Chapter 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Seorang pemuda tinggi berjalan ke depan sebuah Gedung sekolah besar. SMA Produce 101 yang akan menjadi sekolah barunya. Pemuda itu menghela napas sambil memperbaiki kacamatanya yang melorot. Ia tidak tahu apa akan dibully lagi di sekolah barunya. Namanya Lai Guanlin, bocah tampan asli Taiwan yang baru berusia 17 tahun, dan ia baru saja pindah ke Korea karena orangtuanya mendapat pekerjaan di sini. Jujur ia merasa sangat sedih meninggalkan Taiwan dan teman – temannya di sana. Namun kakak sepupu yang sangat dekat dengannya, Wooseok terus meyakinkannya,

"Kau akan menemukan sahabat dan keluarga baru di sana Guanlin."

"Tapi aku akan merindukan hyung dan semua sahabatku di sini."

Guanlin cemberut tapi Wooseok menaruh tangannya di atas kepala dongsaeng raksasanya itu. Ia berkata sambil menahan geli,

"Aku melihat bahwa kau ditakdirkan untuk sesuatu yang besar di Korea."

"Apa maksudnya hyung?"

"Tidak tahu, aku hanya merasa seperti itu, sudahlah, berangkatlah ke Korea."

Karena terlalu banyak melamun akan percakapan terakhirnya bersama Wooseok - hyung di depan gerbang, ia tidak sadar bahwa bel sekolah sudah berbunyi. Guanlin langsung buru – buru berlari ke gerbang tapi terlambat, gerbang telah ditutup. Guanlin menggerutu dengan kesal, benar – benar konyol terlambat di hari pertamanya masuk sekolah. Untungnya ia tidak sendirian, masih ada beberapa anak yang terlambat. Saat sedang menggerutu Guanlin tidak sadar bahwa seseorang membuka kunci gerbang dan Guanlin segera berlari ke arah pintu. Seorang anak laki – laki yang lebih manis tersenyum pada mereka dan berkata,

"Cepat masuk, jangan sampai terlambat, dan jangan bilang – bilang bahwa aku yang membukakan pintu."

Guanlin terdorong oleh beberapa anak yang berebut untuk masuk dan kacamatanya terlempar. Guanlin sibuk mencari kacamatanya ketika sebuah tangan memungut kacamatanya, dan memakaikan kacamata itu pada Guanlin,

"Jangan sampai jatuh lagi ya."

Anak laki – laki yang membukakan pintu gerbang itu tersenyum, mengedipkan mata dan menghilang dalam sekejap, Guanlin bahkan belum sempat berterima kasih padanya.


~ The Good Senior ~


"Hei anak baru, ayo makan Bersama kami!"

Pada jam istirahat seorang teman sekelas Guanlin yang berwajah kecil langsung menyeretnya ke kantin. Anak itu berceloteh dengan riang sementara Guanlin hanya mendengarkan. Ia membawa Guanlin pada sebuah meja besar dan anak – anak yang berada di meja itu menatapnya dengan penasaran.

"Woah dia tinggi sekali."

"Untuk menyambut kedatanganmu di sekolah kami, aku akan memainkan gitar untukmu."

"Bagaimana babi di luar negeri? Apakah sama dengan babi di Korea?"

"Katanya kau dari luar negeri? Apa kau bisa berbahasa Chinese?"

"Dasar bodoh! Dia berasal dari Taiwan! Tentu saja dia bisa bahasa Chinese!"

"Syukurlah kita punya orang asing lainnya di grup ini!"

"Hei aku ini 100% Korea! Aku bahkan tidak bisa berbahasa Inggris!"

Anak yang berwajah kecil itu memutar bola matanya dan berkata,

"Jangan dengarkan mereka, namaku Lee Daehwi dan aku adalah diva kelas 1-2, di sebelah kiriku Yoo Seonho, Bae Jinyoung, Lee Euiwoong dan Kim Samuel yang sekelas dengan kita. Kemudian Jeon Somi, Kim Sejeong, Jung Chaeyeon, Han Hyunmin, Joo Haknyeon, dan Jung Sewoon dari kelas 1-3."

Anak – anak perempuan hanya terdiam dan tertawa geli melihat ulah teman – teman mereka. Guanlin memperkenalkan diri dengan kaku namun teman – teman barunya dengan cepat mencairkan suasana dan dengan cepat Guanlin berbaur dengan mereka. Guanlin masih sibuk tertawa dengan teman – teman barunya, namun semua tawa itu berubah ketika sekelompok anak laki – laki memasuki kantin. Guanlin mengerutkan dahi dengan heran, apalagi ketika melihat teman – teman barunya berubah menjadi diam dan suasana kantin yang tadinya penuh tawa jadi hening.

Semua anak menundukkan kepalanya dan berusaha fokus dengan makanan mereka masing – masing. Kecuali Guanlin yang terang – terangan melihat mereka. Seonho yang menyadari itu langsung menundukkan kepala Guanlin tapi terlambat, sekelompok anak laki – laki itu telah melihatnya.

Salah satu dari mereka berjalan ke meja Guanlin dan Guanlin menyadari bahwa teman – temannya berubah ketakutan, Somi dan Chaeyeon bahkan gemetar.

"Heh kau anak baru ya? Berani mendongakkan kepalamu di hadapanku hah."

Guanlin mulai merasa ketakutan dan menundukkan kepalanya,

"Dia anak baru sunbaenim, baru saja mulai bersekolah di sini."

Daehwi berbicara meskipun dengan suara kecil, anak laki – laki itu tersenyum sadis menatap Guanlin dan berkata,

"Kau beruntung karena ini hari pertamamu, tapi ingat baik – baik bocah, lebih baik tidak pernah melawanku jika kau ingin melewatkan hari – harimu dengan damai di sekolah ini."

Laki – laki itu kemudian melirik pada Somi dan berkata,

"Hai Somi, apa kabarmu?"

Dan Guanlin sadar bahwa Somi berubah menjadi pucat pasi,

Anak laki – laki itu tersenyum kejam sebelum meninggalkan meja sementara Somi memeluk lengan Sejeong dengan erat. Daehwi meraih lengan Guanlin, jemarinya terasa sangat dingin dan sambil tersenyum kaku Samuel berkata,

"Ada sesuatu yang harus kau ketahui tentang sekolah ini Guanlin."


~ The Good Senior ~


Guanlin berada di kelas, duduk di mejanya dengan tenang sambal mendengarkan penjelasan gurunya. Tapi jiwa dan pikirannya tidak berada di kelas. Beberapa bulan berlalu dan ia masih ingat Daehwi menceritakan padanya bahwa sekelompok anak yang memasuki kantin tadi adalah geng senior yang paling berkuasa di sekolah ini. Terdiri dari anak – anak super kaya, putra para donatur sekolah yang lebih banyak bertingkah seenaknya. Orangtua mereka adalah pebisnis dan pengusaha sukses. Ketua mereka adalah Kim Byung Ho, kemudian sahabatnya dari kecil, Kang Daniel, dan sisa komplotannya, Heo Kyung Jae, Jung Tae Guk, Hyun Sang Woo, Nam Woo Han, dan Son Yue Jun. Mereka semua anak kelas 3 sekaligus penguasa sekolah. Suka menindas dan berlaku kejam pada siswa yang lebih lemah atau bahkan rendah dari mereka. Beberapa siswa bahkan terluka parah sampai harus mendapat perawatan atas luka – luka mereka. Tahun lalu bahkan beberapa siswa sampai pindah sekolah karena tidak kuat dengan siksaan dari mereka. Bagaimana dengan pihak sekolah? Para donatur berhasil membungkam mulut mereka dengan sejumlah uang bernilai fantastis. Oh, jangan lupakan satu unit apartemen mahal dan satu mobil mahal untuk setiap pihak sekolah. Tidak ada yang murid – murid bisa lakukan selain sebisa mungkin menghindari para senior ini.

Apanya yang ditakdirkan menjadi sesuatu yang besar, Guanlin menggerutu dalam hati.

Dari jendela Guanlin melihat kelompok itu menghajar seorang siswa lagi. Guanlin memejamkan matanya, seketika menyesal datang ke sekolah ini. Teman – temannya juga salah satu korban bully dari kelompok tersebut. Daehwi dan Jinyoung pernah dikunci di kamar mandi selama berjam – jam. Seonho dan Euiwoong pernah disiram kuah mie di kantin hanya karena tidak sengaja melewati meja mereka. Hyunmin dibully karena kulit hitamnya. Dan Haknyeon dibully karena kecintaannya pada babi. Yang paling parah adalah Somi, Somi bahkan pernah dilecehkan yang membuatnya trauma sampai sekarang. Begitu takutnya Somi sampai – sampai ia tak pernah sendirian di sekolah. Harus selalu ada teman yang menemaninya. Kelompok itu akhirnya meninggalkan siswa itu yang terbaring kesakitan. Guanlin menggigit kukunya, mau tak mau ia mengkhawatirkan siswa itu. Menjadi saksi mata itu terkadang menyebalkan, kau melihat tapi tak bisa melakukan apa – apa karena pelajaran sedang berlangsung. Namun matanya membulat ketika melihat seorang lelaki manis yang muncul entah darimana dan segera menolong siswa itu. Ia bisa melihat lelaki manis itu menyeka darah atau apapun dari wajah siswa itu dan memapahnya perlahan ke ruangan kesehatan. Guanlin baru benar – benar merasa lega ketika lelaki manis dan siswa itu masuk ke dalam ruangan kesehatan dan menutup pintunya. Namun Guanlin tidak bisa melepaskan pandangan dari ruangan kesehatan. Dan ia menyadari bahwa lelaki manis itu adalah siswa yang sama dengan yang menolonnya di pintu gerbang sekolah pada hari pertama sekolah. Ia jadi penasaran siapa namanya,

"Namanya Park Jihoon, senior dari kelas 2-2, sunbaenim yang sangat unik dan baik karena selalu menolong adik kelas atau temannya yang tertindas. Aku juga pernah ditolongnya dulu."

Jinyoung berbisik di belakang kursi Guanlin. Guanlin melirik ke belakang dan melihat Bae Jinyoung juga tersenyum ke arah ruang kesehatan. Tampaknya bukan hanya dia yang menjadi saksi mata peristiwa tadi.

"Aku juga ditolongnya pada saat pertama masuk sekolah ini."

"Aku tidak heran, dia memang seperti itu, selalu menolong siapapun. Terkadang dia juga dihajar oleh kelompok itu karena membela adik kelasnya, tapi ia tidak pernah berhenti menolong kami."

Sebelum Guanlin menjawab tiba – tiba sang guru sudah berada di sebelah meja mereka,

"Sudah selesai mengobrolnya?"

Sang guru tersenyum dengan senyuman yang tidak bisa dikatakan manis atau tulus,

"KALIAN BERDUA BERDIRI DI LUAR KELAS SAMPAI JAM PELAJARANKU BERAKHIR!!"


~ The Good Senior ~


Sementara itu di tempat lain,

"Mati kau Park Jihoon!"

Suara teriakan Kim Byung Ho bergema dan ia berhasil menarik kerah baju Jihoon kemudian membantingnya ke tanah. Ia mulai memerintahkan teman – temannya untuk memukuli Jihoon kecuali Daniel yang menghilang entah kemana. Kemudian ia memerintahkan teman – temannya untuk berhenti dan memandangi Jihoon yang terengah – engah menahan sakit. Ia menginjak perut Jihoon dengan kaki kanannya dan berkata,

"Sudah kukatakan berapa kali untuk tidak mencampuri urusanku Park Jihoon? Kau pikir aku tidak tahu kau bertindak menjadi pahlawan bagi bocah – bocah bodoh itu?Kau pikir dirimu hebat hah?!"

"Kenapa.. kenapa kau selalu menyiksa mereka.. padahal mereka tidak salah apapun padamu.."

Byung Ho menendang Jihoon lagi sambil berkata,

"Masih perlu bertanya? Mereka memang layak mendapatkannya! Sama seperti dirimu!"

Mereka mulai memukuli Jihoon lagi sampai terdengar teriakan,

"HENTIKAN KIM BYUNG HO!"

Suara berat menggema dan terlihat Park Woojin melihat mereka dengan penuh amarah. Kekasihnya, Ahn Hyungseob sudah bergegas memeluk dan menarik Jihoon dan hampir menangis melihat keadaannya.

"Jangan ikut campur urusanku Park Woojin!"

"Sudah kubilang kan, sekali lagi kau mengganggu temanku akan kupastikan kau dan teman – teman brengsekmu menerima surat peringatan dari sekolah."

"Kalau begitu sebaiknya katakan pada temanmu untuk jangan mencampuri urusanku! Dan ini peringatan terakhir Park Woojin! Jika temanmu masih menggangguku, aku akan bertindak lebih kejam dari ini!"

Kim Byung Ho berteriak keras penuh amarah sebelum pergi meninggalkan Jihoon bersama teman – temannya, sementara Woojin dan Hyungseob buru – buru menyeret Jihoon menuju uks.

Park Woojin dan Ahn Hyungseob adalah teman sekelas sekaligus sahabat Jihoon. Park Woojin adalah putra salah satu donatur dan membuat Kim Byung Ho tidak bisa mengganggunya. Sekali waktu saat Kim Byung Ho dan komplotannya memukuli Jihoon sampai pingsan dan dirawat di rumah sakit. Woojin juga yang membayar biaya rumah sakit Jihoon karena Jihoon hanya berasal dari keluarga sederhana. Woojin berhasil mengadukan mereka beserta buktinya dan membuat Byung Ho dan teman – temannya diskors sampai beberapa hari. Selain itu alasan lain kenapa Byung Ho tidak berani melawan Woojin adalah karena Woojin adalah juara taekwondo antar sma tingkat nasional. Meskipun anak orang kaya, Woojin seharusnya mendapat beasiswa penuh atas prestasinya, tapi ia menolak beasiswa itu dan memilih memberikannya pada siswa yang kurang mampu. Ahn Hyungseob adalah kekasih Woojin yang awalnya cemburu pada Jihoon, tapi kemudian menjadi sahabat Jihoon bersama Woojin. Hyungseob juga anak orang kaya tapi orangtuanya selalu keluar negeri mengurusi bisnisnya. Sehari – hari ia hanya ditemani pengasuhnya sejak kecil dan para pelayan. Karena sering kesepian tak jarang ia mengajak Woojin dan Jihoon menginap di tempatnya.

"Dasar Park Jihoon bodohhh, lihat luka – lukamuu!"

"Ta, tapi aku baik – baik saja Seobbie.."

Hyungseob setengah histeris di dalam uks sementara Woojin dan Jihoon berusaha menenangkannya. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengintip mereka dari tadi.

"Aku tahu kau yang memanggil Woojin untuk menolong Jihoon."

Daniel menoleh dengan kaget dan melihat Ong Seungwoo berdiri di belakangnya. Daniel lumayan kaget karena tidak menyadari kehadirannya. Daniel tampak tidak berani menatap mata Seungwoo dan memilih pergi, namun Seungwoo menarik tangannya,

"Kenapa Daniel..?"

Tanyanya dengan suara parau. Mata Seungwoo berkaca – kaca,

"Kemana teman masa kecilku yang baik hati dan selalu melindungi anak – anak yang lebih lemah darinya? Dulu kau tidak seperti ini Daniel.."

Daniel menarik tangannya dan berkata dengan pahit,

"Mungkin Daniel yang kau kenal sudah mati."

Daniel berjalan pergi, namun Seungwoo berteriak,

"Kalau memang Daniel yang kukenal sudah mati dia tidak akan memanggil Woojin untuk menolong Jihoon!"

Langkah Daniel terhenti sesaat namun ia tidak menjawab sepatah katapun. Lalu ia melanjutkan langkahnya dan pergi meninggalkan lorong. Sementara Seungwoo masih berdiri di tempatnya, memandangi punggung Daniel yang semakin menjauh sebelum sepenuhnya menghilang dari pandangan matanya. Satu air matanya menetes sampai suara lembut Hyungseob memanggilnya,

"Seungwoo hyung?"

Seungwoo menoleh dan menemukan Hyungseob berdiri di belakang pintu uks. Seungwoo berusaha pergi tapi Hyungseob menarik tangannya dan berkata,

"Tunggu sebentar Hyung, kita harus berbicara."


~ The Good Senior ~


Guanlin baru sadar bahwa Park Jihoon itu indah. Tidak seindah matahari tapi selalu mampu menghangatkan hatinya. Tidak pandai berkelahi tapi ia selalu yang pertama maju ketika para juniornya dibully. Tidak terlalu pandai dalam matematika tapi selalu membantu para juniornya mengerjakan tugas sekolah. Tidak terlalu tinggi dan cerdas tapi selalu menemukan cara untuk membuka pintu gerbang yang dikunci dan menyelamatkan juniornya yang terlambat dari hukuman, termasuk Guanlin. Tidak punya banyak uang tapi terkadang membelikan makanan bagi para juniornya. Tidak kuat dengan cuaca dingin tapi ia rela berkeliling kota untuk memberi makan kucing – kucing liar, apalagi di musim dingin. Ia bekerja sampingan di penampungan hewan liar, dan terkadang mengubur hewan – hewan yang jatuh sakit dan tidak terselamatkan. Semua kehangatan hati Park Jihoon yang membuat Guanlin jatuh cinta padanya dan adik – adik kelasnya yang juga sangat menyayanginya.

Sedangkan Jihoon mengenal Guanlin hanya sebatas junior raksasa kelebihan kalsium yang selalu mengikutinya kemanapun. Guanlin mengingatkannya pada anjing shiba inu yang pemalu dan pendiam. Suatu kali Guanlin sedang menemani Jihoon ke perpustakaan dan bertanya,

"Apa rencana hyung setelah lulus sekolah nanti?"

"Aku tidak tahu, tampaknya aku akan bekerja saja."

"Memangnya hyung tidak ingin menlanjutkan kuliah?"

Jihoon tersenyum kaku dan berkata,

"Aku.. tentu saja ingin, tapi keluargaku tidak punya cukup uang untuk membayar kuliahku nanti, lagipula ibuku mulai sakit – sakitan, aku tidak mau membebaninya lebih dari ini."

Guanlin terdiam dan Jihoon juga terdiam,

"Seandainya.. seandainya kau bisa kuliah, jurusan apa yang hyung inginkan?"

"Kalau aku bisa kuliah, aku ingin mengambil jurusan hubungan internasional. Aku ingin bekerja di PBB atau mungkin NASA. Ah tapi WHO atau UNICEF juga menarik, terutama WWF, dan apa kau tahu bahwa.."

Dan Guanlin hanya tersenyum, menyaksikan bagaimana Jihoon bercerita dengan penuh antusias. Matanya berbinar – binar ketika menceritakan mimpinya dan Guanlin sangat menyukai itu. Tanpa sadar Guanlin jadi memperhatikan kakak kelasnya yang manis tersebut. Ia mempunyai kebiasaan baru yaitu mengawasi Park Jihoon dan menguntitnya dari tempat kerjanya sampai ke rumah. Setelah Jihoon menangkap basah dirinya mengikuti Jihoon akhirnya ia mengganti kebiasaannya menjadi menemani dan mengantar Jihoon pulang bekerja. Namun hari ini ia terlambat, karena mengerjakan tugas sekolah ia baru bisa menemui Jihoon setelah Jihoon selesai kerja. Tapi apa yang dilihatnya, Jihoon terlihat babak belur dan pincang,

"HYUNG! APA YANG TERJADI PADAMU!"

Guanlin panik sementara Jihoon tersenyum lebar di tengah lebamnya. Ia mengeluarkan sesuatu dari jaketnya dan berkata,

"Aku berhasil menyelamatkan anak anjing ini dari para preman mabuk yang berniat membunuhnya."

Tanpa banyak berkata, Guanlin menarik tangan Jihoon ke apartemennya. Ibu Guanlin membuka pintu dan tampak kaget ketika melihat Guanlin memegang pergelangan tangan Jihoon dengan erat. Sadar arah tatapan mata ibu Guanlin, Jihoon berusaha melepaskan cengkeraman erat Guanlin sambil menendang kakinya beberapa kali tapi makhluk tinggi itu tidak melepaskannya sama sekali. Ibu Guanlin hanya menahan tawa dan mempersilakan mereka masuk. Guanlin langsung mengajak Jihoon ke kamarnya dan membawa kotak P3K.

"Kenapa kamu masih berusaha menolong anjing ini atau orang lain? Padahal mereka belum tentu membalas kebaikanmu dan kamu bisa terluka lebih parah daripada ini! Tidak bisakah sekali saja kau tidak membahayakan nyawamu sendiri!"

Guanlin merawat luka Jihoon dengan air mata menggenang. Ia ingin marah, ingin mengamuk, ingin menangis, ingin mengutuk kebodohan Jihoon, ingin melakukan sesuatu untuk Jihoon, ingin melindungi Jihoon, tapi tidak tahu bagaimana menyampaikan semua itu.

Jihoon menatap lembut mata Guanlin, tersenyum dan menyentuh pipinya dengan lembut,

"Aku baik – baik saja Guanlin, jangan bersedih."

Guanlin menyentuh tangan Jihoon dan air matanya jatuh. Hati Jihoon terasa menghangat. Ia juga manusia biasa yang menahan segala lukanya di dalam, dan melihat bagaimana Guanlin memahaminya, itu sudah lebih dari kata cukup bagi Jihoon. Sesuatu dalam hatinya menghangat.

"Jika kau bertanya kenapa aku melakukan semua ini, aku juga hanya membalas kebaikan seseorang. Dulu ketika aku di – bully oleh para kakak kelasku, seorang kakak kelas menolongku. Aku sangat mengaguminya sejak saat itu, dan aku ingin menjadi seperti dirinya. Lagipula ibuku selalu mengajarkanku, bahwa tidak ada salahnya melakukan satu kebaikan kecil setiap hari."

Guanlin mendengus dan berkata,

"Yang hyung lakukan itu bukan hanya kebaikan kecil, dasar bodoh. Hyung sudah menyelamatkan banyak teman – temanku, aku, dan juga nyawa anjing ini."

Ia menyentil dahi Jihoon dan Jihoon tertawa. Guanlin tersenyum, anjing itu menggonggong riang sambil menjilati wajah Jihoon, setidaknya Jihoon cukup baik – baik saja. Jihoon berniat memelihara anak anjing itu dan menamainya Max. Setelah mengobati luka – lukanya, Guanlin pun mengantar Jihoon pulang ke rumahnya dan setelah memastikan Jihoon masuk ke rumah, ia bertekad untuk melakukan sesuatu dan melindungi hyung kesayangannya kali ini.


~ The Good Senior ~


Beberapa hari setelahnya Guanlin menemui Woojin dan Hyungseob, yang mengingat Guanlin sebagai anak ayam raksasa yang mengikuti Jihoon kemanapun.

"Jadi ada perlu apa kau ingin bertemu kami?"

"Aku ingin berbicara dengan Hyungdeul tentang bagaimana menghentikan semua pembullyan ini. Aku ingin menemukan cara bagaimana Kim Byung Ho bisa berhenti menyiksa para junior maupun Jihoon hyung."

Woojin dan Hyungseob menghela napas panjang dan berkata,

"Seandainya kami bisa menghentikan itu, tapi kami tidak tahu caranya. Aku dan Hyungseob sudah berusaha sebisa kami melindungi Jihoon tapi tidak semudah itu, Byung Ho dan teman – temannya juga sangat membenci Jihoon karena selalu membela dan melindungi kalian para juniornya. Secara pribadi mereka sudah mengincar Jihoon sejak lama karena Jihoon adalah orang yang paling berani menentang mereka."

"Tapi Woojin, ada sesuatu yang harus kau tahu mengenai Kang Daniel sunbaenim."

Hyungseob berkata pelan dan perhatian Woojin serta Guanlin teralihkan padanya. Hyungseob menceritakan bahwa kemarin ia berhasil mengajak bicara Seungwoo hyung. Senior kelas 3 yang pendiam dan ternyata teman masa kecil Kang Daniel. Ia mengatakan bahwa dulu Daniel tidak seperti itu namun entah kenapa berubah drastis semenjak bergaul dengan Kim Byung Ho. Ia yakin bahwa Daniel masih mempunyai hati, namun ia butuh bantuan bahwa ada sesuatu yang aneh antara Daniel dengan Kim Byung Ho. Seungwoo meminta bantuan untuk mengembalikan Daniel-nya. Woojin mengangguk dan berkata,

"Memang kalau aku boleh jujur, Kang Daniel tidak sebrutal Kim Byung Ho dan teman – temannya. Ia sering menghilang entah kemana saat Kim Byung Ho dan teman – temannya membully siswa lain. Bahkan ia yang memberitahuku saat Jihoon dihajar oleh Kim Byung Ho dan teman – temannya."

Mereka bertiga terdiam dan Hyungseob berkata,

"Aku rasa Kang Daniel sunbaenim mengetahui sesuatu tentang Kim Byung Ho dan bahwa ia kunci dari semua ini."

Woojin menyeringai dan berkata,

"Tampaknya aku kenal seseorang yang bisa menjawab pertanyaan ini."

Setelah itu Woojin dan Hyungseob menjadi dekat dengan Guanlin dan junior dari kelas 1, demikian pula dengan Ong Seungwoo. Mereka terus mencari informasi mengenai Kim Byung Ho, dan saling bertukar informasi apapun. Hyungseob bahkan mulai mengajak Woojin, Seungwoo, Jihoon, Guanlin, dan teman – temannya menginap di rumahnya dan tak jarang pesta piyama bersama. Namun kedekatan mereka juga menimbulkan kecurigaan pada Kim Byung Ho.

"Ada yang aneh dengan anak – anak itu Byung Ho."

Kim Byung Ho menoleh pada Nam Woo Han. Ia sedang berkumpul bersama teman – temannya di belakang sekolah, termasuk Daniel. Mereka semua sedang merokok.

"Aneh apa maksudmu?"

"Park Woojin itu biasanya tak pernah bergaul dengan anak – anak kelas 1, tapi entah kenapa belakangan ini dia bersama Ahn Hyungseob, Park Jihoon, dan bahkan Ong Seungwoo sering terlihat bersama anak – anak kelas 1 itu. Aku curiga bahwa mereka merencanakan sesuatu, mereka tak pernah sedekat itu sebelumnya."

"Benar Byung Ho, aku juga mendapat informasi bahwa anak – anak kelas 1 bahkan mulai sering menginap ke rumah Hyungseob, mereka juga sering hang-out bersama."

Jung Tae Guk juga ikut menambahkan informasi dan wajah Kim Byung Ho mengerut kesal, ia punya perasaan tidak enak dan tidak menyukai informasi ini.

"Menurutmu apa yang mereka rencanakan?"

Tapi tidak ada satupun teman – temannya yang bisa menjawabnya. Ia membuang rokoknya dengan kesal, namun tersenyum sadis dan berkata,

"Tampaknya aku tahu seseorang yang bisa kutanyai mengenai hal ini."




                                                                   TO BE CONTINUED




~ An author, a reader, and a friend, leenaeunreal, at your service ~



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro