03

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saya tidak begitu pro dalam menggambar dan jarang mewarnai. Jadi mohon pemakluman dari kalian.

Terima kasih dan selamat membaca~

……


……

Aku menopang dagu dengan sebelah tanganku sambil melihat ke depan kelas dengan malas. Beberapa hari kini terlewati. Mereka akhirnya tinggal di tempatku dengan alasan utama yaitu tidak adanya tempat tinggal untuk mereka di dunia ini. Mereka juga tak mau pergi dari dunia ini sebelum aku ikut dengan mereka.

Padahal nggak mungkin aku adalah reinkarnasi dari seorang ilmuan wanita. Mereka nggak ada bilang ilmuan sih tetapi saat aku membaca buku yang di berikan Glau lebih lanjut, si Sovi terdengar seperti ilmuan wanita.

"Senin depan ujian sudah di laksanakan. Belajarlah dengan giat ya, batasi game kalian." Mataku terbelak seketika.

AKU LUPA KALAU ADA UJIAN AKHIR SEMESTER!!!

Teman di depanku menyerahkanku selembar kertas. Karena dudukku paling belakang aku tak perlu menyalurkan kertas. Aku melihat jadwal di kertas itu.

Astaga segila apakah sekolah ini sampai membiarkan murid-muridnya menikmati tiga mata pelajaran dalam sehari. Ya memang sudah di rasakan dari kelas sepuluh sih tetapi tetap saja...

"Semuanya sudah mendapat jadwal pelajaran bukan? Nah, bapak akan akhiri pelajaran sampai di sini tapi keluarlah setelah bel berbunyi." Seketika ruang kelas ini menjadi ribut dengan bunyi buku, kursi dan percakapan.

Tentu saja aku juga menyimpan buku dan semua barang-barang yang aku bawa ke dalam tasku. Sambil menghabiskan waktu, aku membuka gameku yang tak perlu mengengkangku dalam waktu yang lama.

Bel pun berberbunyi membuat para siswa langsung berhamburan keluar. Tentu saja siapa yang tak sabar menunggu udara bebas dari pelajaran? Siapa yang menolak kenyaman kasur dan teman-temannya? Siapa yang tidak menolak agar dapat membuka hp tanpa kengkangan waktu? Tentu saja aku sangat menginginkan itu.

Saat sampai di lantai dasar lagi-lagi Yulia menabrakku dan memelukku. "Sudah lama tidak bertemu Vi," katanya dengan nada menangis.

"Cuman beberapa hari kok," kataku sambil melepaskan pelukannya.

"Tetapi menurutku itu sudah sangaaaat lama. Kau nggak merindukanku?" tanya Yulia dengan mata sedihnya yang dibuat-buat.

"Ya... aku juga-"

"Vivi merindukanku!!" serunya sambil kembali memelukku.

Aku hanya bisa tertawa pelan. Semangatnya memang tak pernah surut tetapi aku pikir ini yang paling menyenangkan. Tak lama aku dan Yulia berjalan menuju ke depan sekolah.

"Tumben rame-rame, ada apa itu?" tanya Yulia sambil berhenti berjalan dan melihat kerumunan itu, begitu pula aku yang juga ikut berhenti.

"Entahlah..."

"Hm? Kok aku lihat ada yang berambut biru ya?"

"Rambut biru?!" seruku kaget.

"Eh kenapa Vi?" tanya Yulia tetapi aku memancingkan mata melihat kebenaran di balik gundukan para siswi.

Tak lama wajah itu melihatku dan tersenyum. "Astaga..."

"Gantengnya!!"

"Ngapain dia ke sini?" ucapku pelan dengan kesal.

"Kau kenal dia Vi?"

"Oh iya, mereka tinggal di rumahku," kataku sambil menunjuk lelaki berambut biru itu, Glau sambil melihat Yulia.

Yulia menatapku dalam yang membuatku bingung. "Kemari kau!" serunya sambil menarikku.

"Jemputanmu?"

"Akan aku urus!" kata Yulia yang berjalan cepat.

Tak lama kami sampai di belakang sekolah yang sebenarnya tempat salah satu toilet di sekolah ini berada. Yulia terlihat menenangkan nafasnya yang menderu, mungkin lelah harus sambil menarikku.

"Kau nggak capek?" tanya Yulia kaget.

"Nggak begitu. Game baru yang dibelikan kakakku berguna hehe," kataku sambil tertawa kecil.

"Game mulu. Oh jadi kau mau menceritakan sebenarnya siapa 'mereka' itu dan kenapa dia bisa datang kemari?"

"Kalau di tanya kenapa mah aku juga nggak tau. Tapi..." Akhirnya aku menceritakan kedatangan mereka di hari pertama—karena hari setelah-setelahnya tidak terjadi apapun aku tak menceritakan kepadanya—. Alasan mereka datang dan siapa saja mereka.

"Keren! Kau reinkarnasi dari ilmuan!" seru Yulia kagum.

"Kau percaya?" tanyaku dengan ekspresi tak percaya.

"Tentu saja!"

"Dari mananya Yul? Aku nggak pinter, nilaiku pas-pasan, nggak pernah masuk rangking 10 sama sekali."

"Keluargamu kaya."

"Astaga...." aku menepuk dahiku sendiri.

"Kau tidak berbicara pada lainnya atau kata lainnya, tersingkirkan atau... menyingkirkan diri. Yah kalau sekarang sih nggak benar-benar tersingkirkan. Hanya kau yang tidak mau melakukan sesuatu!"

"Iya sih..."

"Lalu kau juga pinter!"

"Mana coba?!"

"Kau mungkin nggak menyadarinya, tetapi karena dulu kita pernah sekelompok dan aku sering curhat sama kamu jadi aku tau," kata Yulia yang diakhiri senyuman lebar.

Aku terdiam melihatnya, tak merasa ingin membalasnya sama sekali. Toh aku juga kehabisan kata-kata.

"Itu benar sekali."

"Glau!" seruku setelah berbalik dan menemukannya sedang tersenyum manis.

"Nona sebenarnya adalah seseorang yang pintar. Itu tak akan pernah berubah. Saya percaya itu," katanya lalu menunduk sedikit dan kembali menunjukan senyuman manisnya.

Itu otot mulut nggak capek ya tersenyum terus. Oh iya, mereka bukan manusia.

"Sudahlah. Ayo pulang!" kataku sambil membalik Glau dan mendorongnya ke pintu keluar. "Yulia, kau hati-hati di jalan," kataku sambil melirik Yulia di belakang.

"Tentu, kau juga. Tahan dirimu karena ada cogan ya."

"Hah?!"

Yulia hanya tertawa sebagai respon perkataanku. Sudahlah, aku abaikan saja dan mendorong Glau ke luar pintu.

.....

"Sebenarnya kenapa kau datang ke sekolah?" tanyaku yang berjalan menuju kos.

"Saya melihat di televisi bahwa banyak sekali pemerkosaan gadis. Jadi saya takut nona terluka," katanya yang menunjukkan wajah sendunya.

"Tenanglah, para lelaki cuma memilih wanita manis yang memperhatikan penampilan," jawabku asal.

"Tetapi nona sangatlah manis. Karena itu saya takut wajah manis anda tergores karena luka."

Aku menatap Glau yang masih dengan ekspresi sendunya. Ni orang kenapa sampe segitunya ya? Tetapi apa benar aku reinkarnasi Alsovi?

"Nona, apakah ada masalah?"

Aku kaget walau hanya sebentar melamunnya tapi ini orang peka. "Nggak kenapa!" seruku sambil berjalan lebih cepat karena bangunan kos ini telah terlihat.

..........

"Nona harus berhati-hati."

Aku yang hampir memasukan kembali sendok berisi makan malamku terdiam sambil melihat Rio yang menunjukkan wajah seriusnya.

"Apa? Pemerkosaan lagi?"

"Semacam itu..."

"Kalau begitu tenang saja, aku bisa jaga diri," kataku lalu melahap sendok yang melayang itu. Maksudku makanan di atas sendoknya.

"Bukan oleh manusia."

Makanan yang telah aku telan kini hampir keluar lagi. "Apa maksudmu?" tanyaku sambil mengambil gelas di dekatku.

"Nona, ini punyamu," kata Vin dengan nada datarnya sambil menyerahkan sekaligus mengambil gelas di tanganku.

"Oh makasih." Aku langsung meneguk air di dalam gelas itu

"Susah untuk menjelaskannya tetapi yang terpenting mereka bukanlah manusia," kata Rio tetap dengan wajah seriusnya.

"Mereka?"

"Mungkin gampangnya, mereka bukanlah berasal dari dunia nona," kata El menambahkan.

"Ya iyalah kalau dari duniaku yang nyulik mungkin anjing, kucing, tikus, burung... Eh kalau makhluk astral termasuk nggak ya?"

"Tenang saja nona, kita pasti akan melindungi anda," kata Ruber sambil tersenyum lebar.

Aku terdiam menatapnya lalu memancingkan mataku. "Jalan bilang kalian akan menjemputku seperti Glau tadi?"

"Bukan..." kata Ruber sambil tersenyum penuh misteri.

"Trus?"

"Bukan hanya itu, saat nona pergi dan pulang sekolah juga," tambahnya dengan senyum tanpa beban.

"TIDAAAAAAK!!!!" seruku sambil mencengkram rambutku sendiri.

"Tenang saja nona, kami akan bertugas per hari. Jadi anda akan di temani satu di antara kami setiap satu hari," kata Glau sambil tersenyum manis dan menuangkan air di gelasku sampai cukup penuh.

"Nggak, itu nggak ada bedanya," kataku sambil mengibaskan tanganku seperti yang ada di anime. "Lagi pula, senen besok aku bakal ujian. Jadi pulang lebih cepet."

"Tetap saja, setiap hari satu dari kami harus menemani nona di saat pergi dan pulang dari sekolah," kata Rio dengan tatapan memohon.

Saat aku melihat mereka yang lainnya, mereka juga menampilkan ekspresi yang sama. Kecuali Vin.

"Kau nggak seperti itu juga?" tanyaku sambil mencondongkan tubuhku ke arahnya.

"Nona mau aku melakukan itu?" tanya Vin sambil melirikku.

"Nggak sih..." kataku sambil kembali menegakkan tubuhku. Aku menghembuskan nafasku sambil melipat tanganku di depan dada. "Baiklah, kalian boleh melakukan hal itu. Tetapi!"

Pandanganku melihat sekeliling dan melihat mereka menatapku dengan pandangan bertanya. "Hilangkan wujud kalian bisa kan? Aku nggak mau bikin sekolah heboh gara-gara ngajak ikemen ke sekolah tiap hari."

Mereka saling bertatapan, seakan-akan saling bertelepati. Seingatku dulu mereka bilang mereka bisa melakukan beberapa yang semacam sihir.

Tak lama mereka mengangguk. "Kami setuju," kata Rio yang mewakilkan para lelaki itu. "Tetapi nona.."

"Ya?"

"Apa itu ikemen?"

"Uhuq.... aku sudah selesai! Aku akan langsung ke kamar!" seruku sambil berlari kecil ke dalam kamar.

.
.
.
.
.
.

Haha! Hari yang panjang!

Kalian tahu tidak? Saya hampir lupa update hehe..

Untung saja ingat. Kalo ada typo kasih tau ya~ saya dengan senang hati menggantinya.

Thanks for reading~

-(28/06/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro