Bab 13 : Eh, kamu disini?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ini pesananmu."



Ervan menyerahkan plastik berlogo minimarket yang langsung diterima Renata. Permpuan itu melongok isinya sebentar. Dia tertegun sesaat.



"Kamu beli ini?" tanya Renata sambil mengangkat sebuah kotak.



Ervan menegok sebentar untuk melihat yang diangkat Renata. Lalu mengangguk.



"Kenapa?" tanya Renata.



"Jaga-jaga aja. Kamu bawa cadangan memangnya?"



Renata menggeleng. Dalam hati, permepuan itu mengagumi tindakan spontan Ervan. Tanpa diminta laki-laki itu membelikan celana dalam untuknya. Sebuah tindakan kecil yang unik. Karena tidak setiap laki-laki ingat hal sesepele ini.



Renata segera membuka bungkus pembalut. Dia mengeluarkan satu pembalut. Perempuan itu juga mengambil satu celan dalam dari tiga yang ada di dalam kotak. Pembalut itu dibungkusnya dengan celana dalam dan dimasukkan ke dalam tas merahnya.



"Kalau gitu, saya ke toilet dulu."



"Eh tunggu!" tahan Ervan.



Renata yang baru saja memegang handel pintu berhenti. Dia menengok ke laki-laki itu.



"Kamu bawa gitu aja?"



Renata mengangguk. "Nggak ribet juga. Dan juga menghindari banyak tanya dari oang lain. Cukup kayak gini, orang nggak akan tahu."



Setelah menjawab seperti itu, Renata pun keluar dari mobil. Dia langsung melangkahkan kaki menuju restoran cepat saji itu.



Tepat sebelum masuk, seorang pelayan juga sedang berada di depan pintu sambil membawa nampan sisa makanan pelanggan.



"Maaf, Mas," panggil Renata.



"Iya, Mbak."



"Toiletnya di mana, ya?"



"Oh. Toilet di dalam, Mbak. Masuk aja, nanti ambil jalan dekat kasir. Di sebelah kanan."


Renata tersenyum berterima kasih. "Terima kasih, Mas."



"Sama-sama, Mbak."



Setelah pelayan itu masuk, barulah Renata mengekori masuk ke restoran. Dia berjalan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh si pelayan. Ikuti jalan yang di sebelah kasir.



Sesuai dengan arahan. Toilet di sebelah kanan. Renata tersenyum karena si pelayan memebrikan intruksi yang sangat jelas. Toilet di sebelah kanan adalah tolet wanita.



***



"Ini." Dengan napas yang terengah-engah, Gandi manaruh plastik berlogo minimarket di atas meja. Dia langsung duduk dan bersandar. Setelah napasnya mulai teratur, laki-laki mengambil gelas colanya dan menyedotnya sampai habis, hingaa hanya terdengar suara es yang diseruput.



"Lo lari?" tanya Regita.



"Iyalah. Daripada lo bocor!"



"Udah bocor, kali!" Regita bangun dari duduknya dan mengambil plastik yang diletakkan Gandi. Dia membawa plastik itu tanpa merasa risih meskipun beberapa pengunjung sempat melirik dan menertawakannya.



"Tunggu!" kata Gandi.


"Kenapa?"



"Lo mau bawa gitu aja?"



Regita melihat plastik yang ditentengnya, lalu mengangguk.



"Nggak malu?"



Regita tertawa kecil. "Ngapain malu. Kan bukan nyolong. Udah ah, keburu tambah banjir."



"Lo tau toiletnya?"



Tanpa berkata apapun, Regita hanya mengangguk. Dia meninggalkan Gandi yang masih terlihat kelelahan.



Setelah melihat Regita berbelok di dekat kasir, Gandi kemudian melanjutkan makannya yang sempat tertunda.


Lari-larian, malah bikin tambah lapar.



***



Renata sedang mencuci tangannya ketika pintu toilet terbuka. Saat menoleh, dia hanya terdiam dan tertawa kecil. Begitu pula Regita yang baru masuk. Dia diam sesaat sebelum kemudian tertawa kecil.



"Kamu kok bisa ada di sini?" tanya Regita.



"Nggak sengaja. Kamu sendiri?"



"Ada yang lagi lapar," jawab Regita sekenanya. Dia kemudian mengeluarkan isi dari platik berlogo minimarket. Ada dua barang di dalam plastik itu. Yang satu sebuah pembalut. Dan satu lagi, satu kotak celana dalam.



Regita melihat celana dalam itu dengna seksama.



"Kenapa?" tanya Renata.


"Gue tadi nitip pembalut doang. Tapi kenapa isinya ada ini juga?"



Renata ikut melihat barang yang dipegang Regita. "Celana dalam?"



"Heem."



"Ya baguslah. Berarti dia peka."



Regita mengangkat bahu. Dia kemudian masuk ke salah satu bilik untuk segera mengganti pakaian dalamnya.



"Re," panggil Regita dari dalam bilik.



"Apa?"



"Kok bisa sih, tujuan kita sama?"



"Nggak tahu. Aku kan Cuma diajak sama Ervan."



"Emang Ervan ngomongnya gimana?"



"Kata Ervan, dia dapat rekomendasi dari temennya."



"Kamu nanya nggak siapa?"



"Dari Citra, katanya"



Pintu bilik terbuka seketika. Regita kemudian membuang sebungkus plastik kecil ke tempat sampah yang ada di ujung.



"Citra," tanya Regita meyakinkan.



Renata mengangguk yakin. Sejenak Regita terdiam. Dia bertopang dagu sambil sesekali matanya menatap langit-langit toilet.



"Ya ampun!" serunya sambil menepuk dahinya.



"Kenapa?"



"Kayaknya ini gara-gara aku, juga, deh." Regita nyengir.



"Apaan?"



"Jadi, beberapa hari yang lalu, aku pasang status whatssap. Isinya foto BeautyLand. Terus aku nulis, 'berharap ada yang ngajak ke sini.', gitu."



Renata masih mengernyitkan dahi. Dia masih belum mengerti arah pembicaraan saudari kembarnya ini. Perempuan itu menggeleng tak paham.



"Ya, kan, aku pasang status itu buat ngode ke Gandi. Supaya dia mau ajak aku ke sana. Terus kayaknya Citra juga lihat status aku."



Barulah Renata mulai memahami apa yang dibicarakan oleh Regita.



"Terus, Citra ngomong ke Ervan. Soalnya dia tahu kalao Ervan lagi pedekate sama orang yang namanya Regita. Gitu?"



Regita menjentikkan jari membetulkan perkiraan adiknya. Dia menghela napas karena sissatnya justru membuat mereka berdua malah terdampar di toilet restoran cepat saji.



"Terus, kok kita bisa samaan datrang bulan, gini?"



Renata mengangkat bahu." Mungkin karena kita lagi sama-sama stres dan tegang."



Keduanya tertawa bersama-sama.



"Ya udah, yuk!"



Kedua gadis itu keluar bersamaan. Saat berada di samping kasir, mereka sama-sama mundur. Keduanya saling tatap penuh rasa horor.



"Kok dia masuk ke restoran sih?" tanya Regita. Renata hanya menggeleng tak tahu. Keduanya sama-sama menoleh menatap ke kasir. Di sana Ervan sedang berdiri memesan sesuatu.







Bogor,
Rabu, 29 September 2021







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro