11. Mandevilla Kingdom.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hal pertama yang disaksikan oleh Alaric dan dua rekannya ketika baru menginjakkan kaki di depan gerbang istana Kerajaan Mandevilla adalah kekacauan. Para prajurit yang berlarian tak tentu arah, para pelayan yang berhamburan keluar dari dalam gedung istana, beberapa pilar gerbang sisi lain yang roboh, taman depan istana pun hancur, dan berbagai kerusuhan terjadi lainnya. Sampai pada titik, seluruh orang yang ada di istana tersebut berkumpul di depan gerbang di sekitar Alaric. Tatapan mereka semua mengarah pada satu titik yaitu ke langit.

Rasa penasaran Alaric membawanya ikut berbalik dan mendongak searah dengan tatapan orang-orang di sana. Dan betapa terkejutnya Alaric ketika yang disaksikannya adalah situasi langit yang tak biasa. Langit masih kemerahan tanda matahari hendak terbenam sudah biasa menjadi pemandangan indah. Namun, pemandangan yang membuat setiap pasang mata merasa ngeri adalah keberadaan Verona yang terbang di atas sana. Verona diam di atas langit seakan berpijak pada sesuatu yang tak kasat mata. Tangan Verona terulur ke atas, mengeluarkan cahaya dari kedua tangannya lalu muncul benang-benang sihir merah menyala yang membentuk ukiran memanjang di luasnya langit.

Ukiran-ukiran yang dibuat oleh Verona seakan membentuk sebuah simbol yang tidak Alaric mengerti. Bentuknya lingkaran dan ada banyak ukiran rumit di dalam lingkaran tersebut. Prajurit, pelayan, Alaric sendiri merasa ngeri dengan kegiatan Verona saat ini. Jantungnya bergemuruh tidak tenang. Lingkaran sihir yang luasnya bisa mencapai ratusan atau kiloan meter itu membuatnya ngeri kalau saja itu adalah sihir bencana yang akan dihadapi oleh Kerajaan Mandevilla.

Sedangkan prajurit dan pelayan yang tidak tahu menahu tentang keberadaan sihir hanya bisa menatap kejadian di atas langit dengan suara teriakan tanda panik sekaligus takut. Tidak hanya pelayan dan prajurit, seluruh rakyat Mandevilla yang keluar rumah dan menyaksikan hal itu pun menangis serta meraung ketakutan. Mereka tidak menyangka akan ada manusia terbang yang mampu mengubah warna langit menjadi merah darah dan membuat lingkaran bercahaya seluas itu.

"Gawat! Itu adalah sihir kutukan!" Reina bersuara dalam kepanikan yang melanda.

"Sihir kutukan?" Alaric bertanya dan menoleh ke arah Reina yang sekarang mengerutkan kening begitu dalam.

"Sihir terlarang yang tidak boleh disentuh penyihir. Sihir itu akan mengurangi setengah usia dari penggunanya. Namun, jika Verona mendapatkan banyak stok kehidupan dari jantung para gadis untuk memperpanjang kehidupannya, maka itu percuma. Usianya akan tetap sedang energi sihir yang digunakannya saat ini adalah hasil dari makanannya selama ini." Penjelasan Reina membuat Alaric bergidik ngeri.

Di dalam pikiran Alaric dipenuhi pertanyaan dan rasa sakit hati. Sudah seberapa banyak gadis yang jantungnya dimakan oleh Verona hingga bisa membuat sihir sebesar itu. Dan rasa sakitnya hatinya semakin membesar karena mengetahui seluruh rakyat Kerajaan Mandevilla akan dijatuhi kutukan.

"Bisakah kau menghentikan Verona?" Alaric mendesak dengan menggoyangkan lengan Reina. Tatapan pria itu teramat penuh harap.

Reina terdiam untuk sesaat. Otaknya kembali mengingat bahwa sistem energi di antara dunia aslinya dengan dimensi manusia tidak sama. Ia harus mengorbankan kehidupan lain untuk mendapatkan energi kehidupannya sendiri. Dan selama berada di dunia manusia, ia tidak mengorbankan kehidupan siapapun karena itu adalah larangan dari perjanjian darah. Ia menyerap energi alam sebagai sumber utama dari energi sihirnya. Namun, simpanan energi yang telah dikumpulkan Reina sebelum pergi ke dimensi manusia tentu saja tidak akan sebanding dengan jumlah energi sihir milik Verona saat ini. Di hadapannya, Verona benar-benar adalah teror yang mengerikan. Dewan sihir di dimensinya tidak akan mudah menjatuhkan hukuman karena Verona sendiri mendapatkan izin dari manusia untuk berbuat kekacauan di sini.

"Aku tidak yakin. Tapi, aku akan berusaha. Untuk sementara, kau masuklah ke dalam istana dan periksa keadaan di dalam." Reina memerintah.

Apa yang dikatakan oleh Reina memang benar. Alaric juga tidak melihat keberadaan Raja Magne dan Putri Allea di luar sini. Sehingga bisa dipastikan jika mereka berada di dalam istana. Lantas, ketiga orang itu pun berpisah. Alaric meninggalkan Reina dan Cyanne yang sudah terbang ke langit menuju keberadaan Verona. Sedangkan ia sendiri berlari masuk ke dalam istana.

Ketika pintu utama istana dibuka, pemandangan yang dilihat oleh Alaric adalah prajurit dan pelayan yang berkumpul di tengah-tengah ruangan dalam keadaan putus asa. Mereka semua menangis. Kejadian itu membuat hati Alaric semakin teriris. Namun, ia kembali ke tujuan utama untuk mencari keberadaan Raja Magne dan Putri Allea. Sehingga ia menghampiri salah satu pelayan yang sedang menangis dan pelan-pelan bertanya kepadanya tentang keberadaan Raja dan Putri.

Mendapatkan informasi dari si pelayan, ia pun segera berlari ke kamar Putri Allea. Raja Magne katanya juga berada di sana. Sepanjang langkah kaki Alaric menuju ke kamar sah putri, yang nampak di hadapannya hanyalah kekacauan dan orang-orang yang putus asa dalam tangisan yang nyaring. Prajurit tidak berada di formasinya dan berlarian tak tentu arah. Pun juga dengan pelayan-pelayan lainnya.

Lantas ketika ia telah berada di depan kamar Putri Allea, ada dua kesatria Kerajaan Mandevilla yang mencegat langkah kaki Alaric agar tidak mendekat lebih jauh lagi. Kedua kesatria itu Alaric sangat kenali ketika ia pernah tinggal beberapa hari di kerajaan ini. Mereka adalah dua dari tiga orang kesatria khusus yang ditugaskan raja untuk melindungi Putri Allea.

"Apa yang kalian lakukan? Aku ingin bertemu dengan Raja Magne dan juga Putri Allea." Alaric bertutur dengan tegas.

"Penasihat Agung Kerajaan Mandevilla memberikan titah agar Pangeran tidak masuk ke dalam ruangan Putri." Salah satu dari kesatria tersebut memberikan jawaban.

"Ada apa sebenarnya? Kalian tahu kondisi saat ini bukan? Lalu mengapa masih menghalangiku juga?" Alaric memberikan serentetan pertanyaan.

Kedua kesatria itu saling pandang terlebih dahulu sebelum salah satunya memberikan jawaban. Masih orang yang sama seperti sebelumnya yang menanggapi ucapan Alaric. Ia berkata, "Ini adalah titah Penasihat Agung."

"Titah Penasihat Agung tidak setinggi titah raja. Biarkan aku masuk dan menerima hukuman jika Raja memang tak suka." Alaric kukuh pada pendiriannya.

"Raja sudah menjadi batu!" Salah satu kesatria yang menjadi lawan bicaranya sejak tadi pun berseru nyaring. Namun, sedetik berikutnya ia segera menutup kembali mulutnya. Wajah si kesatria tampak panik dengan napas yang tak beraturan. Tangannya menutup mulutnya dengan pandangan yang panik.

"Apa maksudmu dengan menjadi batu?" Pangeran Alaric bertanya tidak mengerti.

"Biar saya yang memberikan penjelasan rincinya, Pangeran Alaric." Suara orang lain menginterupsi.

Dua kesatria itu lantas berpindah tempat ke sisi kanan dan kiri lorong, memberikan jalan untuk si pemilik suara yang berasal dari belakang mereka. Itu adalah Penasihat Agung Kerajaan Mandevilla. Lelaki paruh baya yang rambutnya sudah bercampur putih dan hitam itu berjalan tegap mendekat ke arah Alaric lalu berhenti tepat di hadapannya. Tak luput pula ia beramah tamah selayaknya seorang Penasihat Agung yang tengah menyambut kedatangan dari pangeran kerajaan lain. Sang Penasihat Agung membungkukkan badan, tidak sampai sembilan puluh derajat karena penghormatan itu hanya untuk kerajaan sendiri.

"Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi di sini." Alaric bertitah.

Lantas, sang Penasihat Agung pun mulai memberikan penjelasannya. Tentang sesosok yang dikiranya manusia berambut merah tiba-tiba sudah berada di dalam istana dan mengaku-ngaku sebagai teman Putri Allea hingga meminta bertemu dengan sang Putri. Namun, mereka tidak pernah menyangka bahwa mempertemukan wanita berambut merah dengan sang Putri akan menjatuhkan kutukan mengerikan yang meneror mereka semua.

.
.
.

🌹🌹🌹

Bersambung ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro