2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bangunan untuk tempat tinggal terdiri dari keluarga inti yaitu Ayah yang lebih mementingkan hal-hal rasional daripada sentimental, Ibu yang sakit kanker dan harus diobati sayangnya tidak ada biaya, Adik yang malnutrisi serta perlu melalui serangkaian program diet. Beruntung di antara semua itu Kakak normal sendiri.

Aktivitas sehari-hari dimulai dari kemesraan tertawa, saling memberi kasih sayang, kata-kata gombal yang membikin hati kesengsem, tak lupa acara lempar-lemparan barang termasuk piring beling yang baru dibeli setengah lusin sebab sebelumnya pecah semua, lalu raja gunung berangkat ke kantor demi melunasi cicilan mobil, induk beruang istirahat lagi untuk menabung energi sore nanti bergelut, kucing ke sekolah, tikus ke SD.

"Lo itu paham apa enggak sih? Diajak ngomong enggak nyambung sama sekali, heh, sini dengerin yang bener, lo tuh harusnya pikirin anak-anak lo, ini malah minta ke Jakarta buat ketemuan temen SMP, enggak malu apa?"

"Saya minta maaf, yang mulia, tetapi saya sudah melakukan segala hal yang Anda minta, saya memohon kerendahan hati yang mulia untuk memberikan saya waktu istirahat dari urusan duniawi ini supaya kesehatan mental saya terjaga."

"Bangsat bajingan istri setan gue nyesel nikahin lo!"

Sangat kekanak-kanakan, padahal sudah mengenal selama belasan tahun, tetapi Ayah yang temperamental, Ibu yang ... tadi sakit apa, ya? Kanker. Adik yang kurang gizi akibat kemiskinan.

Kakaklah yang bisa menyelamatkan keluarganya.

Akan tetapi, mengapa manusia diciptakan dengan segala keterbatasan? Sebab, sekali diberi kelebihan tidak mau digunakan.

Itulah Kakak yang bersantai di ruang tamu menghadap ponsel yang menampilkan gambar bergerak seorang pria dengan salindia dan sejumlah remaja dengan pakaian formal, Kakak meninggalkan kuliah daringnya dan memilih bermain kucing.

Lagi pula, Kakak suka warna loreng pada rambut mamalia karnivor itu, abu-abu putih sehingga diberi nama Bubu. Kumis yang panjang dan ingin dielus, bibir merah ranum, sepasang manik mata tanpa dosa, telinga segitiga yang suka geli saat digosok. Kucing baru aneh yang ternyata jelmaan iblis. Kakak sayang Bubu.

Namun, suatu hari Bubu mati dilibas mobil di halaman, oto yang digunakan seseorang saat berangkat kerja, warnanya merah dan model lama, tetapi banyak yang suka, desain interior luas serta nyaman, bisa digunakan jalan-jalan sekeluarga ke tempat nenek yang meninggal tersedak biji kelengkeng, kendaraan itu dinaiki Ayah, otomobil itu dinyalakan raja gunung, alat transportasi itu melibas daging kucing yang tidur di rodanya.

Kesedihan meliputi Kakak semenjak kematian Bubu, tetapi tidak ada yang memercayainya sejak dia dituduh suka berbohong

"Aku tidak berbohong! Sumpah demi Tuhan aku menangis tiga jam saat kematiannya! Napasnya sesak, lidahnya terjulur, air liur menetes tanpa henti disusul cairan darah, matanya mendelik dan memelotot tak berkedip, tulang rusuknya remuk tampak penyok dari luar, kaki pincang, dan ekor bengkok, Bubu mati tak terselamatkan!"

"Drama lo."

"Beneran, aku berani sumpah!"

Untuk membuktikan kesungguhannya, Kakak akan menyelamatkan rumah idealnya: Rumah Kucing.

Rumah dihuni keluarga inti terdiri dari Ayah yang darah tinggi, Ibu yang sakit Alzheimer dan harus diobati, Adik yang malnutrisi serta tidak bisa diobati, di antara semua itu hanya Kakak yang normal.

Anak-anak iblis dari tetangga iblis, jiwa iblis, fisik iblis, kelakukan iblis, semuanya adalah setan, sehingga timbul keinginan potong-potong tubuh mereka menjadi banyak bagian, bungkus satu-satu lalu buang ke sungai geulis.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro