PROLOG

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gadis itu memeluk lututnya. Datang menjadi imigran dalam musim yang paling dia inginkan ternyata tak seindah yang dibayangkan. Kini dia justru terlantar di emperan toko yang sudah tutup. Perut yang sudah bergemuruh sejak tadi semakin memperparah kondisinya yang menggigil.

Salju yang turun. Salju pertama yang justru dalam hati sudah dirutukinya, menjadi pendatang baru hanya dengan celana jeans, kaos dan sweater seadanya juga koper dan tas selempang kecil sama sekali tak menarik iba orang-orang yang sudah berlalu lalang di depannya sejak tadi.

"Indonesia memang yang paling oke kalau soal ramah tamah," gerutunya. Kedua tangannya sudah terus dia gesekkan satu sama lain, usaha terakhir yang dia bisa untuk menjaga suhu tubuhnya.

"Heem... Summimasen−Permisi?"

Gadis itu mendongak, matanya berbinar ketika mendapati seseorang yang berwajah tak asing berdiri tegap di depannya. Menutupi arah salju yang sejak tadi seolah menghujam untuk meledek kebodohannya.

Dia pun tersenyum untuk membalas sapaan itu, semampunya. "So-sorry, I can't speak Japaness," balasnya gagap. Malu sekali rasanya!

Pria yang dia perkirakan usianya tak jauh dengan dirinya itu pun melemparinya senyum. Senyum yang sangat hangat dan ramah. Berbeda dengan orang-orang yang sejak tadi dia lihat. Angkuh dan berjalan tak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. "Kau orang Indonesia?"

Kelopak mata gadis itu pun melebar, terbelalak. Rasanya bersyukur sekali ditemukan oleh orang yang berasal dari negara yang sama. Tanah air beta. Ify pun tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya semangat.

"Kalau kau mau, kau bisa menginap di tempatku malam ini," lanjutnya ramah.

Ify pun berdiri mendengar tawaran menarik itu. Hey! Tempat tinggal hangat, nyaman dan gratis! Itu yang dia tunggu sejak tadi. Tanpa malu-malu Ify pun langsung menarik kopernya dan mengikuti pria asing itu.

Tak apalah orang asing, selama masih satu kewarganegaraan. Setidaknya Ify masih bisa berkomunikasi dengan cukup baik dan tak perlu menahan malu. Sesama warga asing di negara orang harus saling tolong menolong, kan? Itu yang sejak tadi dia pikirkan.

***

Salju pertama telah turun. Pria ini tak peduli dengan desah napasnya yang mengepul sejak tadi. Dia tetap mengayunkan dirinya pada permainan anak-anak itu. Sampai akhirnya dia pun tak sanggup lagi menahan hawa dingin yang menusuk tulangnya. Dia pun beranjak.

Sebuah vending machine kini berada tepat di depannya, sudah lima detik sejak dimasukkannya sejumlah uang koin dan menekan tombol minuman yang dipilihnya. Namun nihil! Tak ada tanda-tanda kaleng minuman akan segera keluar.

"Sial! Kenapa semua hal yang kuinginkan tak pernah tercapai, arhs!" Makinya pada si mesin, seolah mesin itu adalah seseorang yang sudah ingin dihajarnya sejak dulu. Jika dia tak mengingat siapa orang itu dalam hidupnya

BERSAMBUNG

Cerita ini akan jadi selingan pembaca MMIYD, jadi sembari menunggu, baca TP ya ^^

Karena TP sudah ditulis sampai tamat, tinggal post-post aja, hehe... Jangan lupa ajak temen, tetangga, gebetan, pacarnya buat baca TP. Thankyou!

Budayakan Apresiasi (tanda bintang) dan Hindari Plagiasi.

170917

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro