sebelum mulai minum, Valeri sempat membaui tehnya terlebih dahulu. Tidak ada yang aneh, hanya khas bau teh yang dicampur rempah-rempah seperti jahe dan semacamnya.

Memastikan bahwa dari bau, tehnya aman. Valeri pun menyeruput teh tersebut. "Rasanya ... agak pahit di awal, tapi lama-lama ada rasa manis yang kayak ketinggalan gitu. Hangat juga di tenggorokan."

"Hangat?"

"Iya ... ha-" Tidak, itu bukan rasa hangat saja. Lama kelamaan, rasa hangat itu berubah menjadi semakin panas.

Sementara itu, Klana yang sedang menghangatkan masakan ... "Akh!" Ada perasaan gelisah dan tidak nyaman yang mendadak muncul di dalam hati Klana hingga membuat tidak fokus dan tangannya tanpa sengaja menyenggol bagian dalam microwave yang panas.

"Gusti Prabu! Gusti Prabu tidak apa-apa?"

Klana menggelengkan kepala. Dia kemudian segera meletakkan mangkuk makanannya lalu menuju keran air terdekat untuk menyiram tangannya yang terkena panas. Genuris tentu saja panik dan terus membuntuti Klana sampai lelaki itu yakin bahwa tuannya baik-baik saja.

"Gemuris."

"Nggih, Gusti Prabu."

"Awasi orang yang mengontrak di samping rumah Nyonya Handoko."

"Memang siapa yang tinggal di sana, Gusti Prabu?"

"Jaya, Dewa Jaya Kusuma."

***

Di tengah rasa sakit dan panas yang mulai menjalar ke seluruh tubuh, Valeri merasa seperti segala hal di sekitarnya berputar. Samar-samar, Valeri melihat segalanya berubah. Hingga kemudian, semua yang tadinya berputar pun mulai melambat tetapi tetap berputar.

Penglihatan Valeri tumpang tindih antara kondisi nyata dan ingatan Valeri mengenai segala hal yang pernah Candraneswara tunjukkan padanya. Lalu terdengar bunyi "Clik". Jaya menjentikkan jarinya.

Kepala Valeri masih sangat pusing dan tenggorokkannya masih terasa panas hingga Valeri tidak bisa mengatakan apa pun. Akan tetapi, pandangannya sudah tidak lagi berputar. Di depan Valeri, berdiri Candraneswara dan Klana. Mereka saling memandang sembari tersenyum.

"Sembilan ratus tahun yang lalu, kamu tau ...." Jaya memegangi pundak Valeri hingga perempuan itu menatapnya. "... siapa yang menyelamatkan Kerajaan Kediri dari kekalahan? Dia adalah Inu Kertapati, tunangan Candra Kirana yang melarikan diri setelah kematian Angreni."

Jaya dapat melihat dengan jelas ekspresi terkejut dari Valeri. "Lalu, kamu tau lagi apa? Nama Inu Kertapati dalam pelariannya adalah Klana Jayengsari."

Senyum miring yang tampak puas tergambar dalam wajah Jaya saat melihat ekspresi bingung sekaligus terkejut dari Valeri. "Coba tebak siapa itu Klana Jayengsari?"

"Ma ... as Klana?" Susah payah Valeri berbicara.

"Iyap, betul sekali! Pintar sekali anak manis ini," ucap Jaya sembari membelai pipi Valeri.

Rasanya saat ini valeri begitu campur aduk. Dia bingung dengan segala hal yang terjadi. Bagaimana bisa hal-hal yang berasal dari ratusan tahun lalu berhubungan dengan hal-hal yang ada pada saat ini. "A ... apa maksudmu, Ma ... s Klana adalah reinkarnasi Inu Kertapati?"

"Apa?! Reinkarnis? Kamu salah besar. Ayo, lihat ini!"

Jaya menolehkan kepala ke arah Klana dan Candraneswara yang sedang bermesraan, Valeri pun memandang ke arah yang sama dengan perasaan campur aduk. Hingga kemudian terdengar suara gemuruh menggelegar dan disusul kilat petir menyambar di mana-mana. Langit yang tadinya cerah pun menjadi mendung.

Kemudian, di langit terbang sosok menyerupai Jaya ... atau lebih tepatnya, memang itu adalah Dewa Jaya Kusuma. "Lihatlah, betapa gagahnya aku."

"Kau! Anak manusia, rendahan, tidak punya malu wahai Inu Kertapati!" teriak Dewa Jaya Kusuma dengan murka.

"Kembalikan Angreni! Kembalikan Dewi Anggar Mayang, kekasihku!" Dewa Jaya Kusuma terbang di langit dengan membawa cuaca yang sangat buruk. Kemarahan berkilat-kilat di matanya. Dia tidak terima akan segala hal yang terjadi.

Namun, Klana tampak tidak takut sama sekali dengan kehadiran sang Dewa. "Tidak! Entah itu Angreni, Candra Kirana, atau bahkan Candraneswara! Mereka adalah kekasihku, apa yang ditakdirkan untukku."

"Lancang! Kalau begitu, terima karmamu! Wahai Inu Kertapati, kau akan selamanya berduka atas kehilangan pujaan hatimu! Hanya jika kau bersatu kembali dengan Candranareswara, maka semuanya akan berakhir dan suralaya akan menerimamu."

DUAR! Petir kembali bergemuruh, bersahut-sahutan semakin kencang. Hingga sebuah kilat mengarah tepat ke arah Valeri, menyebabkan perempuan itu kehilangan kesadaran. Akan tetapi, sebelum kesadarannya benar-benar hilang. Valeri masih sempat mendengar Jaya berbicara.

"Sadarlah, Valeri! Kamu hanya alat bagi Klana untuk bisa bersatu kembali dengan kekasihnya. Dia adalah pria licik yang hanya memanfaatkanmu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro