BAB 6: Inddy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Andrew melompati pagar besi yang hanya mempunyai tinggi sedada orang dewasa itu dengan begitu lihai ketika mendengar suara jeritan dari dalam rumah tersebut. Aku menganga melihat tingkah Andrew yang bertolak belakang dari apa yang Ia sarankan pada ku.

Aku membuka pintu pagar itu dengan hati-hati menyebabkan bunyi gesekan engsel yang terdengar cukup nyaring. Aku mendekati garasi rumah tersebut dan mencoba membukanya namun terkunci. Aku memutuskan  untuk masuk ke dalam rumah mengikuti Andrew.

Terlihat Andrew sedang membantu seorang perempuan turun dari atas meja makan. Aku tidak tahu kenapa perempuan tersebut tiba-tiba sudah berada di atas meja tersebut.

"Ada apa?" Tanyaku setelah menghampiri mereka.

"Terima kasih sudah membantu ku," ucap perempuan itu setelah Andrew membantunya turun dari atas meja. "Tadi ada tikus yang lewat saat saya lagi membersihkan rumah. Terikan saya kedengaran sampai diluar ya?"

"Lumayan. Ini rumah kamu?" Tanyaku basa-basi dengan mata yang terus menelusuri area sekitar.

"Ini rumah peninggalan orang tua ku. Saya membersihkannya karena ingin pindah kesini setelah bertahun-tahun menjadi beban kakaku dan istrinya," jawab perempuan itu panjang lebar.

"Oh, begitu. By the way, saya Inddy dan yang tolongin kamu tadi Andrew... Andrew? Dimana laki-laki tadi?" Bingungku ketika Andrew tiba-tiba menghilang dari sisiku.

"Tidak ada apa-apa disini. Ayo pergi," ajak Andrew keluar dari pintu menuju garasi dengan raut yang begitu santai.

"Apa yang kamu lakukan? Tidak sopan mengobrak-abrik rumah orang," tegur ku memukul bahu Andrew yang hanya tersenyum tanpa rasa bersalah ke arah perempuan pemilik rumah tersebut.

"Saya membantunya mengusir tikus agar dia bisa kembali membereskan rumahnya tanpa rasa khawatir akan ada tikus yang tiba-tiba muncul," jawab Andrew. Jawabannya terlalu meyakinkan. Bukan jawaban tapi alasan yang cukup keren.

"Sekali lagi terima kasih, Andrew. Saya Natasha," perempuan yang ternyata bernama Natasha tersebut menyalim tangan Andrew lalu berpindah menyalm tanganku. "Kamu Inddy Devannka dari Devannka story 'kan?

Aku membenarkan rambut ku dan tersenyum semanis mungkin. "Kamu kenal aku? Wah, aku tidak menyangka ada yang mengenal ku."

"Aku membaca artikel tentang pencurian Ide konten YouTube antara kamu dan Steffa di Instagram. Aku sebenarnya belum pernah menonton konten kamu tapi melihat bagaimana bagusnya konten Steffa aku yakin konten kamu juga pasti bagus."

Hell! Perempuan sialan! Hei, perempuan jangan asal berkomentar kalau hanya bermodal gosip saja. Saya tidak memesan pendapat anda untuk konten YouTube saya.

"Itu tidak benar. Kamu seharusnya mencari tahu lebih jauh sebelum berkomentar, apa lagi kamu memberikan komentarnya secara langsung di depan pencetus ide yang sebenarnya. Kami permisi." Andrew menarik ku keluar dari rumah penuh debu tersebut.

"Tarik nafas..." Aku menark nafas ku dalam "...hembuskan..." Aku menghembuskan nafas ku pelan sesuai arahan Andrew.

"Untung aku sekarang sudah cukup terkenal dan harus menjaga image, jika tidak dia akan aku mutilasi," kesalku setelah Andrew menarik ku lebih jauh lagi dari rumah tersebut.

"Bagus. Kerja bagus kamu tidak memarahinya tadi," Andrew menepuk bahuku seolah-olah bangga kepada ku.

"Kamu juga kerja bagus. Tidak ada hal mencurigakan di rumah itu?" Tanyaku.

"Tidak ada apa-apa selain debu dan sarang laba-laba."

"Baiklah. Kita lanjut mencari." Aku dan Andrew kembali menyusuri lorong-lorong kecil yang selalu dipenuhi oleh anak kecil yang sedang bermain atau ibu rumah tangga yang sedang duduk berkelompok entah membahas tentang apa tapi mereka terlihat serius.

Kami terus menyusuri lorong-lorong kecil yang cukup banyak, bahkan aku sampai merasa pusing harus mengingat jalan keluar dari lorong-lorong yang kami telusuri. Semua rumah sangat minimalis dan tidak memungkinkan untuk adanya gudang atau garasi. Semua rumah pun didesain dengan banyak jendela kecil untuk menghindari suasana rumah yang terasa pengap. Sangat tidak memungkinkan pembunuhan tersebut terjadi di daerah ini. Mustahil jika terjadi pembunuhan tapi seluruh warga disini tidak ada yang menyadarinya.

"Andrew. Inddy."

Sasa dan Sani langsung menghampiri aku dan Andrew ketika kami sampai dititik yang telah kami sepakati.

"Tidak ada apa-apa. Semua rumah tidak memenuhi kriteria sebagai  TKP," jelas Sasa.

"Kami pun tidak mendapatkan apa-apa, hanya menemukan haters kecil yang ingin aku injak-injak tapi terhalang oleh image," kesalku memangku tangan.

"Bukan Steffa and the gang 'kan?" Tanya Sani terlihat kesal.

"Bukan. Dia fansnya Steffa," jawab Andrew.

"Oh iya. Kembali ke topik, tadi aku mendapatkan informasi dari warga bahwa ada pihak kepolisian yang telah menyusuri area ini dan berakhir tidak menemukan apa-apa," jelas Sasa.

"Kenapa Iptu Ezra tidak memberitahu ku soal hal itu?" Aku mengecek ponselku memeriksa apakah ada pesan dari Iptu Ezra yang aku lewatkan.

"Kalian barter 'kan. Itu artinya kamu berjuang dengan cara mu dan dia berjuang dengan caranya. Nantinya apa yang kalian dapatkan dari hasil perjuangan kalian di barter. Mengerti?" ucap Andrew mengambil ponselku dan dimasukkan ke dalam tas selempang yang ia kenakan.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?"

To Be Continue...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro