Take The Light With You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ada apa ayah memanggilku ke sini?"

Guanlin dan ayahnya, Lai Gai Woo kini sedang berada di ruangan pribadi Lai Gai Woo. Satu jam lagi mereka akan pergi menemui para dewan vampire demi memenuhi panggilan mereka. Dewan vampire adalah kaum vampire darah murni yang berusia ratusan tahun. Mereka berperan sebagai penengah dan juga hakim di antara vampire dan umumnya keputusan mereka mutlak bagi para vampire. Tidak sembarang orang bisa menemui mereka. Dewan vampire terdiri dari 4 orang dan salah satunya adalah ibu dari Seonho, Ratu Boa.

"Sebelum berbicara dengan para dewan vampire ada baiknya kita berbicara berdua terlebih dahulu, ini mengenai penyerangan yang kau lakukan kepada benteng barat para hunter."

"Mereka mengambil Jihoon dariku ayah, dan aku hanya mengambil kembali apa yang menjadi milikku."

"Ayah paham itu nak, tapi masalahnya sekarang kita dituduh bersekongkol dengan West Minerva dalam melakukan penyerangan itu. Benteng barat itu telah dibakar dan dihancurkan, dan tidak menyisakan satu hunter sekalipun. Rumor yang beredar mengatakan bahwa para hunter dibantai dengan sadis dan bahkan beberapa persenjataan kita ditemukan di sana."

Guanlin mengepalkan tangan menahan emosi dan berkata,

"West Minerva berusaha menjebak kita bukan ayah?"

"Tampaknya demikian karena West Minerva tidak menyangkal atau memberi jawaban terhadap rumor yang beredar."

Guanlin menyipitkan matanya dengan tidak suka. West Minerva adalah kelompok vampire yang jelas – jelas berseteru dengan manusia. Salah satu yang terkuat selain The East of Cassylum, namun berbeda pandangan dengan Guanlin dan ayahnya. Mereka sudah menyatakan perang dengan manusia dan para hunter. Mereka dikenal brutal,kejam, dan tidak ragu melakukan berbagai kekejian. Dan sejak awal Guanlin tidak suka dengan pandangan radikal mereka.

Tapi apa hubungan West Minerva dengan benteng barat tersebut? Bukankah hunter dari para benteng barat itu yang menculik Jihoon? Atau West Minerva memang sudah menguntit Guanlin sejak awal dan memanfaatkan kesempatan yang ada? Guanlin merasa kepalanya sakit. Terlalu banyak skenario tapi tidak ada bukti satupun.

"Setelah aku berhasil menemukan Jihoon, West Minerva memang langsung menyerang benteng itu ayah. Tapi kami bergegas meninggalkan benteng itu. Kami tidak mau terlibat dengan pembantaian yang mereka lakukan."

"Ayah tahu, ayah sudah berbicara dengan Daniel dan juga Seongwoo. Masalahnya dewan vampire memanggil kita dan juga West Minerva. Ayah ingin mengajakmu dan mereka sebagai saksi tapi ayah ingin agar kau mengerti situasinya, terlepas dari apapun yang akan kita katakan kepada para dewan mereka jelas akan menekan kita, lagipula ada kemungkinan West Minerva juga akan berusaha menjatuhkan kita. Selain itu ayah berniat membawa dua hunter itu sebagai saksi, mereka jelas bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi."

"Tunggu sebentar, lalu jika ayah, aku, para bodyguardku dan dua hunter itu pergi lalu siapa yang akan menjaga Jihoon?"

"Minhyun dan Woojin bisa tinggal di kastil, lagipula ada Jisung dan juga Jaehwan."

Sekali lagi mata Guanlin menyipit tidak suka ketika ayahnya menyebutkan nama Jaehwan. Kim Jaehwan adalah seorang vampire nomaden yang penyendiri. Ia sudah berada di kastil utama bahkan sejak Guanlin lahir. Ia suka muncul dan menghilang dari kastil dan tidak pernah ada yang tahu kemana atau darimana dirinya pergi. Meskipun ramah ia pendiam dan tidak terlalu bergaul dengan vampire lainnya di kastil. Ia hanya akrab berbicara dengan Lai Gai Woo saja namun Jaehwan juga menghormati Guanlin walaupun tidak terlalu dekat dengannya. Jaehwan cenderung mengasingkan diri dari semua orang dan tidak ada yang tahu apa agendanya. Asal usulnya begitu misterius terlebih lagi Jaehwan memang sangat tertutup.

Namun Guanlin mempunyai alasan tersendiri mengapa ia tidak menyukai Jaehwan dan tentu saja itu berkaitan dengan Jihoon. Jaehwan selalu bersikap baik pada Jihoon meskipun sedikit terkesan mengacuhkannya, tapi Guanlin menyadari bahwa diam – diam Jaehwan selalu mengawasi dan memperhatikan Jihoon. Beberapa kali bahkan Jaehwan selalu menolong Jihoon meskipun Jihoon tidak mengetahuinya. Guanlin cemburu sekaligus penasaran dengan motif Jaehwan yang sebenarnya tapi Jaehwan tidak pernah mengatakan apapun. Tapi Lai Gai Woo selalu menenangkan Guanlin bahwa Jaehwan tidak bermaksud buruk kepada Jihoon. Meskipun demikian Guanlin masih belum bisa mempercayai Jaehwan sepenuhnya.

Tiba – tiba pintu terbuka dan kedua vampire itu langsung menengok dan menemukan Jihoon masuk ke dalam ruangan,

"Apa aku mengganggu sesuatu?"

Jihoon menggigit bibirnya dengan ekspresi cemas tapi wajah kedua vampire di hadapannya justru melembut. Lai Gai Woo tersenyum dan membuka lebar kedua tangannya,

"Kemarilah Jihoon."

Dan tanpa ragu Jihoon berlari ke pelukan Lai Gai Woo. Vampire tua itu memeluk Jihoon dengan erat dan menghirup baunya. Jihoon menghentikan pelukannya dan menatap wajah Lai Gai Woo dengan senyuman lebar. Lai Gai Woo membelai kepala Jihoon dengan penuh sayang. Ia menatap anak manusia yang dirawatnya sejak bayi itu. Ia sangat menyayangi anak ini dan sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Ia bahkan meminta Jihoon untuk memanggilnya ayah. Lai Gai Woo bertanya dengan lembut,

"Ada perlu apa Jihoon?"

"Aku ingin mengembalikan buku yang ayah suruh aku baca, dimana aku meletakkannya ayah?"

Jihoon menunjukkan dua buku tebal di pelukannya, yang satu adalah sejarah mengenai manusia dan satu lagi adalah sejarah vampire. Lai Gai Woo mendidik Jihoon dengan tegas tanpa kehilangan sentuhan kasih sayang. Vampire bijaksana ini menunjukkan dua sisi kehidupan vampire sekaligus manusia kepada Jihoon karena ia tidak ingin Jihoon kehilangan jati dirinya meskipun ia tumbuh besar di tengah – tengah kaum vampire. Ia membekali Jihoon dengan berbagai pengetahuan dan informasi kepada Jihoon. Sesibuk apapun dirinya ia selalu berusaha meluangkan waktu untuk Jihoon dan Guanlin, berbicara bertiga bersama mereka, saling bertukar pendapat dan menjawab pertanyaan – pertanyaan kedua anak muda itu mengenai banyak hal. Dan Jihoon sendiri menghormatinya lebih dari apapun.

Lai Gai Woo tersenyum dan menunjukkan rak buku raksasa di seberang ruangan. Jihoon berusaha menaruhnya tapi mengalami kesulitan karena raknya cukup tinggi. Saat ia sedang berusaha berjinjit Guanlin muncul di belakangnya dan meletakkan kedua buku itu dengan tenang. Ia menaikkan sebelah alisnya, jelas – jelas mengejek tinggi badan Jihoon. Jihoon mencebik lucu dan menendang tulang kering Guanlin, tapi bukannya kesakitan Guanlin malah tertawa.

Lai Gai Woo memperhatikan interaksi mereka berdua dengan senyum di bibirnya, kemudian berkata,

"Guanlin, Jihoon, pergilah temui Jinyoung dan Daehwi, beritahu mereka akan ikut bersama kita menuju dewan vampire dan beritahukan apa yang harus mereka lakukan di sana."

Guanlin mengangguk dan mereka berdua bergegas keluar ruangan. Setelah pintu tertutup Lai Gai Woo berjalan pelan menuju jendela dan menatap langit biru. Ia menghela napas. Semakin sulit untuk menyembunyikan perasaannya setiap kali ia melihat Jihoon. Semakin dewasa wajah Jihoon semakin mirip dengan wajah ibunya. Senyumannya, tawanya, dan matanya, persis seperti ibunya. Lai Gai Woo menahan sesak di dadanya dan menatap langit dengan air mata menggenang. Belasan tahun berlalu, dan perasaannya masih tidak berubah sedikit pun. Rasa rindu dan perih membuncah di dadanya. Ia berbalik menuju meja dan meraih sebuah lukisan. Lukisan wanita yang dicintainya, meskipun wanita itu telah meninggalkannya dan tidak akan pernah kembali padanya. Tapi setidaknya masih ada kenangan yang tersisa, yang tersimpan rapat dalam hati Lai Gai Woo selama belasan tahun. Dan ia melakukan apa yang biasa ia lakukan, memandangi lukisan itu selama berjam – jam, berusaha mengobati rasa rindu di hatinya walaupun hanya untuk sementara, walaupun sebenarnya rasa rindu itu tidak akan pernah bisa pergi dari hatinya...

---- TDW ----

"Kau ingin aku dan Daehwi ikut sebagai saksi di hadapan para dewan vampire?"

Jinyoung mengulangi kata – katanya dengan tidak percaya. Ia kira ia salah dengar tapi tidak, Guanlin sedang tidak bercanda dengannya. Sekitar satu bulan lebih ia sudah berada di kastil para vampire dan kini Guanlin bahkan ingin membawanya menghadap para dewan vampire?

Jinyoung menelan ludah. Ia tahu siapa itu dewan vampire dan tidak pernah sekalipun berpikir bahwa ia akan bertemu dengan mereka, tapi kenyataan tampaknya berkata lain. Mungkin rasanya sama seperti ketika seekor tikus berhadapan dengan singa.

Jihoon dan Daehwi duduk diam memperhatikan percakapan di antara Guanlin dan Jinyoung. Jinyoung dan Daehwi sedang beristirahat di kamar mereka ketika Guanlin dan Jihoon datang mengunjungi mereka.

"Tenang saja, kau tahu kami akan melindungimu, kau hanya perlu mengatakan yang sebenarnya soalnya penyerangan di benteng itu. Lagipula kau kan bisa bertempur, jika kemungkinan terburuk terjadi dan terjadi pertempuran kau kan masih bisa melawan mereka, yah walaupun kau akan kalah juga sih melawan mereka."

Rasa takut Jinyoung memudar dan langsung digantikan dengan rasa jengkel. Pangeran vampire brengsek ini tidak pernah absen untuk mengejeknya. Guanlin hanya tertawa menyaksikan ekspresi kesal Jinyoung.

"Bersiaplah, satu jam lagi kita akan pergi ke sana bersama ayahku, Daniel hyung, dan Seongwoo hyung."

Kemudian Guanlin dan Jihoon keluar dari ruangan mereka. Guanlin kembali ke ruangannya sendiri untuk bersiap – siap dan berganti pakaian. Jihoon mengamatinya dan menatap Guanlin lekat. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak mengagumi Lai Guanlin. Lelaki itu benar – benar tampan. Kulit pucat dan tubuh yang sangat tinggi. Tubuhnya tergolong kurus tapi aslinya kekar dan sangat kuat. Ia juga maniak kebersihan walaupun belum separah Minhyun – hyung. Jihoon menyukai wangi khas Guanlin dan sering sekali memeluknya untuk sekedar menghirup baunya. Guanlin juga popular di kalangan vampire karena kecerdasan dan visualnya yang mengagumkan. Laki – laki maupun perempuan, semua terpesona oleh kharismanya.

Guanlin yang sadar bahwa Jihoon sedang mengamatinya dengan sengaja tersenyum menggoda sambil melepaskan kancing pakaiannya satu per satu. Tatapan mereka bertemu dan wajah Jihoon memerah, kemudian memalingkan wajah,

"Kenapa kau memalingkan wajahmu seperti itu? Bukankah dari tadi kau memperhatikanku?"

Jihoon cemberut dan berkata,

"Kau curang, kau sengaja menggodaku."

Guanlin dengan sengaja melepas kemejanya dan hanya menggunakan celana jeans, berdiri menghadap Jihoon dan berkata,

"Aku tidak menggodamu, semua yang ada di diriku ini adalah milikmu Jihoon - hyung, pandangi aku sesuka hatimu."

Guanlin merentangkan tangannya dan menunjukkan dada bidangnya membuat Jihoon bersemu merah lagi. Jihoon yang kesal sekaligus malu langsung bergulung di balik selimut sambil berguman tidak jelas tentang Guanlin yang menyebalkan. Guanlin tertawa geli dengan tingkah Jihoon dan berkata,

"Keluarlah dari balik selimut hyung."

"Tidak mau."

"Ayo keluarlah, jangan sampai aku menggunakan kekerasan."

Jihoon mendengus dari dalam selimut. Ia tidak mempercayai kata – kata Guanlin karena Guanlin tidak akan pernah menyakitinya.

"Aku tidak mau."

Guanlin tersenyum dan menarik selimut tebal itu. Jihoon terkesiap namun sebelum ia sempat memaki Guanlin, laki – laki itu itu mencium bibir Jihoon. Secara refleks Jihoon memeluk leher Guanlin dan meremas rambutnya sementara Guanlin memeluk pinggangnya mendekat. Mereka berciuman panas selama beberapa saat dan saat ciuman itu terhenti, Guanlin menatap mata sayu Jihoon dan berkata,

"Aku akan merindukanmu hyung."

Tapi Jihoon malah mendengus sebal sambil memutar bola matanya. Terkadang ia merasa Guanlin sedikit berlebihan. Oh ayolah, mereka tidak akan berpisah selama itu, dia tahu Guanlin dan yang lain pasti akan kembali malam ini.

"Jangan pergi kemanapun hyung, tetaplah berada di dalam kastil, aku akan segera kembali. Jisung hyung, Woojin, dan Minhyun – hyung akan menemanimu."

Jihoon mengangguk dan tersenyum pada Guanlin dan mereka berpelukan kembali.

---- TDW ----

Lai Gai Woo beserta rombongannya tiba di kaki pegunungan. Mereka menempuh perjalanan sekitar dua jam dengan berkuda dan tangan Jinyoung hampir beku karena udara dingin. Untunglah Jisung membekali Jinyoung dan Daehwi dengan minuman khas yang dapat menghangatkan badan mereka.

Jinyoung meneguk ludah dan menarik Daehwi mendekat padanya begitu ia merasakan ada banyak mata yang mengintip mereka dari balik dinding kastil. Daehwi merasa sedikit ketakutan dan meremas jari – jari Jinyoung lebih erat. Jinyoung meremasnya balik untuk menenangkannya. Beberapa vampire bahkan menunjuk Jinyoung dan Daehwi dengan rasa heran bercampur jijik. Sebagian lagi mendesis seakan tidak menyukai kehadiran mereka di sini. Karena untuk pertama kalinya ada hunter yang datang untuk menemui para dewan vampire dalam keadaan hidup. Namun sebagian lagi berbisik mengenai betapa mengagumkannya kharisma ayah dan anak Lai tersebut. Keduanya sama – sama tinggi menjulang dan juga tampan. Bisik – bisik tidak jelas terdengar di sana sini tapi Guanlin dan Lai Gai Woo berjalan maju tanpa rasa ragu dan takut sedikitpun. Suara sepatu bot kulit mereka bergema di sepanjang Lorong kastil itu. Jinyoung dan Daehwi berada di belakang mereka sementara Seongwoo dan Daniel mengapit mereka dengan wajah datar.

Mereka memasuki aula besar. Dan terlihat empat orang yang sedang duduk di kursi kebesaran. Ya, empat dewan vampire yang terhormat. Lai Gai Woo dan Guanlin memberi salam dengan membungkukkan badan yang diikuti Jinyoung, Daehwi, Daniel, dan Seongwoo.

Di sebelah rombongan Lai Gai Woo dan Guanlin terlihat Kim Gook Soo, pemimpin West Minerva beserta putranya, Joo Haknyeon. Di sebelah Haknyeon terlihat sahabatnya, Lee Euiwoong. Haknyeon tersenyum sinis dengan Guanlin dan Guanlin membalasnya dengan senyuman angkuh. Sedari awal hubungan keduanya memang tidak pernah baik.

Pertemuan dimulai dan meskipun diawali dengan argument yang cukup alot dari dewan vampire diselingi dengan adu argument antara pihak The East of Cassylum dengan West Minerva. Namun semua argument itu berhasil dipatahkan dengan kehadiran Jinyoung dan Daehwi sebagai satu – satunya yang selamat dari pembantaian. Itupun karena diselamatkan oleh Guanlin dan para bodyguardnya. Dan untuk pertama kalinya Jinyoung berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada Jihoon karena keputusan Jihoon dan Guanlin membawanya ke The East of Cassylum nyatanya membuatnya masih hidup sampai sekarang. Argumen pun berhasil dimenangkan oleh The East of Cassylum dan dengan demikian rumor itu tidak benar dan nama mereka dibersihkan kembali. Jinyoung dan Daehwi bernapas lega ketika Daniel dan Seongwoo merangkul bahu mereka sambil tersenyum lebar.

Untuk mengatasi ketegangan yang ada Ratu Boa mengumumkan bahwa minggu depan akan diadakan pesta bagi para vampire dan beliau mengundang The East Of Cassylum maupun West Minerva ke dalam pesta tersebut.

"Selamat atas kemenanganmu, Lai Guanlin."

Joo Haknyeon tiba – tiba menghampiri Guanlin, tersenyum manis dan mengucapkan selamat padanya. Namun Guanlin cukup cerdas untuk memahami apa maksudnya,

"Terima kasih Joo Haknyeon, sayang sekali bahwa rencanamu masih kurang matang, aku turut prihatin mendengar kegagalanmu lagi."

"Jangan khawatir, lain kali tidak akan ada kesempatan untukmu lagi Guanlin, nikmatilah waktumu selagi bisa."

Joo Haknyeon melambaikan tangan dan tertawa pergi. Guanlin mendengus jijik melihatnya. Ia tetap harus berhati – hati dan tidak membiarkan kewaspadaannya turun. Ia tahu bahwa Joo Haknyeon sangat licik dan ia pasti sedang menyiapkan rencana busuk lainnya. Sementara Lee Euiwoong terlihat mengamati Jinyoung dan Daehwi dengan senyuman rahasia di bibirnya.

---- TDW ----

Menjelang tengah malam mereka kembali ke kastil dan Guanlin menemukan Jihoon sedang belajar sendirian di aula utama. Lai Gai Woo, Jinyoung, Daehwi, maupung Seongwoo dan Daniel sudah kembali ke kamarnya masing – masing.

"Kenapa kau belajar sendirian di sini hyung?"

"Aku bosan di kamar saja lagipula aku ingin menunggumu pulang."

Mereka mengobrol sebentar sampai Guanlin menceritakan bahwa mereka diundang ke pesta para vampire minggu depan, tapi Lai Gai Woo melarang Jihoon, Jinyoung, dan Daehwi untuk datang.

"Kenapa aku tidak boleh datang?"

Jihoon cemberut dan Guanlin tersenyum meminta maaf,

"Kami hanya ingin melindungimu Jihoon hyung."

"Tapi aku ingin datang ke pesta, aku tidak pernah datang ke pesta besar seperti itu. Seperti apa pesta besar di dalam kastil itu? Aku dengar banyak makanan, ada dansa, dan sebagainya."

Guanlin menatap Jihoon kasihan. Sepanjang hidupnya Jihoon memang tidak pernah datang ke acara pesta resmi seperti itu, berbeda dengan ayahnya dan Guanlin yang seringkali datang karena diundang ke acara – acara seperti itu. Guanlin kemudian mendapat ide dan menarik Jihoon ke tengah ruangan. Aula utama sudah sepi dan hanya terdapat mereka berdua. Jihoon mengikuti Guanlin dengan bingung dan mereka berada di tengah hall kosong yang sudah sepi.

Ia menutup kedua mata Jihoon dengan kedua tangannya dan berbisik,

"Sekarang bayangkanlah, kau berada di sebuah pesta yang sangat meriah. Lampu – lampu gantung dari kristal bertaburan di atap kastil. Berbagai makanan dan minuman lezat terhidang di atas meja. Ada banyak sekali orang hyung, ada yang sedang menari di tengah aula, ada yang sibuk makan, dan ada yang sibuk bergosip mengenai banyak hal. Kemudian para pemain alat musik sedang memainkan musik."

Jihoon mengikuti apa yang dikatakan Guanlin dan senyumnya mengembang. Ia bisa membayangkan apa yang dikatakan Guanlin,

"Bayangkanlah, kelak jika waktunya tiba, aku akan mengadakan pesta paling meriah untukmu, kita akan mengenakan pakaian terbaik dan aku akan memperkenalkanmu dengan bangga kepada semua orang. Kita akan berdansa bersama di tengah aula, dan semua orang akan melihat kita dengan iri hyung."

Jihoon tersenyum lebar mendengarnya dan Guanlin ikut tersenyum melihatnya,

"Bayangkanlah, dengarkan suara alat musik, dan jangan buka matamu, tapi berdansalah denganku hyung."

Guanlin membalikkan tubuh Jihoon dan satu tangannya meraih pinggangnya. Guanlin mulai bersenandung pelan dan Jihoon tersenyum. Masih memejamkan matanya Jihoon mengikuti gerakan Guanlin dan berdansa bersamanya. Ia membayangkan semua yang dikatakan Guanlin, dan senyumnya mengembang semakin lebar. Mereka berdansa berdua, diiringi senandung pelan yang dinyanyikan Guanlin dan cahaya bulan yang menyinari mereka.

Guanlin menatap Jihoon dengan segenap cinta di hatinya. Ia tidak pernah memahami cinta sebelumnya, tapi kini ia sadar, cinta itu adalah saat kau tahu bahwa kau bisa melarikan diri tapi kau membiarkan dirimu ditangkap olehnya. Dan Guanlin membiarkan Jihoon menangkap dirinya, dan hatinya...

Dari balik dinding Jaehwan mengamati mereka dengan senyum lembut di bibirnya, sebelum menghilang kembali ke dalam kegelapan.



To Be Continued



~An author, a reader, and a friend, leenaeunreal, at your service~




nb : maafkan yah kalo tulisan asli penulis jelek banget XP

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro