Bab 35. Epilog dari Penyesalan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah berciuman dengan Valeri, Klana secara perlahan mulai tidak bisa merasakan tubuhnya. Hingga beberapa saat setelahnya saat kembali membuka mata, Klana sudah tidak lagi berada di rumahnya. Tidak ada lagi Valeri di hadapannya.

Kini hanya hamparan luas taman yang begitu indah. Di bawah kakinya, Klana dapat merasakan hamparan awan yang lembut. Gemericik air terjun terdengar tepat di samping telinga Klana. Akan tetapi, air terjun itu tidak menghasilkan air biasa melainkan ribuan liter air susu yang begitu putih dan bersih.

"Apakah aku di khayangan sekarang?" Senyum Klana perlahan mengembang.

Klana mulai mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Tidak jauh dari tempat Klana berdiri, terdapat sebuah bangunan yang bentuknya seperti kuil. Bangunan tersebut berwarna putih dengan empat pilar besar yang menyangga. Atapnya tampak bertingkat membentuk seperti kubah.

Di tengah bangunan itu pula, berdiri seorang perempuan dengan pakaian serba putih. Meskipun posisi perempuan itu membelakangi Klana, tetapi jelas Klana sangat mengenali siapa perempuan itu. Senyum Klana semakin merekah lebar.

"Candraneswara, Nimas, kamu pasti sudah menunggu sangat lama," gumam Klana sembari berjalan tergopoh-gopoh mendekati Candraneswara.

Namun, saat Klana sudah hampir dekat dengan Candraneswara. Seorang lelaki lain sudah lebih dahulu sampai sana. Klana perlahan menghentikan langkah ketika menyadari siapa lelaki itu.

Klana melebarkan mata nyaris tidak percaya. Ekspresinya terkejut bercampur kecewa karena apa yang dia lihat. Candraneswara menyambut lelaki itu dengan penuh senyuman, lelaki itu pun mengecup punggung tangan dan kening Candraneswara.

"Nimas ...," panggil Klana yang berhasil membuat Candraneswara dan Dewa Jaya Kusuma menolehkan kepala ke belakang secara bersamaan.

Candraneswara tampak tidak terkejut dengan kehadiran Klana. Perempuan itu justru tersenyum. "Kangmas Inu Kertapati? Selamat sudah menyelesaikan kutukanmu, ya. Saya pergi terlebih dahulu karena tugas saya untuk membantu Kangmas sudah selesai."

"Mau pergi ke mana, Di Ajeng? Kangmas ke sini untuk menemuimu supaya kita bisa kembali bersama."

Candraneswara menggelengkan kepala. "Maaf, Kangmas. Yang seharusnya kembali bersama dengan Kangmas bukan saya, tetapi orang lain. Saya harus kembali pada kekasih saya sendiri."

Setelah itu, Candraneswara menggandeng tangan Dewa Jaya Kusuma kemudian pergi meninggalkan Klana. Sedangkan Klana berusaha untuk mengejar Candraneswara, tetapi seolah kakinya tidak bergerak ke mana pun. Semakin Klana berusaha berlari maju, justru jaraknya terasa semakin jauh dengan Candraneswara.

"Nimas! Tidak! Tungggu, jangan pergi. Tolong, Candraneswara!" Klana terus berusaha mengejar Candraneswara, hingga akhirnya lelaki itu jatuh tersungkur.

"Tidak ... tidak!!" Klana mulai terisak. Kecewa, sedih, marah. "Kenapa? Kenapa menjadi seperti ini?"

"Karena sebelum menemukan kebahagian, kau harus dihukum terlebih dahulu setelah mengkhianati Candra Kirana. Bukankah begitu?" Tiba-tiba muncul suara yang menggema dengan keras di sekitar Klana. Tidak diketahui dari mana asalnya suara berat itu, tetapi Klana mengenali suara itu.

"Tetapi saya sudah dihukum! Saya sudah lama dihukum ... bukankah itu sudah cukup lama? Kenapa saya masih dihukum lagi?"

"Karena yang kamu kejar saat ini bukanlah milikmu. Jangan suka menginginkan milik orang lain." Suara itu kembali terdengar menjawab pertanyaan Klana.

"Bu ... kan milik saya?"

"Iya. Selain itu, apakah kamu yakin perasaanmu masih benar-benar sama terhadap Candraneswara, Nak?"

Klana terdiam. Suaru itu benar. Perasaan semacam apa yang Klana rasakan saat ini terhadap Candraneswara?

Klana tidak kunjung menjawab. Hingga kemudian suara itu kembali terdengar. "Akan kuberikan kamu dua pilihan, Nak. Kamu mau tetap di sini selamanya tetapi tanpa Candraneswara atau kembali ke bumi dan melanjutkan hidup sebagai manusia biasa yang suatu hari akan menua dan mati? Pikirkan baik-baik untuk memilih. Mungkin kebahagiaanmu memang bukan di sini, Nak."

***

"Saya ... saya memilih kembali ke bumi," ucap Klana terakhir kali sebelum dia merasakan sebuah angin yang sangat kencang menghempaskan tubuhnya hingga dia hilang kesadaran.

Lalu sekarang, Klana mulai kembali mendapatkan kesadarannya. Dia membuka mata, samar-sama melihat langit-langit yang begitu familiar. "Gusti Prabu?" Suara familiar itu, jelas milik Gemuris.

Klana menolehkan kepalanya ke kana, tempat Gemuris duduk. Kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Kini Klana menyadari sepenuhnya bahwa dia berada di rumah, di kamarnya sendiri. "Apa yang terjadi? Kenapa Gusti Prabu kembali? Apakah kutukannya belum selesai."

Gemuris tampak panik dan khawatir. Akan tetapi, Klana justru tersenyum tipis. "Tidak, kutukannya sudah berakhir," jawab Klana sembari mendudukkan dirinya.

"Terus?"

"Aku memilih kembali ke sini. Sekarang aku menjadi manusia biasa. Kita berdua menjadi manusia biasa yang akan menua, sakit, dan mati, Gemuris. Dan sekarang aku bukan lagi Gusti Prabu-mu. Kamu sudah bebas untuk melanjutkan hidupmu sendiri."

Entah bagaimana, setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Gemuris. Dia sangat bahagia. Saking bahagianya sampai meneteskan air mata. "Terima kasih ... tetapi saya tetap tidak akan meninggalkan Gusti Prabu. Jika saya tidak bisa menjadi pengawal lagi, saya masih bisa menjadi teman atau yang lainnya. Selain itu, saya juga masih bisa menjadi sekretaris Gusti Prabu. Saya tidak masalah menjadi apa pun."

Klana menepuk-nepuk pundak Gemuris. "Terima kasih banyak, Gemuris."

Dua bulan kemudian ....

Valeri menghela napas. "Ini beneran Valeri harus ikut?" tanya Valeri, padahal posisinya dan keluarganya sudah berada di stasiun kereta.

" Val ...." Papa Valeri memperingatkan gadis itu.

"Kenapa, sih, Val? Takut banget ketemu mantan lo yang anak Solo itu? Yang mana, sih, orangnya? Sini biar gue urus." Valeri hanya memberi rolled-eyes kepada ocehan Dika, kakaknya itu.

"Nggak apa-apa, Nduk. Mumpung tiketnya dibayarin budhe-mu. Kapan lagi, ya, kan?" Mama Valeri ikut menimpali.

Dika kemudian sedikit menggeser berdirinya untuk lebih dekat dengan Valeri. Lalu berbisik, "Lo pasti takut ketemu dia di nikahannya Mbak Vina terus gamon, kan?"

"Ck." Valeri hanya berdecak menanggapi keisengan kakaknya itu. Kemudian perempuan itu membatin, "Lagian gak mungkin ketemu juga."

Kemudian Valeri berusaha mengabaikan keisengan kakaknya dengan mengambil beberapa gambar dari suasana di stasiun. Lalu mengunggah foto-foto tersebut pada instastory-nya dengan keterangan, "Menuju Solo lagi setelah dua bulan."

Setelah itu, kereta datang. Biasanya Valeri senang menikmati perjalanan naik kereta menuju Solo. Akan tetapi, kali ini tidak. Perempuan itu merasa cemas sepanjang perjalanan. Bagaimana tidak? Ada hatinya yang tertinggal di Solo. Dulu dia memajukan kepulangannya ke Jakarta untuk melarikan diri, tetapi sekarang dia harus kembali ke kota itu.

Valeri pun memilih untuk tidur saat suasana hatinya kurang baik. Lebih baik tidur daripada menangis di sepanjang perjalanan kembali ke Solo. Akan tetapi saat baru saja memejamkan mata, ponsel Valeri bergetar. Valeri penasaran, dia memilih untuk kembali membuka mata dan menyalakan ponselnya.

Sebuah notifikasi masuk. "klana_lana menyukai cerita Anda."

Valeri berkedip beberapa kali, menggosok matanya, sampai menghidupkan ulang ponselnya. Akan tetapi, semua yang Valeri lakukan itu tidak mengubah fakta bahwa baru saja akun Klana menyukai unggahan Valeri. "Nggak mungkin," gumam Valeri.

"Nggak mungkin apa, Val?" tanya Dika yang tanpa sengaja mendengar gumaman Valeri.

"Nggak mungkin Mas Klana balik lagi?" Valeri tidak percaya. Tentu saja, lelaki itu menghilang tepat di hadapan Valeri. Bagaimana mungkin sekarang Klana bisa menyukai unggahan Valeri? Apakah ada koneksi internet di khayangan? Atau ... Valeri tidak ingin terlalu berharap tetapi bisa jadi Klana kembali. Meskipun itu mustahil bagi Valeri.

Namun, seberapa pun Valeri tidak mempercayai hal tersebut. Seberapa pun Valeri menyangkal kembalinya Klana. Kenyataannya pada hari pernikahan Vina, Klana muncul tepat di depan mata Valeri. Lelaki itu berjalan mendekati Valeri sembari tersenyum.

"Kita bertemu lagi, Cah Ayu."

"Mas Klana?"

"Saya meminta maaf atas yang kemarin-kemarin. Bolehkah saya memulai kembali denganmu dengan cara dan niat yang lebih baik, Cah Ayu?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro