Lift dan Lab

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Frey tidak bisa menggerakkan tubuhnya walau sang mayat hidup itu tinggal lima langkah dari tempatnya berada. Hingga salah satu teman sekelas Frey mendadak berlari keluar dari kelas dan menabrak gadis yang hendak melahapnya tadi. Kini mangsa zombi itu berganti menjadi pemuda yang tengah mengerang kesakitan akibat terjatuh.

Tak butuh waktu lama untuk menyantapnya. Segera setelah terjatuh, teriakan kesakitan dan histeris dari pemuda tadi membuat jantung Frey berdetak dua kali lebih cepat. Bu Eltra yang melihat pemandangan itu dari jendela langsung melotot. Kilasan ingatan kemarin saat di ruang kepala sekolah lantas memenuhi kepalanya. Dia teringat bagaimana berantakannya ruangan itu. Darah berceceran di mana-mana, serta Bu Rani dan Joshua yang hampir meregang nyawa karena diserang makhluk-makhluk tersebut.

"Sesuai instruksi petugas PKS. Semuanya, cepat keluar!"

Perintah Bu Eltra membuat seluruh siswa berhambur keluar kelas. Lisa langsung menarik Frey yang masih terduduk di koridor, lalu membawanya lari bersama Ade dan Aca. Teriakan siswa lain dari arah sebaliknya terdengar. Frey menoleh sekilas. Matanya membulat sempurna kala melihat gerombolan zombi mulai menyerbu gedung kelas Silver.

"Naik lift! Kita harus turun supaya bisa ke asrama," desis Ade sambil memacu langkahnya.

Belum saja sampai di lift, siswa dari kelas-kelas lain mendahului mereka dan berjejalan di sana. Frey kembali menoleh ke belakang. Suasana koridor begitu kacau. Penyebab meningkatnya jumlah zombi karena beberapa siswa level Ruby berusaha menyelamatkan diri dengan masuk ke gedung Silver.

Aksi dorong-dorongan di depan lift tak dapat dihindari. Melihat pintu lift hendak menutup, Aca langsung menyibak gerombolan dengan sekuat tenaga dan berteriak ke arah Ade, "Pegangan tangan!"

Ade langsung melakukan apa yang diperintahkan Aca. Lisa pun turut menggenggam tangan Ade dan Frey yang ada di belakangnya.

Aca menghalangi pintu lift yang akan tertutup dengan kakinya. Saat pintu tersebut kembali terbuka, mereka melihat Bu Eltra yang berdiri di antara siswa level Ruby. Tidak ada satu pun siswa level Silver di dalam sana. Aca yang hampir berhasil masuk langsung didorong oleh Bu Eltra hingga tersungkur. Ade yang melihat hal tersebut langsung terkejut.

Tak peduli akan kemarahan mereka, Bu Eltra langsung menekan tombol lift dengan cepat, dan akhirnya pintu pun tertutup. Rahang Frey mengeras, tangannya mengepal karena emosi yang terpendam. Kini dia paham. Bahkan dalam situasi genting seperti ini, atau menyangkut nyawa sekalipun, sekolah ini tetap memperlakukan siswa berdasarkan level. Hal itu dibuktikan dengan sikap Bu Eltra yang memprioritaskan siswa dengan level lebih tinggi.

"Manusia biadab!" sergah Lisa yang sudah tersulut emosi.

Frey menatap sekitar. Mereka harus bergegas. Turun lewat tangga juga sangat tidak memungkinkan, karena jalan menuju tangga ada di arah sebaliknya-tempat di mana para zombi sedang asik prasmanan.

Gadis berkacamata itu menggoyangkan pintu teralis di sebelah kirinya yang tergembok. Di balik teralis tersebut ada tangga menuju lantai tiga. Lisa bergerak cepat mengambil tabung APAR yang ada di dinding dan menghantamnya pada gembok. Tiga kali memukul, barulah gembok terbuka.

"Cepat!" pekik Aca kala zombi-zombi mulai berdatangan.

Lisa menjadi orang terakhir yang menaiki tangga. Gadis itu berteriak saat salah satu zombi bergerak cepat ke arahnya. Spontan ia menghantam kepala mayat hidup itu dengan tabung APAR yang ia pegang, lalu berlari menyusul teman-temannya.

Gerombolan zombi lain turut menaiki tangga untuk mengejar mereka. Frey, Aca, Lisa, dan Ade berlarian di koridor lantai tiga dengan napas tersengal-sengal.

"Ke mana?"

Pertanyaan Frey langsung dijawab Ade, "Yang paling dekat!"

Frey melihat papan nama bertuliskan ruang bimbingan konseling yang tergantung di atas pintu. Ia menaikkan kecepatan larinya dan memutar kenop pintu. Tak kunjung terbuka, Frey menggedornya beberapa kali, tetapi hasilnya nihil "Terkunci!"

Suara gerungan yang mengerikan terdengar. Mata mereka membulat melihat banyaknya zombi yang berdatangan.

"Ke ruangan lain! Cepat!" teriak Lisa.

Frey, Aca, Lisa, dan Ade kembali berlari. Kali ini ruangan terdekat adalah ruang musik. Ade memutar kenop pintu, tak lama setelahnya dia menendang pintu di hadapannya sambil berteriak, "Terkunci juga!"

"Ke lab!" kata Frey sambil memacu langkahnya. Dalam hati ia merapal doa, berharap lab tidak terkunci. Karena ruangan itu menjadi harapan satu-satunya bagi mereka. Lantai tiga hanya terdiri dari tiga ruangan, yaitu laboratorium, ruang musik, dan ruang bimbingan konseling.

Frey berbelok dan mendorong pintu kaca di hadapannya. Matanya berbinar saat pintu lab tidak terkunci. "Cepat masuk!"

Saat berlari, Aca terjatuh karena terpeleset. Lututnya membentur lantai dengan keras, membuat gadis itu memekik kesakitan. Ade yang berjarak lima belas langkah langsung berbalik dan berlari ke arahnya.

"Ayo, Ca!" Ade mengalungkan tangan Aca di leher dan membantunya berdiri.

Ade berusaha melangkah lebih cepat, setengah berlari. Akan tetapi, tetap saja langkah mereka melambat. Lisa yang hampir sampai di pintu laboratorium memutuskan untuk kembali dan membantu Ade memapah Aca.

Melihat pergerakan zombi yang lebih cepat, Frey tak akan bisa diam. Dia kalang kabut mencari sesuatu yang bisa dijadikan alat perlindungan diri. Hingga akhirnya matanya tertuju pada cawan porselin yang tersusun rapi. Diambilnya benda itu dan dipecahkan di pinggir meja keramik.

Frey meraih salah satu pecahan terbesar yang cukup tajam. Ia berlari keluar, menyusul sahabatnya yang hampir sampai. Tampak satu zombi sudah sangat dekat dan hendak menarik seragam Lisa. Frey yang melihat itu langsung berlari dan menendang pemuda yang perutnya terkoyak tersebut, walau akhirnya mereka sama-sama terjatuh.

"Frey!!" teriak Ade.

Frey sedikit mengerang dan buru-buru bangkit. "Gue nggak papa. Cepat masuk ke lab!"

Saat zombi itu berlari untuk menyerangnya, Frey tak ragu-ragu menusuk kepala si mayat hidup berulang kali, dan diakhiri dengan menyayat lehernya.

"Frey! Cepat masuk!"

Teriakan Lisa membuat Frey menoleh. Melihat Aca, Ade, dan Lisa yang berhasil masuk ke ruang lab, Frey buru-buru berlari untuk menyusul.

Tepat saat Frey masuk, mereka langsung menutup pintu dan menguncinya. Seketika para zombi menabrak pintu dengan keras, dan mencakar-cakarnya. Noda darah dari tangan makhluk pemburu daging segar itu seketika mengotori pintu kaca.

Aca, Lisa, Frey, dan Ade perlahan menjauh dari pintu. Napas mereka naik turun disertai keringat yang bercucuran. Para zombi itu menatap keempatnya lapar dan terus menabrakkan diri ke pintu. Saat pintu berderit, tingkat kekhawatiran mereka semakin meningkat.

Frey berlari ke arah saklar dan memadamkan lampu lab. Sekarang ruangan gelap gulita. Hanya ada remang-remang cahaya dari pantulan sinar matahari. Zombi-zombi di depan pintu perlahan tidak agresif dan mulai berkeliaran ke arah lain.

Lisa dan yang lainnya langsung terduduk karena kelelahan. Napas mereka memburu. Frey berbisik, "Untuk sementara, kita di sini dulu."







A.n :

Up bab ini sambil nahan ngantuk, sempet ketiduran juga wkwk. Jadi kalau ada yang typo, komen aja, ya! See u!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro