🧭 8th Page 🧭

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

—🧭—

"Hal yang menyakitkan adalah ketika kawanmu adalah lawan yang harus kau kalahkan."

—🧭—

—🧭—

Schirpophaga Nivella

Helico sepertinya pernah menyinggung aura yang berasal dari Agrotis Ipsilon yang kini kita panggil Agi. Sekarang, aku mengerti bagian aura Agi yang sedikit berbeda dari kebanyakan orang yang kami berdua temui. Sejak menginjak kaki di Horizon, kepekaanku semakin meningkat, hal ini tidak bisa dijabarkan dengan sebuah laporan. Sesuatu yang sudah dipastikan bahwa Agrotis Ipsilon bukanlah orang jahat, jadi aku berfikir tidak lagi mencurigainya.

Mengenai aura yang dipancarkan dari Agi, aku merasa dia bukan orang yang sembarangan. Mungkin dahulu Agi pernah menjabat sebagai ketua sebuah kelompok atau organisasi, perkataan dan tindakannya begitu rinci dan hati-hati. Agi pasti sudah menyadari kalau Helico mencari tahu tentangnya, tetapi dia belum tahu tentang kami berdua. Langkah yang diambil Agi adalah sebuah keuntungan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Dalam artian simbiosis mutualisme antara manusia. Agi membutuhkan kami dan kami juga membutuhkan Agi.

Ditinjau dari sihir yang mengalir dalam darah, kekuatan daya tempur kelompok kecil ini cukup efektif untuk melindungi diri dari kesatria sihir. Agi yang berpengalaman dengan sihir air dibandingkan kami berdua, Helico mempunyai sihir angin multifungsi, dan aku sendiri mempunyai sihir api yang kuat.

Hanya saja yang menggangguku adalah ....

"Sebenarnya ... siapa kalian berdua? Kenapa kalian bisa mendesakku seperti ini?" Agi bertanya dengan hati-hati, dia sedikit melambatkan gerobak yang kami tumpangi.

Aku menahan napas karena pertanyaan itu, sejujurnya aku tidak mempunyai jawaban yang pantas untuk membuat Agi percaya karena aku tahu kalau dia tidak akan percaya jika mengetahui semua kebenarannya. Aku takut kalau tiba-tiba Agi menebas kami dengan pedangnya.

"Kami berdua adalah orang yang mencari jalan pulang," jawab Helico penuh percaya diri. Kali ini aku setuju dengan jawaban sang atlet voli, kami berdua harus jujur dari setengah rahasia yang kami sembunyikan kepada Agi.

Setengah rahasia itu mungkin akan dipercaya oleh Agi.

"Pulang?" tanya Agi seraya memiringkan kepalanya. Kemungkinan baginya jawaban Helico sangat membingungkan sekaligus jawaban yang tidak pernah dia prediksi sebelumnya. "Dimana asal kalian?"

"Di dunia yang berbeda dari Horizon," jawab Helico lagi seraya tersenyum tipis. Baik aku ataupun sang atlet voli ini juga kebingungan menjelaskan dunia apa yang kami tinggali, karena Horizon sangat berbeda dengan Malang. "Kau tidak bisa mengantar kami berdua walau tahu tempatnya."

"Lalu apa yang kau lakukan?" tanya Agi dengan tenang meskipun aku tahu dia sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan Helico, meskipun begitu Agi tidak akan menyerah untuk membuat celah dari jawaban Helico.

Helico tetap tersenyum tipis tetapi tangannya mencengkram erat celana. Entahlah, emosi Helico terkadang membuatku kebingungan, dia terkadang menjadi menyebalkan kemudian menjadi sad boy dadakan. "Pertama, aku harus mencari saudaraku di Helium. Biasanya kota-kota besar mempunyai informasi yang cukup untuk mencari seseorang."

"Jangan lupakan kalau kota-kota besar mempunyai keamanan yang ketat," tambahku.

"Memang benar, tetapi tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali mencarinya. Kita datang bertiga dan pulang bertiga."

Kalimat terakhir Helico membuatku ingin menangis. Aku sempat ingin meninggalkan orang ini tetapi dia masih ingin membawaku pulang. Helico sangat baik hati walau aku kurang menyukai sifat menyebalkannya.

Setelah itu aku bisa melihat Agi tersenyum sangat lebar, dia tersenyum tulus tanpa beban. Helico yang awalnya tersenyum langsung melongo melihat wajah yang jarang ditampilkan itu, dia pasti memikirkan kalau Agi kesurupan.

"Aku akan menjawab pertanyaan kalian," kata Agi dengan tulus.

"Pertanyaan yang mana?" tanya Helico dengan bodohnya.

"Kau benar-benar aneh dan bodoh. Apa kau manusia sungguhan?" tanya Agi seraya mengacak rambutnya yang berkilauan.

"Jadi, kau akan menceritakan semuanya kepada kami berdua?" tanyaku dengan semangat.

Agi mengangguk pelan. "Tapi sebelum itu, kita harus mengalahkan mereka."

—🧭—

Menuju Helium tidak semudah yang aku kira. Kami harus memilih jalan memutar karena salah satu jembatan hancur karena banjir. Jalan memutar itu dekat sekali dengan hutan, dalam artian tidak banyak orang yang memilih rute ini untuk pergi ke Helium. Mereka mungkin akan pergi ke Helium dengan rombongan besar berbeda dengan kami yang berpergian sendiri.

Pada akhirnya kami adalah sasaran empuk para perampok.

"Mereka semua terlihat berbahaya," kata Helico seraya menatap segerombolan perampok yang masing-masing terlihat berpengalaman dalam bertarung.

"Sembilan ... sepuluh ... sebelas, jumlah mereka ada lima belas orang," ucapku keras agar dapat didengar Agi yang berada di depan. "Apa kita harus memakai metode bertarung satu orang melawan lima orang?"

Helico memucat ketika mendengar pertanyaanku yang mungkin cukup mengagetkan untuknya. "Lima orang terlalu banyak untukku. Ada cara lain selain kita melawan mereka?"

Aku kemudian melompat keluar dari gerobak menyusul Agi yang sudah melakukan pemanasan. Sementara Helico lebih memilih untuk menjaga barang dagangan Agi agar tidak dicuri ketika kami bertarung. Meskipun Helico terlihat pengecut dan sok jagoan, sebenarnya dia cukup cakap untuk berpikir dalam situasi buruk, dia akan mengambil inisiatif terlebih dahulu dibandingkan diriku.

Seolah-olah dia pernah mengalami kejadian ini sebelumnya.

"Dua lawan lima belas?" Agi tertawa menyebalkan ketika melihatku yang tergesa-gesa menuju ke arahnya. "Aku bisa mengalahkan mereka semuanya."

"Setidaknya bagi beberapa orang untukku," ucapku menahan kesal. "Setidaknya biarkan aku melakukan sihir hari ini."

Agi mengerutkan keningnya sementara Helico yang sudah mengambil kemudi gerobak tertawa mendengar percakapan kami berdua.

"Maaf karena mengambil jatahmu kemarin. Sekarang kau bisa mengamuk."

Aku tersenyum sinis ke arah para berandalan bodoh yang berani menghentikan perjalanan kami ke Helium. Cara yang paling tepat untuk melawan lima belas orang tanpa berusaha keras adalah melawan pemimpin kelompok itu. Sebuah teori mengatakan kalau jika si pemimpin kalah maka bawahan juga menyatakan kekalahan mereka.

"Aku mendengar daerah Utara sedang dilanda kekeringan, kemungkinan mereka berasal dari tempat itu. Mereka tidak akan menyerah jika kita tidak menyerahkan barang-barang ini. Jangan mati, Nive." Suara Helico berbisik ditengah-tengah angin yang berhembus melewati ku.

Sihir angin Helico benar-benar multifungsi, selain digunakan untuk menguping dia juga tidak perlu berteriak hanya untuk informasi itu.

"Siapa pemimpin kalian?" tanyaku dengan nada percaya diri untuk memancing pemimpin perampok ini. "Jika diperbolehkan, aku ingin melawan dia ... satu lawan satu."

"Hei, apa yang kau katakan?" tanya Agi dengan wajah heran.

"Jangan bilang kalau pemimpin kalian takut kepada gadis sepertiku," kataku seraya tertawa mengejek diakhir kalimat.

"Kau cukup cerdik juga, tetapi aku ragu kalau kau bisa menang," kata Agi.

Aku tersenyum. "Aku bukan gadis yang lemah, Agi. Aku sangat kuat dan tidak terkalahkan. Cara ini mungkin bisa mempersingkat waktu yang mereka curi dari kita."

"Asal kau tahu kalau dia punya kekuatan setara gorila," celetuk Helico.

Sang pemimpin maju beberapa langkah. Aku tersenyum kemenangan karena dia berhasil termakan provokasiku. Dilihat dari penampilannya, si pemimpin memiliki tubuh yang jauh lebih besar dan berotot dibandingkan yang lainnya, dia bertelanjang dada dan aku bisa melihat bekas luka berupa cakaran di perutnya.

Si pemimpin perampok ini tidak terlihat menakutkan karena bagiku, Kevin adalah orang yang menakutkan.

"Meskipun kau seorang gadis, aku tidak akan mengampunimu," ucap si pemimpin.

"Hidupmu pasti susah karena kekeringan, tetapi maaf saja aku tidak akan menyerahkan gerobak itu," balasku.

"Kau akan kalah!"

Jarak kami berdua hanya sejauh tujuh meter dan aku menemukan kejanggalan dari kelompok perampok ini.

Mereka tidak menyerang kami dengan sihir melainkan mereka akan menyerang kami dengan senjata tajam seperti sebuah pedang dan kapak besar.

Aku tersenyum tipis. "Aku bukanlah orang yang bisa mengampuni seseorang dengan mudah."

Sihir Api : Tinju Bola Api Diameter Satu Setengah Meter

Sebuah bola api berbentuk tinju berkobar di depanku, bola api yang terasa panas dan padat. Agi yang merasa terancam dengan sihir api milikku kemudian melompat ke gerobak dan membuat barier dari sihir airnya.

Sihir Air : Barier Dewi Danau

Sihir bola api milikku langsung menghantam si pemimpin beserta pengikutnya dengan telak. Meskipun tidak mengalami luka yang cukup serius, tetapi mereka semua terlihat ketakutan dan langsung lari terbirit-birit.

"Mantra itu terlalu panjang, Nive!" seru Helico dengan keras, tetapi dia terlihat senang.

Agi buru-buru menutup mulutnya yang menganga. "Mantra milikmu cukup aneh."

Aku menatap mereka dengan kesal. "Aku hanya melawan mereka dengan satu mantra, tetapi mereka kabur!"

"Aku hanya tahu kalau kau menang," kata Helico.

Aku mengumpat pelan. Jika tahu keadaannya seperti ini, aku lebih memilih menggunakan keahlian beladiri dibandingkan menggunakan sihir.

—🧭—

Rute Pindah Dunia

1. Malang (Indonesia) >> lintas dimensi
2. Pulau Arcgis (Kerajaan Horizon - Bagian Horizon O)
3. Kota Pelabuhan Dendritik (Kerajaan Horizon - Bagian Horizon O)
4. Ibukota Helium (Kerajaan Horizon - Bagian Horizon O)

Love
Fiby Rinanda 🐝
25 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro