17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halo, di sebelah kena tipu update ya? Baca The Plan dulu aja, sembari nunggu Marry Me If You Dare publish ya ^_^ Happy reading!


Memasuki bulan Juli cuaca di Jepang khususnya Tokyo sendiri mulai lembab dan panas. Namun beruntungnya hari ini sempat turun gerimis dan membuat cuaca menjadi sedikit sejuk. Bahkan liburan musim panas kali ini pun diisi Ify dengan jalan-jalan sendiri. Sekarang dia sudah tenang karena pengetahuannya akan jalan di kota dan bahasanya pun lumayan baik−setidaknya tidak mengkhawatirkan jika dia tersesat.

Siren Victoria memilih menghabiskan liburan dengan serius magang di kantor Daniel. Dia benar-benar ingin membuktikan bahwa dia memang mampu untuk menjadi salah satu pegawai di sana. Sementara Ryo. Sudah sekian lama Ify mulai menjaga jarak, dia memutuskan untuk fokus saja pada pencarian jejak adiknya.

Daniel pun tak jauh beda. Pria itu kelihatannya kelewat sibuk hingga sulit untuk dihubungi. Ify tak punya nyali besar untuk mendatangi kantornya, tentu yang paling ditakutkan adalah bertemu Via atau Ryo yang notabenenya adik Daniel.

Ify melihat ke sekeliling, tak sedikit masyarakat yang memulai memakai Yukata mereka. Semakin jauh berjalan, semakin banyak saja yang orang mondar-mandir dengan teman sebaya−bahkan pasangannya. Mungkin mereka mau menghadiri pesta kembang api di tepi sungai nanti malam.

"...warga Jepang sangat terbiasa untuk menggunakan pakaian adat bahkan semenjak mereka masih balita. Meski pun harga kain untuk Yukata ini tidak bisa dibilang murah, aku pernah melihat di sebuah toko baju suatu hari, seperangkat Yukata untuk anak perempuan usia lima tahun yang harganya sekitar satu juta rupiah−itu pun dengan kualitas kain biasa..."

Ify menelan ludahnya saat kembali mengingat cerita Via tentang pengalaman musim panas pertamanya di Tokyo.

Sebenarnya Ify ingin sekali pergi ke acara yang di adakan setiap tahunnya itu. Tapi Ify tak punya Yukata juga aksesorinya: sendal kayu dan tas tangan dari kain kimono yang harganya... Ify menelan ludahnya berkali-kali saat mengingatnya.

Terlalu lama berjalan Ify sampai lupa di mana dia sekarang, dibukanya ponsel pintar yang dibelikan Daniel dan melihat aplikasi peta.

"Ginza?" gumam Ify menelusuri layar ponselnya. "Oh, sial," gerutu Ify. Dia salah tempat!

Ginza adalah tempat di mana sepanjang jalan di kanan kirinya hanya ada toko bermerk Barat. Macam LV, Prada, Bvlgari, Hermes, Gucci, Swarovski, Fendi, Apple dan masih banyak lagi. Tentu ini nerakanya remaja yang berkantung tipis seperti Fyka Sakura.

"Kenapa aku harus ke sini?" omelnya pada angin. "Kalau tempat ini menjual barang super duplikat seperti di Mangga Dua, masih tidak apa deh."

Ify menghembuskan napasnya kesal, dia harus putar arah karena alasan lain pun berputar di otaknya.

"...ada Mal bernama Seibu yang terdiri dari sembilan lantai. Barangnya tentu bermacam macam produk fashion lengkap dengan aksesorisnya. Lalu ada juga Printemps Departement Store, dan lain lain. Oh, ya, tapi kau jangan bayangkan sebuah Mal yang spektakuler karena di Jepang, umumnya Mal Mal berukuran kecil alias biasa saja. Tapi isiannya itu yang luar biasa mahal..."

Sayang sekali Via, aku sudah berdiri di kawasan ini sekarang dan hanya bisa termangu menatap orang-orang, batin Ify mengingat kembali ocehan Via mengenai lokasi ini.

Krruyuuuuuk...

Sial, sial, sial, rutuk Ify dalam hati. Dia kembali menatap layar ponselnya. "Jam makan siang aku justru terdampar di sini, semoga ada tempat yang ramah dengan dompetku."

Ify pun mempercepat jalannya untuk mencari minimarket terdekat. Setidaknya harga onigiri−nasi kepal−tidak akan membunuh keuangannya.

***

Ify terkesiap. Persediaan uangnya sudah nyaris habis. Darimana Ify bisa mendapatkan uang sementara belakangan ini dia sudah jarang−bahkan tidak pernah lagi datang ke dojo tempat Kazune biasa mengajar karate dan menjadi asistennya.

"Ah, iya, apa kabar Kazune oniisan?" gumam Ify dengan mulut kecilnya yang mengunyah onigiri telur ikannya. "Memakan onigiri ini sendirian mengingatkanku pada onigiri pertama yang kumakan di rumahnya," kenang Ify. Matanya menatap ke langit. "Oh, apa sebaiknya aku kesana saja? Bahkan aku tak pernah bertemu dengannya lagi belakangan ini."

Tangan Ify menyentuh onigiri terakhirnya. Onigiri salmon. "Apa ini yang membuat onigirinya jadi sedikit lebih mahal?" gumam Ify. "Sudahlah, mau bagaimana lagi."

Ify pun bangkit dari bangku yang disediakan pemilik minimarket untuk pembelinya singgah dan menenteng sebotol teh hijaunya.

"Mungkin nanti Kazune oniisan akan membantuku mencari uang tambahan," gurau Ify dengan kekehan yang keluar dari mulutnya.

***

Pintu rumah ini mungkin akan roboh jika Ify tidak menahan rasa kesalnya. Berulang kali bel rumah ini ditekan dan pintu pun sudah diketuk−lebih tepatnya digedor karena tak kunjung mendapat jawaban−namun nihil.

"Apa adiknya Kazune oniisan itu benar-benar pemalu sampai tak membukakan pintu untuk tamunya?" gumam Ify bosan.

"Summimasen." Suara seorang ibu muda terdengar dari balik punggungnya. Ify berputar dan benar saja, di depan pagar yang terbuka terlihat seorang ibu yang sepertinya mulai mencurigai tindak tanduk Ify. "Apa kau mencari penghuni rumah ini?"

"Iya," jawab Ify terlalu singkat, "apa Ibu tahu di mana penghuni rumah ini?" lanjut Ify dengan bahasa Jepangnya yang terbata.

"Dia sudah tak di sini," jawab ibu itu singkat.

"Nani−apa?"

"Dia sudah pindah," jawabnya tanpa ekspresi. "Hanya itu yang kutahu dari tetangga sekitar."

"Hontou−benarkah?!" sahut Ify terkesiap. "Tapi... kemana?"

"Entahlah, jadi berhenti mengetuk rumah kosong seperti itu." Ibu tadi pergi begitu saja tanpa menunggu ucapan terima kasih dari Ify.

"Dou shiyou−apa yang harus kulakukan?" gumam Ify panik. "Aku bahkan belum membalas budinya!"

***

"Dou shiyou?" gumam Ify lagi sambil melangkah keluar dari dojo karate Kazune. "Kemana sebenarnya orang itu?"

Tak ada gunanya lagi Ify berada di luar asramanya. Walau pun Kazune juga menghilang, sudah tentu adiknya lebih penting untuk dicari. Ify pun kembali menyusuri trotoar jalan. Siapa tahu ada orang yang memiliki warna mata seperti Ify. Atau Ify menemukan sosok yang Ryo lukis.

"Ahh, iya, orang itu," gumam Ify. "Sebenarnya siapa dia? Apa ada hubungannya dengan gadis bernama Ashilla yang pernah Ryo sebut?"

"Apa Ashilla adalah gadis masa lalu Ryo?"

"Tidak mungkin. Ryo begitu membencinya, tidak mungkin Ryo masih mau menyebutkan namanya," jawab Ify pada pertanyaannya sendiri.

"Jika aku berada di posisi Ryo. Apa yang akan aku lakukan pada.... Oh?"

Kelopak mata Ify melebar saat beberapa langkah di depannya berdiri seorang pria dengan setelan pakaian kantornya yang terlihat mahal.

Apa dia mengikutiku? pikir Ify kesal. Bibirnya dipaksakan untuk melengkung.

"Lama tak bertemu, Fyka-chan."

***

"Darimana kau tadi?" tanya pria itu santai.

Ify sempat mengernyit. Terakhir kali bertemu bukankah mereka bersilang pendapat? Sekarang apa tujuan orang ini bermanis-manis dengan Ify?

"Mencari seseorang," jawab Ify. Terlalu dingin.

"Ahh," sahut pria itu tanpa dosa. Diminumnya lagi kopi kalengnya yang didapat dari vending machine terdekat. "Rapat akhir-akhir ini membuatku nyaris gila. Jadi aku juga pergi jalan-jalan sebentar."

Apa aku bertanya? batin Ify malas. "Oh, begitu."

"Maafkan aku soal waktu itu," parau Daniel. "Sepertinya aku terlalu takut kau jatuh cinta pada Ryo dan membuatku sendirian lagi. Aku yang memintamu untuk mendekati adikku, aku juga pernah merestuimu untuk jatuh cinta juga dengannya. Tapi aku justru−"

"Daniel," potong Ify. "Ada apa?" tanya Ify mengerti dengan situasi Daniel. Sesuatu telah terjadi. Itulah yang membuat pria ini bicara sepanjang itu.

Daniel memilih diam. Mengetahui kenyataan begitu banyak justru membuatnya takut untuk berkata jujur. "Kutanya sekali lagi, apa kau menyukai Ryo?"

Ify mendelik.

"Apa kau menyukai adikku?" ulang Daniel, penuh penekanan.

Ify menghela napas. "Bagaimana perkembangan pencarian adikku?" Ify enggan menjawab pertanyaan Daniel. Itu bisa memancing emosinya yang naik turun hari ini.

"Ify, tak bisa kau jawab dulu pertanyaanku?"

"Apa kau masih menganggapku teman, Daniel?" Ify kembali bertanya. "Di awal kita bertemu musim dingin lalu. Kau begitu membuat kuterpesona. Kau begitu baik mau membantuku yang kebingungan. Dan kesepakatan bodoh itu pun tercipta.

"Kau memintaku untuk membuat Ryo kembali menjadi adik yang penurut dengan cara mendekatinya." Ify tersenyum tak habis pikir, "tidakkah kau pernah membayangkan. Saat aku telah menemukan adikku. Saat aku harus kembali ke Jakarta dan pergi meninggalkan Ryo. Tidakkah itu akan menyakiti Ryo lagi? Tidakkah itu akan membuat hubungan kalian lebih buruk?"

Daniel bergeming.

"Satu hal lagi." Ify menghela napas. "Ada sesuatu terjadi, di luar rencana kita sejak awal."

"Apa?" tanya Daniel dengan suara berat.

"Sepertinya, aku telah jatuh cinta padanya."


BERSAMBUNG

Cinta mah gitu, datangnya selalu di luar rencana. Kayak aku, niatnya fokus kuliah. Eh, malah naksir seseorang. Kan payah :(

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro