#7 (B)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

The next day...

Chapter 7
(bagian 2)

"Aku ingin mengundang mereka ke sini, Tuan Don," kata Logan, "Jadi tidak ada salahnya juga -- bukannya mau mengatur -- jikalau kalian bertiga satu kali jalan saja ke markas kami."

"Ide yang sangat bagus. Menghemat segalanya," komentar Don singkat.

"Bagaimana dengan kalian, Tuan Chester dan Nona Cheryl? Bersediakah kalian datang ke kantor SARBI untuk melihat dan mengikuti kasus pembunuhan ayah kalian?"

"Tentu saja, Logan," jawab Chester mewakili dirinya sendiri serta saudari kembarnya, "dengan senang hati."

Setelah mendengar jawaban yang memuaskan hati itu, Logan mengucapkan salam terakhir dengan riangnya mengakhiri sambungan komunikasi, "Sampai jumpa semuanya di SARBI."

Tiba-tiba Chester teringat sesuatu, sambil menepuk dahinya. Hubungan komunikasi dengan Logan telah terputus.

"Oh iya, bukankah tadi dia bilang juga bahwa media internasional menunggu di halaman markas mereka?"

"Santai saja, Ches," ujar Don ringan. "Sebagai pihak berwenang, mereka pasti punya protokol untuk menghindari media."

"Kalian makan sianglah dahulu. Aku mau bersiap-siap di kamar," katanya lagi dengan penuh perhatian serta pengertian.

Usai berkata begitu, Don mengeloyor menuju tangga dan naik ke atas.

Sementara Sarron datang dari ruang perpustakaan. Melihat Chester dan Cheryl, diajaknya mereka ke ruang makan, "Ayo, sudah waktunya jam makan siang. Perutku lapar karena tertinggal sarapan, jadi hanya minum segelas susu saja tadi."

Saat melangkah menuju ke sana, kepala pelayan yang bernama Kenny berlari menghampiri mereka dari pintu depan. Memanggil Chester dan Cheryl sambil menunjukkan sekotak pizza di tangannya.

"Baru saja ada kiriman dengan tujuan nama Anda, Tuan Muda dan Nona Muda."

Chester dan Cheryl saling berpandangan dalam kebingungan. Membuat Sarron bertanya, "Kalian tidak memesan pizza?"

Lalu dia berpaling pada Kenny dengan bertanya, "Tidak disertai tagihan?"

Kenny menggeleng, sebelum berujar, "Tapi pengantarnya berpesan bahwa ada sesuatu dalam kotak untuk Nona Cheryl."

"Boleh saya kembali ke tempat saya?" tanyanya pada Sarron memohon pamit.

"Aku duluan saja, kalian menyusul," kata Sarron pada sepasang adiknya, sesudah mengiyakan Kenny.

Chester dan Cheryl meletakkan dan membuka kotak pizza di atas meja besar, di dekat jalan yang menuju halaman belakang. Penasaran sekali.

Cheryl terkejut melihat pizza kesukaannya tersaji di hadapannya.

"Aku sangat suka sosis dengan ikan tuna," sahut Chester gembira, lalu melihat sebuah kartu kecil bergambar boneka Teddy Bear pada bagian belakang tutup.

"Siapa yang mengirim pesanan ini?" tanyanya penasaran, dengan satu tangan yang mulai terulur hendak mengambilnya.

Dengan sigap Cheryl menyambar kartu kecil tersebut.

"Tidak boleh! Sudah jelas tadi Kenny katakan bahwa kartu itu untukku," larangnya cepat, sebelum kedua tangannya segera membukanya dengan kegirangan, sambil berkomentar, "Aku juga suka boneka Teddy Bear."

Chester mengambil satu potong pizza sambil nyengir lebar,

"Ternyata sebagai saudara kembar, selera kita sama ya... kira-kira siapa yang bisa tahu rahasia ini?"

Mendadak keceriaan Cheryl berubah menjadi perasaan heran. Sepasang matanya terpaku pada isi kartu.

Kepala Chester bergerak mendekat -- berusaha melongok. Ajaibnya, kali ini saudarinya bersedia memperlihatkan kartu itu padanya.

Di situ tertera tulisan tangan yang cukup rapi.

Salam sayang dariku, Nona Cheryl.
Semoga Anda menyukai kiriman dariku ini,
dan Anda atau salah seorang keluarga Cherlone tidak perlu membayar.
Kuharap Tuan Chester juga mempunyai selera yang sama -- sosis dengan ikan tuna.
Tolong sampaikan salamku juga padanya.
Teriring foto dariku -- Marlon.

Chester nyaris tersedak karena merasa geli. Selesai makanannya ditelan, dia berujar dalam tawa, "Ternyata, kau mendapat bonus spesial telah berjuang keras mendapat rekaman tadi. Seorang pengagum rahasia, atau mungkin... calon pacar."

"Hebat! Susah loh mendapatkan laki-laki perkasa seperti dia," ledeknya iseng.

Cheryl menatap sosok si pengirim pada selembar foto di tangannya. Lumayan tampan, tatapan mata yang lembut, berbadan kekar, dan terkesan atletis. Tengah beraksi mengayunkan bola basket sambil melompat di udara.

Diam-diam, muncul rasa kagum dalam hati Cheryl akan laki-laki yang bertugas sebagai kepala pengawas keamanan rumah keluarganya ini.

"Kasihan Sarron, karena setidaknya, kita tidak usah menyantap menu makan siang di ruang makan," ujar Chester, yang tak pernah jera meledek saudari kembarnya.

"Ayolah Cher, kau tidak bakalan kenyang dengan memelototi foto itu, walau sampai seharian. Lagi pula, pizza ini pasti terasa spesial di dalam mulut serta hatimu. Jadi tenang sajalah, aku tidak akan menghabiskan semuanya."

******

Saya tahu berapa besar porsi seriusnya TCM dari awal sampai akhir.
Oleh karena itulah, terselip beberapa humor dalam TMCM ini.
Lantas, bagaimana petualangan Chester dan Cheryl di kantor SARBI?
Apakah duo jagoan detektif kita ini bisa diandalkan Logan beserta timnya?
Chapter 8 akan menjawabnya.
(Astardi)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro