Separated

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Woojin berlarian dengan panik. Jihoon menghilang entah kemana. Padahal Jihoon sudah berjanji untuk menunggu Woojin menjemputnya setelah menemui Guanlin. Ia baru memberitahu hal ini pada Minhyun, Daniel, dan Ong. Ia tidak berani memberitahukan hal ini kepada para manusia atau Lai Gai Woo.

"Bagaimana hyung apa kau menemukan mereka?"

Woojin bertanya dengan gelisah saat ia bertemu Daniel,

"Aku tidak menemukan Jihoon dimanapun, tapi kita coba tunggu Minhyun dan Ong, mungkin mereka menemukannya."

Tapi Woojin semakin gelisah ketika Minhyun dan Ong datang bersamaan tanpa Jihoon.

"Kalian tidak menemukan Jihoon?"

Ong justru bertanya balik dan semuanya menjadi semakin khawatir,

"Apakah kita perlu memberitahu Jenderal dan Lai Gai Woo."

"Tahan dulu, coba kita berpencar sekali lagi dan bertemu satu jam lagi di tempat ini."

Keempat vampire itu setuju dan langsung melesat pergi. Sementara Jinyoung dan Daehwi yang duduk bersama Lai Gai Woo di tribun bingung ketika para vampire menghilang.

"Mereka kemana sih? Apa kau melihat mereka Daehwi?"

"Aku tidak tahu, tadi Woojin hyung memanggil Minhyun hyung dan tidak lama setelah itu Daniel hyung dan Seongwoo hyung juga pergi."

"Issshh mereka pergi kemana sih? Pertandingannya sudah mulai, Jihoon hyung juga belum kembali. Sebenarnya apa yang mereka lakukan?"

Daehwi hanya mengangkat bahu dan kembali mengalihkan perhatiannya ke depan. Ia bersorak sorai tidak hanya untuk Guanlin, tapi juga untuk wanita cantik yang ditabraknya tadi. Jinyoung masih menatap ke arah para hyungnya pergi dengan heran dan agak khawatir. Sejujurnya ia memiliki firasat yang tidak enak namun ia berusaha meyakinkan diri bahwa semuanya baik - baik saja.


--- TDW ---


Sementara itu Guanlin yang memasuki arena pertandingan tampak kagum sekaligus waspada dengan keadaan sekelilingnya. Di dalam arena pertempuran terdapat empat wilayah yang harus mereka lewati sebelum mencapai pintu terakhir. Dan masing - masing wilayah memiliki peraturan yang berbeda. Apabila peserta melanggar peraturan akan ada sanksi yang dijatuhkan tergantung seberapa beratnya pelanggaran tersebut.

Dan arena pertama yang mereka masuki adalah arena hutan bernama The Frankenstein Forest. Pintu masuk para peserta berbeda - beda sehingga bisa dipastikan mereka tidak akan berkumpul di satu titik tapi menyebar di seluruh wilayah hutan. Guanlin memegang kunci yang dikalungkannya ke leher, dan untuk sesaat ia tersenyum ketika mengingat ciumannya dengan Jihoon sebelum memasuki arena. Ia bertekad memenangkan telur naga itu untuk Jihoon.

"Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Pangeran Klan Vampire di sini."

Guanlin langsung menyingkir dengan cepat sambil mengacungkan pedangnya. Hanya dalam beberapa detik ia lengah, dan Direwolf ini sudah berada di sebelahnya. Direwolf adalah klan manusia serigala yang hampir punah. Mereka bisa berubah wujud menjadi serigala dan juga manusia. Tapi bentuk serigalanya sangat besar dengan tinggi mencapai satu meter dan panjang dua meter. Selain itu wujud serigala dari Direwolf memiliki dua taring utama sepanjang 20cm yang mencuat keluar. Direwolf jelas bukan musuh yang mudah untuk dikalahkan. Ia seperti monster berjalan yang siap menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Klan Direwolf mulai mengalami kebangkitan sejak kemenangan Vernon, pangeran Direwolf, di pertandingan lima tahun lalu.

Vernon tertawa geli melihat Guanlin. Ia meletakkan senjatanya dan mengangkat kedua tangannya,

"Tenanglah, kau bisa simpan senjatamu, aku tidak berniat apa - apa okay?"

Guanlin menghela napas dan menyimpan kembali senjatanya. Lantas ia memungut senjata Vernon dan mengembalikannya padanya.

"Senang berjumpa dengan juara bertahan tahun lalu, Pangeran Vernon."

Vernon tersenyum lebar dan berkata,

"Sama - sama Lai Guanlin, lalu apa yang membawa pewaris tunggal Klan Vampire ke sini?"

"Kau berlebihan Vernon, masih ada kelompok vampire lainnya seperti West Minerva, The House of Bangtan, dan The Shinee Leauge."

Vernon tertawa kecil dan berkata,

"Tapi The House of Bangtan dan The Shinee Leauge sudah hancur. Hanya tersisa The East of Cassylum dan West Minerva, meskipun harus kuakui The East of Cassylum lebih terkenal, apalagi duo ayah dan anak, Lai Gai Woo dan Lai Guan Lin..."

Tiba - tiba Guanlin menghunuskan pedangnya ke leher Vernon. Membuat Direwolf itu terdiam. Guanlin berbisik di telinganya dengan jengkel,

"Cukup basa - basinya dan katakan apa maumu."

Mengingat ada pedang di lehernya Vernon malah tersenyum dan tertawa, membuat Guanlin mempertanyakan kewarasannya.

"Ternyata rumor itu benar adanya, kau tidak bisa diremehkan. Baiklah, aku ingin menawarkan kerja sama. Bagaimana jika kita menjadi partner sampai arena ketiga?"

"Kenapa hanya sampai arena ketiga?"

"Karena hanya ada satu Cyclops dan satu kunci, sementara kita berdua jelas menginginkannya bukan? Kita bisa bertarung di arena terakhir untuk menentukan siapa yang akan membawa Cyclops itu. Bukankah itu adil untuk kita berdua?"

"Dan apa keuntungannya bagiku?"

"Akan kuberitahukan semua informasi yang kau perlukan mengenai pertarungan ini, arena pertandingan, peraturan, informasi mengenai para peserta, dan bahkan telur naga. Singkat kata akan kujawab apapun yang kau tanyakan untuk bertahan hidup dalam arena ini. Aku juga akan membantumu sampai ke arena ketiga dan setelah itu kita berpisah di sana bagaimana?"

"Kalau kau bisa melakukannya sendiri kenapa harus meminta bantuanku?"

Vernon mulai mendesah jengkel dan berkata,

"Hey, aku juga butuh bantuan. Kau tidak tahu betapa sulitnya aku untuk menjadi juara lima tahun lalu. Aku hampir kehilangan nyawaku untuk itu."

Guanlin menarik pedangnya dan menimbang - nimbang tawaran itu. Mungkin tidak ada salahnya untuk bekerja sama dengan Vernon. Lagipula Guanlin tidak banyak tahu mengenai pertandingan ini. Tadinya Lai Gai Woo yang diundang sebagai peserta tapi Guanlin berniat menggantikan ayahnya supaya ayahnya tidak bekerja terlalu berat. Lagipula pertandingan ini adalah tantangan untuk mengasah seluruh kemampuannya.

Tidak jauh dari tempat semula, Vernon dan Guanlin berpapasan dengan Hwang Hyunjin. Hyunjin terdiam namun kemudian melewati mereka begitu saja. Vernon pun mengabaikannya dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan Hyunjin.

"Kenapa dia berjalan ke arah kita datang? Bukankah kau bilang arena kedua berada di sebelah sana?"

"Biarkan saja dia, Hwang Hyunjin mengikuti pertandingan ini bukan untuk memenangkan telur naga, tapi untuk mencari kakak tirinya, Felix. Felix adalah peserta lima tahun lalu, dan ia terjebak di sini karena tidak bisa keluar dari arena. Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan Lai Guanlin, aku tidak sabar untuk menangkap dan membunuh Cyclops itu."

Guanlin melirik sebentar ke arah Hyunjin sebelum akhirnya mengikuti Vernon pergi. Sementara itu Hyunjin menatap Guanlin dan Vernon dengan tatapan kebencian yang tidak ditutup - tutupi. Api mulai muncul dari tangannya namun Hyunjin memasukkan tangannya ke dalam jubahnya dan pergi dari situ.


--- TDW ---


Sementara itu Jihoon membuka matanya perlahan ketika merasakan cipratan air di wajahnya. Bersamaan dengan langkah kaki berisik. Jihoon membuka mata dan berusaha menghirup udara sebanyak - banyaknya. Dimana dia berada? Udaranya terasa aneh, terasa lebih lembab dan penuh bau tanaman beserta tanah. Ia perlahan bangkit dan merasakan seluruh badannya sakit.

Jihoon duduk dan melihat sekelilingnya, dimana ini? Ia mencoba mengingat apa yang terjadi dan seketika bayangan Somi yang mendorongnya bermunculan di kepala Jihoon. Rasa panik menyerangnya dan ia mulai sadar dimana dirinya berada. Dia berada di dalam arena pertandingan. Tanpa senjata, tanpa bekal, dan tanpa informasi apapun. Jihoon menyadari bahwa ia harus menemukan Guanlin secepatnya.

Jihoon berada di pinggir sungai dan ada air terjun kecil di belakang sungai itu. Di sampingnya terdapat beberapa buah dan mata Jihoon melihat ke arah sesuatu yang mengintipnya dari balik pohon.

"Siapa di sana?"

Tapi makhluk itu justru bersembunyi,

"Kau yang menolongku kan? Kau juga memberikan buah - buahan ini padaku."

Makhluk itu masih tidak menjawab. Jihoon berdiri dan berkata,

"Keluarlah, aku akan menjadi temanmu, aku hanya ingin melihat wujudmu."

"Teman..?"

Sebuah suara pelan terdengar dan Jihoon tersenyum,

"Iya, aku berjanji akan menjadi temanmu. Ayo keluarlah, ke dekatku."

Makhluk itu pelan - pelan berjalan dari balik pohon yang gelap menuju ke arah cahaya, ke arah Jihoon. Dan semakin makhluk itu mendekat, Jihoon tidak bisa mengendalikan kekagumannya karena ia tidak pernah melihat makhluk itu sebelumnya. Makhluk itu berbadan besar, dengan tinggi dua meter dan bermata satu. Ia menatap Jihoon dengan malu - malu, bahkan beberapa kali mencoba mengalihkan pandangannya dari tatapan Jihoon. Keduanya pun berhadapan, dan Jihoon tersenyum,

"Hai teman, namaku Park Jihoon, dan aku manusia."

Makhluk itu menatap tangan Jihoon untuk beberapa saat dan kemudian mengulurkan tangannya sambil berbisik pelan,

"Yang Jeong In...."

"Wow ini pertama kalinya aku bertemu dengan Cyclops."

"Ini juga pertama kalinya Jeong In bertemu dengan manusia."

Keduanya pun tersenyum dan beberapa saat kemudian mereka sudah duduk di pinggir sungai bersama - sama. Jihoon memakan buah - buahan yang disediakan Cyclops itu dengan lahap sementara Cyclops bernama Yang Jeong In itu melihat sekelilingnya dengan cemas.

"Jeong In, kenapa kau tidak tenang begitu?"

"Jeong In harus pergi, Jeong In harus cepat, jangan sampai mereka menemukan Jeong In, tapi Jeong In tidak bisa meninggalkan Jihoon. Jeong In tidak tahu harus bagaimana."

Cyclops itu tampak kebingungan sendiri dan Jihoon meraih tangannya,

"Baiklah, ayo kita pergi, aku akan menemani Jeong In."

Jihoon menggandeng tangan raksasa itu dan raksasa itu tampak malu, jadi seperti ini ya rasanya punya teman.

"Sekarang Jeong In beritahu aku segala sesuatu mengenai pertandingan ini."

Jeong In menggaruk kepalanya sebelum berkata,

"Jeong In... tidak tahu banyak soal pertandingan ini.. Jeong In hanya tahu bahwa sejak dulu bangsa Cyclops selalu menjadi umpan, Jeong In juga tidak tahu kenapa. Lima tahun lalu, ayah Jeong In dipaksa ke arena ini dan mati di sini. Tapi, Jeong In tidak mau mati di sini, Jeong In harus kembali karena Ibu Jeong In hanya punya Jeong In. Kalau Jeong In mati kasihan ibu..."

Mata Cyclops itu mulai berkaca - kaca dan bohong bila Jihoon tidak merasa kasihan,

"Jeong In tenang saja, aku akan menolongmu, kita akan menemukan cara agar kau bisa keluar dengan selamat dari sini."

"Benarkah? Huwaaaaaaa...."

Dan berikutnya Raksasa itu memeluk Jihoon sambil menangis tersedu - sedu sementara Jihoon sesak nafas karena pelukan erat raksasa itu. Namun belum selesai tangisan raksasa itu, Jihoon membekap mulutnya dan berkata,

"Sssst! Diam! Aku mendengar suara!"

Jihoon menarik kepala raksasa itu ke dalam semak - semak bersama dirinya. Dan benar saja, tidak jauh dari mereka terdengar pertarungan dan senjata yang saling berbenturan.

"Lebih baik kau menyerah saja dan serahkan kuncimu cantik."

"Bagaimana kalau kau saja yang menyerah dan kemudian serahkan kuncimu Jaebum?"

"Dasar wanita jalang! Rasakan ini!"

Terdengar suara dentuman keras dan teriakan wanita. Jihoon dan raksasa itu menonton pertarungan itu diam - diam. Mereka melihat wanita berekor ular yang berlumuran darah, ia bersandar di depan pohon. Dan seorang pria muda berjongkok di depannya, kemudian pria itu dengan sengaja menginjak lengan wanita itu yang berdarah. Wanita itu diam, menahan sakitnya.

"Heh? Tidak berteriak? Kau kuat juga rupanya."

Sementara itu Jihoon dan si raksasa yang bersembunyi di semak - semak berkata,

"Kita harus menolongnya!"

"Kita harus bergegas pergi!"

Keduanya saling bertatapan kaget karena mengucapkan ide yang sangat berbeda dalam waktu bersamaan.

"Kita tidak bisa menolongnya, Jihoon dan Jeong In bisa celaka."

"Tapi lihatlah dia kelihatan tidak berdaya Jeong In!"

Namun tidak lama kemudian ekor wanita itu menusuk punggung lelaki itu, terus sampai menembus dadanya.

"Oke aku menarik kata - kataku bahwa dia wanita tidak berdaya."

Setelah memastikan lelaki itu sudah mati, wanita itu mengambil kuncinya dan berbaring di bawah pohon. Lukanya juga cukup parah.

"Jihoon ayo pergi."

Raksasa itu sudah menarik tangan Jihoon, tapi mata Jihoon mengarah pada wanita itu.

"Kita akan pergi setelah kita menolongnya!"

Kemudian secepat kilat Jihoon berjalan ke arah wanita itu. Jihoon keluar dari semak - semak dan matanya langsung bertatapan dengan wanita itu. Wanita itu menatapnya heran, namun tidak punya cukup tenaga untuk melakukan apapun. Jihoon mengangkat kedua tangannya dan berjongkok di depan wanita itu secara perlahan,

"Bertahanlah, aku akan menolongmu."

Wanita itu menatap mata Jihoon, sesaat sebelum ia kehilangan kesadarannya. Jihoon pun langsung bergegas mengobati luka - lukanya dan mencari daun - daunan untuk ramuan penyembuh. Karena terbiasa mengobati luka Guanlin dan teman - temannya, Jihoon menjadi cekatan dalam mengobati luka - luka. Ia juga membersihkan darah di tubuh wanita itu dengan lembut. Setelah menyelesaikan pekerjaannya dan memindahkan wanita itu di tempat yang agak teduh, Jihoon tersenyum dan pergi meninggalkan wanita yang masih pingsan itu. Jihoon bergegas mengejar raksasa itu yang menunggunya di balik pohon.

Tapi tidak jauh dari mereka berjalan. Mereka menemukan sekumpulan raksasa dengan bentuk badan yang terbilang aneh. Ada yang kepalanya kecil tapi badannya besar. Ada yang lengannya pendek dan lengan satunya panjang. Ada yang kaki kirinya berbulu sementara kaki kanannya bersisik. Anggota tubuh sekumpulan raksasa itu tampak seperti dipaksakan satu sama lainnya. Apalagi dengan bekas jahitan kasar yang terlihat jelas.

Jihoon melihat mereka dengan bingung sementara Jeong In memucat.

"Jihoonie.. ayo mundur.."

Jeong In berbisik pelan dan dengan sangat perlahan menarik tangan Jihoon untuk mundur,

"Tapi kenapa kita harus mundur?"

Secara tidak sengaja Jihoon mengeraskan suaranya dan Jeong In buru - buru menutup mulutnya, tapi terlambat. Sekumpulan raksasa itu menengok dan melihat mereka,

"LARI JIHOONIEEEEE!!!"

Secepat kilat Jihoon dan Cyclops itu langsung berlari cepat sementara sekumpulan raksasa itu meraung sambil mengejar mereka berdua. Jihoon dan Jeong In memanjat sebuah pohon yang cukup tinggi dan untuk sementara para raksasa itu tidak melihat mereka,

"Sebenarnya mereka itu apa?"

Kali ini Jihoon berbisik dan Jeong In menjawabnya dengan gemetar

"Sesuai namanya, Frankenstein Forest adalah hutan yang berisi monster yang dibuat dari anggota tubuh monster lainnya. Mereka tidak berpikir, tidak punya emosi, tidak makan, dan juga tidak minum. Mereka hanya punya insting untuk menyerang dan menghancurkan makhluk hidup lain selain diri mereka. Frankenstein mempunyai indera pendengaran yang luar biasa."

Namun tiba - tiba pohon itu bergoyang,

"Sial mereka menemukan kita!"

Benar saja, para raksasa Frankenstein itu berada di bawah pohon, mengguncang - guncangkan badan pohon dengan liar. Namun sebelum pohon itu roboh tiba - tiba api menyambar para raksasa itu. Api itu terus menyambar dan membakar satu raksasa ke raksasa lainnya, tanpa membakar pohon atau apapun di sekitarnya. Dan dengan tenang seorang pria dengan jubah hitam berjalan tenang di antara mereka. Jihoon memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri bersama Jeong In, dan turun ke bawah, namun lelaki itu mencegatnya.

Jeong In gemetar dan bersembunyi di belakang Jihoon sementara Jihoon menatap pria itu dengan waspada. Pemuda itu mendekat, menurunkan tudung jubahnya dan menatap Jihoon dengan bingung,

"Kau siapa? Kenapa ada manusia di sini?"

"A, Aku terjatuh ke arena ini, aku, sedang mencari jalan keluar."

Pemuda tampan itu menggelengkan kepalanya dan berkata,

"Aku tidak tahu kau ini cari mati atau bagaimana, kami yang bukan manusia saja belum tentu bisa bertahan hidup dari arena ini atau peserta lainnya, apalagi manusia macam dirimu."

"Aku harus menemukan Guanlin, Lai Guanlin. Dia pasti akan melindungiku."

Mata pemuda itu tampak terkejut,

"Pangeran vampire itu? Apa hubungan seorang manusia dengan pangeran vampire? Tapi tunggu sebentar, aku mendengar rumor bahwa Lai Guanlin memiliki hubungan istimewa dengan manusia, jangan - jangan kau adalah.."

"Jangan sentuh dia Hwang Hyunjin, manusia itu milikku."

Wanita ular itu muncul di samping Hyunjin. Lukanya jelas tidak separah tadi dan diam - diam Jihoon lega melihatnya baik - baik saja. Pemuda itu sekali lagi mengernyitkan dahi dengan bingung,

"Apa hubunganmu dengan manusia ini?"

"Dia menolongku."

Pemuda itu mendengus dan berkata dengan sinis pada Jihoon,

"Aku sarankan kau jangan mendekati Lai Guanlin. Aku tidak tahu apa yang ada di kepalanya tapi ia jelas membuat kesepakatan dengan peserta yang salah."

"Apa maksudmu?"

Wanita ular itu bertanya dengan penasaran,

"Dia setuju untuk bekerja sama dengan Vernon."

Wanita ular itu mendecih, terlihat tidak suka dengan hal itu.

"Kenapa? Ada apa dengan orang yang kalian panggil Vernon itu?"

"Vernon, Direwolf yang sangat berbahaya, tidak hanya menghalalkan segala cara, ia tidak segan mengkhianati orang lain untuk kemenangan, seperti yang ia lakukan pada kakakku, Felix.."

Mata Hyunjin terbakar oleh amarah dan api mulai muncul dari tangannya. Namun tanpa rasa takut Jihoon meraih tangan Hyunjin dan berusaha meniup dan mematikan apinya,

"Ahjusshi tanganmu terbakar!"

Untuk pertama kalinya pemuda tampan itu tersenyum, tampak geli melihat tingkah laku Jihoon dan berkata,

"Namaku Hwang Hyunjin, dan bukan Ahjusshi. Siapa namamu?"

Belum sempat Jihoon menjawab, Jihoon tak sengaja mendengar suara Guanlin di arah yang tak jauh darinya. Dan benar saja, Vernon serta Guanlin sedang berjalan di dekat tebing. Jihoon tersenyum namun ketika ia berniat memanggil Guanlin, pemuda itu menarik Jihoon, membekap mulutnya dan merapalkan sejumlah mantera di telinga Jihoon. Jihoon yang awalnya memberontak menjadi terkulai lemas di pelukan pemuda itu. Jeong In tampak panik melihat keadaan Jihoon sementara pemuda itu berkata,

"Kalau kalian berdua tidak ingin mati lebih baik cepat ikuti aku. Untuk saat ini kita harus menghindari mereka."

Pemuda itu menggendong Jihoon yang tidak sadarkan diri dan terus berjalan ke arah yang berlawanan, dengan Cyclops dan wanita ular itu mengikuti di belakangnya dengan setia, menjauhi Guanlin dan Vernon.



To Be Continued



~An author, a reader, and a friend, leenaeunreal, at your service~



Sebagai permintaan maaf karena aku lama banget apdetnya, aku akan apdet lagi MINGGU DEPAN spesial untuk kalian para readersku tersayang. Iya kalian ngga salah baca wkwkwk, minggu depan kok Cuma harinya apa ya rahasia hehehe.

Dan makasih banget buat kalian yang udah kasih ide - ide nama buat karakter - karakter lainnya. Jujur ada beberapa nama yang kalian sebutkan, yang memang bakal jadi karakter baru di cerita ini tapi belum keluar karakternya. Sabar ya gaes, ini ceritanya masih panjang banget, bahkan menyentuh konflik pun belum, cuma sedikit spoiler, konflik akan dimulai segera setelah bagian The Cyclop's Hunt selesai, semua pertanyaan kalian soal siapa Jihoon sebenernya sampe masa lalu bapaknya Guanlin pun bakal kubuka satu per satu, so stay with me yah gaes, karena tanpa readerku apalah arti seorang author #aiyaaaaakkk XD

Sampai ketemu minggu depan ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro