*Surat Wasiat untuk Miss Fortune

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Untuk anakku,
Miss Fortune Kesayangan

Sejak kau memutuskan untuk hidup sendiri dan menyewa apartemen kecil di pusat Baltimore, aku merasa sangat sedih, tetapi juga bangga. Anak perempuanku sudah bisa mandiri dan bersiap untuk membentangkan sayapnya mengarungi Amerika.

Baru kemarin-rasanya seperti itu, walau faktanya sudah berlalu 20 tahun-aku melihatmu belajar menaiki sepeda roda tiga di taman. Lalu di sore harinya, kau akan pulang sambil menangis karena 3 hal. Pertama, baru saja memecahkan pot tanaman perdu Ms. Susan. Kedua, hampir membuat sepedamu penyok dihantam Lexus Mr. Robert. Ketiga, melukai lututmu sendiri. Lalu itu akan terjadi berkali-kali hingga sepedamu lelah sendiri. Aku masih menyimpan besi dan stangnya di garasi jika kau ingin melihatnya lagi.

Kau tumbuh dengan cepat. Tinggimu hampir menyamai ayahmu-padahal kau perempuan, dan ia selalu marah-marah apabila melihat seorang gadis memiliki tinggi badan di atasnya. Setelah ini, jangan lupa makan lebih banyak lagi, ya? Di kota, makanannya lebih enak daripada di rumah. Kau bisa memamah kue kering dan limun kapan pun yang kau mau di sana-di rumah, kau hanya bisa mendapatkannya di musim-musim liburan, jadi, jangan disia-siakan kesempatannya.

Bertemanlah dengan banyak orang. Kau pernah mengenalkanku kepada temanmu di kota. Stay? Ah, Nancy barangkali? Stacy, ya? Yang pasti salah satu dari itu. Yang katamu berasal dari peternakan dan ibunya adalah nona pucat paling baik nomor 2 setelahku. Jaga hubunganmu dengan dia. Sepertinya hanya dia yang sudah selama ini tetap mau berteman denganmu.

Kau tahu, aku sejak pindah ke Baltimore selalu terpikir satu hal.

Aku seharusnya tidak datang ke perayaan ini.

Yah, perayaannya maksudku Baltimore ini secara keseluruhan. Aku bahkan tidak merasa bahwa aku cocok berada di sini. Dan aku tidak tengah bertingkah. Sejak pindah-sejak kau lahir lebih tepatnya-, nasib buruk tidak pernah berubah.

Aku dan kau itu ibarat kesialan. Cermin rusak. Angka 13. Kutub negatif. Kebalikan dari semanggi berdaun empat dan jimat kaki kelinci. Dan ini semua terjadi setelah kau lahir.

Tidak, tidak, aku tidak menyalahkanmu. Aku yakin kalau ini semua bukan salahmu. Dan aku yakin kalau ini juga bukan salahku. Mungkin ini salah ayahmu-kalau dia masih hidup dan membaca surat ini, sudah habis aku dibuatnya. Atau barangkali, ini bukan salah siapa-siapa? Kita tidak bisa menyalahkan Tuhan, bukan?

Kau adalah anakku. Anak kesayanganku dan akan tetap seperti itu bahkan hingga Neil Armstrong bangkit dari kuburnya lalu menampar mayatku. Anak yang kulahirkan sembari bertarung melawan maut di akhir musim dingin tidak akan pernah membuatku merugi. Darah dagingku adalah pembawa keberuntungan. Bahkan jika kau bisa membuktikan bahwa dirimu memang benar merupakan perwujudan hidup dari kesialan, aku akan tetap berpegang pada prinsip yang awal.

Masih ingat Ms. Ramsay, Fortune? Wanita di ujung blok yang rumahnya beraroma air rebusan kubis--jangan diingat-ingat jika memang sudah lupa (tidak baik juga untuk dikenang lebih lanjut)--itu pernah bertengkar dengan keluarga kita saat kau baru memasuki tahun pertama di sekolah menengah. Karena kau sudah membunuh burung beonya, kalau tidak salah ingat. Lalu apa yang kau perbuat saat itu? Kau meminta maaf, diam-diam melakukan kerja sampingan berjualan kue di klub pramuka perempuan sekolah, lalu menggunakan uangnya untuk membeli burung beo baru.

Apa yang bisa disimpulkan dari kejadian itu? Tidak ada sebenarnya. Ah, ada. Kau, walau dikatakan sebagai pembawa sial, tetaplah seorang gadis pekerja keras. Aku suka sifat itu darimu.

Tulisanku hampir memenuhi dua halaman, dan aku belum berwasiat apa-apa-yang sebelumnya jangan kau hitung sebagai wasiat karena aku belum menyebutkan sama sekali barang-barang apa saja yang kuberikan sepeninggalku.

Aku meninggalkan warisanku kepadamu berupa rumah kecil dan barang-barang yang ada di dalamnya. Mobil van tua yang aku simpan di garasi jangan kau lupakan, rusak, apalagi sampai dilelang di tempat gadai. Mesinnya sering tersendat. Kaca bagian depannya sangat sukar untuk diturunkan. Bagian belakang mobil juga sepertinya sudah ditumbuhi jamur. Buruk, memang. Namun, itu hadiah satu-satunya yang pernah ayahmu berikan di hari pernikahan kami. Bersihkan selagi sempat dan luang dari pekerjaanmu di kota.

Satu lagi, jangan pernah menyesal memiliki ibu sepertiku. Aku tahu dan sadar jika kesialan seumur hidup yang kau dapat mungkin saja berasal dari ibumu yang ceroboh ini-agak bertolak belakang dengan beberapa kalimat di atas, tetapi ya sudahlah-. Entah karena aku yang salah makan, salah memilih dokter kandungan, atau salah memanjatkan doa dan malah membacakan mantra pemanggil setan ketika tengah mengejan mati-matian dua puluh tujuh tahun yang lalu. Namun yang pasti, jangan menyesal memiliki ibu sepertiku.

Jangan menyesal juga dengan hidup yang telah kau jalani selama ini. Tidak ada yang sia-sia, bahkan nasib sial yang terus kau derita sejak mulai bernapas. Anggap saja sebagai sebuah batu rintangan, oke? Jangan pernah membunuh dirimu sendiri. Jika jiwamu letih, beristirahatlah. Tidur juga mempan, agak-agaknya. Lakukan apa saja, kecuali menerima ekstasi dari orang-orang barbar di gang gelap Baltimore. Satu yang pasti, aku tidak mau bertemu terlalu cepat denganmu di atas sini.

Lompati. Jangan berbalik. Lewati. Di kehidupanmu ke depannya, barangkali akan ada batu yang besarnya melebihi Everest dan kala kau telah sampai di titik itu, ingat kata-kataku.

Lompati. Jangan berbalik. Lewati.

Mungkin begitu saja. Aku susah berkata-kata manis atau merangkai surat. Namun yang pasti, kau harus tahu bahwa aku mencintaimu. Aku mencintaimu, anak perempuan kesayanganku. Aku mencintai seorang Miss Fortune hingga kapan pun.

Salam sehangat perapian Desember,

Mum

*Jika kau bisa membaca surat ini, itu artinya aku sudah tiada. Suratnya kutitipkan kepada Mr. Thompson. Ia memang garang, tetapi setidaknya ia sudah berjanji untuk menyampaikan surat ini kepadamu. Dan, oh, semoga saja ia tidak membaca suratnya. Ia sudah tua dan kemungkinan sebentar lagi akan menyusulku. Aku tidak mau jikalau ia mengajakku adu tinju di alam baka hanya karena menyebutnya sebagai seorang tua yang garang.

*Aku lupa memberikanmu tanda cinta <3.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro