11. Jin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"T. Jawabannya huruf T. Di ujung langit ada huruf T!" pekik Jun girang. Kembali tidak terjadi apa-apa. Artinya jawaban Jun benar. Tapi kenapa dia masing tergantung? Apa ada teka-teki ketiga yang belum sempat dia ketahui?

Jun menyumpah, kesal dengan tindakan cerobohnya sendiri. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Haruskah dia merambat naik dengan sulur-sulur yang mengikat kakinya? Lalu bagaimana melepaskan diri dari ikatan kuat tanaman ini?

Jun mulai mencoba meraih sulur di kakinya. Ia menggapainya dengan satu tangan. Mustahil merambat naik dengan kondisi terikat seperti itu. Ia nyaris putus asa. Diedarkannya pandangan ke seluruh ruangan. Tidak banyak yang bisa dia temukan lagi, selain ukiran dinding yang kini sudah tertutup tanaman rambat.

"Tunggu sebentar. Ukiran itu. Pasti ada maknanya," gumam Jun menyadari sesuatu. Ia mengingat-ingat lagi apa yang sudah dia lihat. Seorang perempuan dengan pakaian mewah. Mungkin adalah raja atau ratu Mesir. Ia memelihara banyak singa yang jinak.

"Mahkota ... T. Apa artinya? Apa nama raja Mesir dengan awalan T? Tapi kenapa ukiran dinding menampilkan gambar wanita? Seorang ratu?" lanjutnya masih menggumam.

Jun melipat tangannya sambil bergantung terbalik. Sakit kepalanya sudah tak tertahankan. Pandangannya mulai berkunang-kunang karena aliran darah yang tidak lancar. Meski begitu Jun tetap berusaha berpikir.

"T, t, t. Tadeus, Tiberius," gumam Jun mengingat-ingat nama raja Mesir berawalan huruf T. Namun, semuanya adalah laki-laki. Hingga akhirnya ingatannya menemukan satu nama. "Tahpenes. Itu istri Firaun. Ratu Tahpenes. Jawabannya Mahkota Tahpenes," ujar Jun bersemangat.

Mendadak, cahaya bulan yang menerangi altar batu itu bercahaya semakin kuat dan intens. Sekonyong-konyong sebuah benda berkialuan mewujud di atas altar kosong tersebut, seperti dilukis oleh cahaya bulan yang menyorot terang tersebut. Jun menatap kejadian itu masih dalam posisi terbalik. Meski begitu, ia akhirnya tahu bahwa sebuah lampu minyak kuno yang berbentuk mirip teko jaman sekarang telah muncul dari udara kosong. Benda itu berkilauan seperti terbuat dari emas murni dengan ukiran rumit yang cantik.

"Apa ini? Teko ajaib?" gumam Jun berusaha meraih benda itu dengan tangannya. Namun, baru saja ujung jarinya menyentuh benda itu, sebuah kepulan asap tebal berwarna biru muda menyeruak muncul dari ujung lampu yang mirip corong teko tersebut.

Jun terkesiap dan buru-buru menarik tangannya kembali. Kepulan asap itu semakin membesar dan lambat laun membentuk sosok gadis molek berkulit biru dengan rompi ungu dan rambut hitam panjang dikucir ekor kuda. Pakaiannya penuh ornamen emas gemerincing, mirip kostum penari padang gurun yang seksi dan menampilkan sebagian besar kulit tubuhnya.

"Salam, Majikan Baru. Anda telah membebaskan Jin dari segelnya setelah ribuan tahun berlalu. Silakan sebutkan permintaan Anda," ujar makhluk biru itu sembari membungkuk hormat.

Jun hanya bisa terbelalak diam, masih dalam posisi tubuh yang terbalik. Perlu waktu beberapa saat sampai akhirnya dia bisa mengeluarkan suara.

"Itu ... aku agak sedikit pusing sekarang, jadi tidak bisa berpikir. Ini bukan permintaan, tapi kalau kau tidak keberatan, bisakah membantuku turun?" tanya Jun mencoba meronta dengan kaki terikat sulur.

Sang makhluk berkulit biru itu mendongak menatap Jun dan baru menyadari bahwa majikan barunya itu ternyata sedang terjebak perangkap dengan posisi mengenaskan. "Maaf atas ketidakpekaan saya, Majikan. Saya akan segera melepaskan Anda," tukas makhluk itu cepat-cepat. Ia pun lantas menjentikkan jarinya dan sebuah kepulan asap melingkupi Jun.

Detik berikutnya, seluruh ikatan sulur di kakinya mengendur lalu terlepas begitu saja. Tubuh jun meluncur mulus ke bawah, hingga membentur lantai batu yang keras. Posisi kepalanya terjun lebih dulu. Beruntung jaraknya tidak terlalu tinggi. Jun sudah bersiap menerima rasa sakit dari benturan tubuhnya dengan lantai batu, tetapi anehnya, dia justru merasa ringan.

Tepat beberapa inchi sebelum wajahnya benar-benar mencium lantai batu, gravitasi seakan terhenti. Jun melayang-layang di udara, lalu secara perlahan tubuhnya berputar dan kakinya pun akhirnya berhasil menapak tanah dengan mulus. Ia sedikit terhuyung karena kepalanya masih pusing. Meski begitu, ia berhasil menguasai diri, berdiri sambil menyandar pada altar batu di sampingnya.

"Terima kasih, eh ... bagaimana aku harus memanggilmu?" tanya Jun pada makhluk biru yang menguar seperti asap dari lampu emas ajaib di atas altar. Makhluk itu tidak memiliki kaki, sehingga bagian paha ke bawah hanya berupa kepulan asap yang tersambung dengan lubang lampu yang berbentuk mirip teko air.

"Panggil saja saya, Jin, Majikan," jawab makhluk itu.

"Jun. Namaku Ranjun. Kau bisa memanggilku Jun saja. Jangan gunakan kata majikan. Rasanya aneh. Seperti punya hewan peliharaan," balas Jun kemudian.

"Baiklah, Tuan Jun. Saya siap menerima perintah," kata sang Jin membungkukkan badan.

"Tunggu, sebelum itu, jelaskan padaku dulu tentang situasinya. Aku masih belum mengerti karena tiba-tiba ada sesosok Jin yang muncul di hadapanku," tukas Jun mencoba mencerna keadaan. "Dan panggil aku Jun saja. Tidak perlu tambahan Tuan atau apa pun," imbuhnya cepat-cepat.

"Sesuai keinginan Anda, Jun," jawab Jin. "Saya adalah Jin penunggu lampu ini. Pada awalanya, saya adalah pecahan kekuatan Yang Mulia Ratu Tahpenes. Beliau memiliki kekuatan sihir yang sangat besar, dan sebelum wafat, beliau menyimpan sebagian kekuatannya di lampu emas kesayangannya ini. sejak saat itulah saya mendiami wadah tersebut.

"Namun, Yang Mulia Ratu tidak ingin kekuatannya jatuh ke tangan yang salah. Karena itu beliau menyegel saya hingga hanya bisa dibangunkan oleh orang yang tepat. Beliau juga membangun kuil rahasia untuk menyimpan wadah saya, lengkap dengan perlindungan berlapis yang sulit ditembus. Anda, adalah orang kedua yang berhasil membangunkan saya. Karena itu, saya akan mengabdikan kekuatan saya hingga anda wafat nanti, dan kembali lagi ke sini setelah itu," terang Jin panjang lebar.

Kedua mata Jun membulat. Antusiasmenya bangkit bersamaan dengan kesadaran bahwa ia sepertinya sudah menemukan apa yang dicarinya selama ini. "Jadi, kau adalah artefak kuno yang dirumorkan itu? Yang bisa memberikan kekuatan bagi penggunanya?" seru pemuda itu semringah.

"Anda bisa menyebutnya begitu," jawab Jin.

Jun nyaris bersorak kegirangan. Akhirnya, perjalannya tidak sia-sia. "Kalau begitu, kita bisa kembali sekarang, Jin. Tapi sebelumnya, aku butuh bantuanmu untuk menemukan teman-temanku," ujarnya kemudian.

Jin menelengkan kepalanya sedikit, tampak tidak terlalu memahami permintaan Jun barusan. "Teman-teman Anda?" tanyanya.

"Iya, kami terpisah saat menjelajahi reruntuhan ini. Jadi kita harus menemukan mereka dulu sebelum pergi." Jun mengulang permintaannya.

"Maaf, Jun, tapi siapa pun yang masuk ke tempat ini, harus bisa keluar dengan sendirinya. Saya hanya diperbolehkan membantu orang yang berhasil membangkitkan saya. Selebihnya, orang-orang itu harus tetap terjebak di sini karena memang seperti itulah sihir yang berlaku di tempat ini. Jika saya merusak energi sihir sedikit saja di sini, maka saya bisa membangunkan kegelapan. Yang bisa saya lakukan sekarang adalah mengeluarkan Anda dengan sihir perpindahan. Kita bisa langsung keluar dari reruntuhan ke tempat mana pun yang Anda inginkan," terang Jin tenang, seperti sedang membacakan buku manual pemakaian.

Di sisi lain, Jun hanya bisa mengernyitkan dahinya. "Yang benar saja ...," gumamnya tak percaya. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro