3 Best People

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Berbicaralah seperlunya. Dan bertindaklah lebih banyak dibandingkan bicara mu. Karena kita lebih butuh hasil bukan omong kosong,"


Terlihat 15 orang siap dengan senjata mereka masing-masing. Mereka melingkar sembari menatap satu persatu lawan mereka.

Seorang perempuan berambut pendek dengan pakaian serba hitam menatap datar 15 orang yang di bawah mereka.

"Mulai!" serunya. Ia memantau pertarungan yang sengit itu dari atas Balkon Ruangan.

15 orang itu saling bertarung.

Sejak awal memantau, Viara sudah merasa tertarik dengan 3 orang gadis yang sepertinya memang memiliki bakat yang tidak biasa.

Salah satu dari mereka yang Viara tau bernama Angelista slalu melepaskan peluru tepat sasaran meski dari jarak jauh dan tidak dalam keadaan diam. Dia berusaha menghindari perlawanan tetapi masih bisa membidik dengan tepat. Itu bukan hal yang mudah. Satu-satu nya penembak terbaik yang Viara kenal adalah Selena.

Dan gadis yang memegang pisau kecil itu sangat cekatan. Permainan pisau nya sangat mencengangkan. Dia menggerakkan pisau seolah itu adalah tangan nya sendiri. Bahkan dia bisa melempar pisau nya dari jarak jauh dan mengenai tepat di dada kiri salah satu dari ke 15 orang.

Dan, Adiera. Gadis keras kepala yang mengira bahwa Mafia ini hanyalah sekedar perkumpulan Perampok bodoh tidak berpengalaman. Anak yang sombong. Tetapi permainan pedang nya luar biasa. Tidak ada keraguan dalam setiap gerakan nya. Benar-benar gadis yang kejam karena sangat menginginkan kematian orang lain. Dia tidak segan menusuk salah satu mata lawan nya. Bahkan ada yang jari nya sampai terputus. Dia memiliki firasat yang tepat karena dia bisa menebak setiap gerakan lawan.

"Kekejaman yang sangat di butuhkan." batin Viara tertarik.

Seorang wanita mendekat pada Viara lalu membisikkan sesuatu pada gadis itu. Viara mengangguk, lalu wanita itu mundur dan Viara menekan ipad yang berada di tangannya.

Dari atas sana, Viara yang menjabat sebagai Ketua Tim Informasi terlihat berbicara dengan seseorang.

"Mereka bertarung dengan kekuatan dan otak mereka. Mereka tidak mengandalkan kekuatan, tapi juga ketepatan dalam mengambil keputusan. Tapi anak itu, dia bermain dengan emosi dan kekejaman," ujar Viara sambil melirik Angelista, Charlotte dan terakhir Adiera.

"Bagaimana kondisi mereka?" sebuah suara terdengar dari entah mana.

"Kondisi mereka semua masih baik, hanya saja ada beberapa yang telah tumbang," Viara menatap santai tubuh orang-orang yang telah berada di lantai itu.

"Bagus! Aku tak sabar bertemu dengan orang-orang inti itu,"

"Baiklah Rum."

Komunikasi terputus. Tak ada yang tau teknologi yang mereka kembangkan. Viara Sang Ketua Tim Informasi mengembangkan alat komunikasi yang dibuat dengan warna kulit pengguna.

"Selena sudah siap kan?" tanya Viara pada orang di belakangnya.

"Dia sudah siap Nona." Viara mengangguk.

Selang beberapa jam, tersisa tiga orang yang ingin saling menyerang. Viara langsung bertindak. Ketiganya membeku sebelum senjata mereka menyabet lawan mereka.

Adiera seolah ingin menebas kepala Angelista, sedangkan Angelista menggenggam pistol yang ia letakkan di kepala charlotte, dan charlotte yang sudah menempelkan pisaunya di leher Adiera.

"Kenapa tubuhku gak bisa bergerak?" tanya Angelista.

"Sial!" desis Die.

Ketua Tim Informasi itu langsung naik ke atas Pagar Balkon dengan sekali lompatan membuat pandangan ketiga orang itu mengarah padanya karena cahaya lampu menyoroti dirinya dari belakang. Viara langsung melompat ke bawah dengan mulus tanpa terjatuh sedikitpun, lalu ia mendekat pada ketiga gadis yang saat ini telah ia bekukan dan jangan lupakan ipad kesayangannya yang setia berada di kedua tangannya.

Charlotte melirik seorang gadis muda yang mendekat ke arah mereka.

Mereka semua memiliki firasat yang sama tentang gadis itu terutama Adiera.

Wajahnya tidak terlihat jelas karena minimnya cahaya.

Begitu gadis itu berdiri di depan mereka, barulah mereka menatap wajah gadis itu.

Dengan posisi membeku, mereka menatap gadis yang semenjak mereka datang kemari berada di lantai atas menonton keahlian mereka.

Adiera yang memiliki firasat selalu tepat langsung melayangkan pernyataan dingin.

"Kau yang membawa ku ke perkumpulan konyol ini?" Viara tersenyum pada Die.

"Iyup kau benar! Aku orangnya," Charlotte dan Angel memperhatikan wajah Viara. Wajah gadis itu sepertinya seusia mereka.

"Perkenalkan aku Viara Rexia!" Viara mengetik di ipad yang sejak tadi berada di tangannya.

"Aku adalah Ketua Tim Informasi Organisasi ini," lanjutnya sambil menatap mereka bertiga.

Lalu secara otomatis. Die, Angelista dan Charlotte terlepas dari tubuh mereka yang membeku.

Die yang terlepas langsung melayangkan pedangnya ke leher Viara. Tapi lagi-lagi, tubuhnya membeku.

"Siapa kau? Kenapa kau menginginkanku!" Viara tersenyum lalu mengambil pedang Alyadiera dan melemparnya jauh.

"Bukan aku, tapi Negara yang menginginkanmu," sahut Viara sambil menekan kembali tombol yang membuat Die kembali bergerak bebas.

"Seakan aku peduli? Aku akan pergi! Aku punya hal yang lebih berguna daripada berkumpul dengan perampok idiot seperti kalian!" ujar Die datar.

"Kau tidak boleh pulang sebelum menuntaskan misi ini!" seru Viara tapi Die tetap berjalan. Ia mengambil pedangnya yang terlempar lalu pergi.

Tapi, sedetik kemudian tubuhnya membeku.

"Teknologi sialan!" umpat Die.

"Setidaknya kau harus bertemu dengan Rum," ucap Viara sembari tersenyum.

"Siapa Rum?" kali ini Charlotte yang sedari tadi diam bertanya. Viara menoleh pada gadis penyuka pisau itu.

"Rum adalah pemimpin Organisasi kita ini," jawab Viara.

"Kita?" Viara mengangguk pada Angelista yang bertanya.

"Iya, aku akan ikut bersama kalian sebagai kelompok,"

"Ditambah satu orang lagi," tambah Viara.

"Siapa-" pertanyaan Charlotte kepotong oleh seruan kasar Die.

"Aku tidak akan berada di kelompok manapun terutama kelompok beranggota lemah seperti kalian!" ucapnya seraya menatap Viara lalu beralih ke Charlotte dan Angelista.

"Ataupun satu orang yang kau maksud dan aku tidak akan menyia-nyiakan waktu berharga ku hanya untuk bertemu dengan orang yang kau panggil Rum itu!" desis Die.

Viara menghela nafas sebelum menekan beberapa tombol di ipad nya.

Tiba-tiba, tubuh Die melayang.

"Bedebah dengan teknologi sialan nya!" gumam Die datar.

Dia sudah Firasat bahwa Gadis Ipad itu pasti mengendalikan diri nya dengan sebuah teknologi.

Viara menatap Angelista dan Charlotte.

"Jika kalian ingin tahu kenapa kalian mendapatkan pesanku maka ikutlah denganku. Rum akan menjelaskannya dan kalian akan bertemu dengan satu orang lagi di Ruangannya."

Charlotte dan Angelista saling menatap. Viara membentuk garis vertikal lalu lurus dan berjalan ke Ruangan R Secara otomatis, Die yang melayang juga ikut bersamanya.

"Nona ipad! Buat diri ku kembali berpijak dengan tanah! Atau aku akan membunuh mu menggunakan sinar laser yang keluar dari mata ku." Kata Die malas. Dia tidak tengah bercanda, justru tengah merendahkan. Dan seperti itulah cara nya memohon.

Charlotte dan Angelista ikut tanpa banyak bicara.

#####

Tiga orang gadis berjalan di Koridor sepi dengan seorang gadis yang melayang mengikuti mereka.

"Hei Nona ipad! Turunkan aku!" tapi Viara sama sekali tidak menggubris seruan dari Die.

"Ck. Perampok idiot, liat saja, akan ku penggal kepala mu selepas dari kutukan ini." melihat ucapannya sama sekali tidak dijawab membuat gadis pembunuh itu diam sembari memangku tangan.

Viara berhenti membuat ketiga gadis yang mengikutinya ikut berhenti. Gadis itu berbalik belakang menatap Alyadiera yang melayang.

Sembari tersenyum ia berucap. "Diam lah! Nanti kalau kau ribut lagi, maka aku akan sangat terpaksa melemparkanmu ke lautan ikan hiu yang sedang berenang. Di ruangan paling bawah tempat ini, terdapat sekumpulan ikan hiu. Jadi jangan coba-coba!" serunya ceria lalu melanjutkan perjalanan meninggalkan Charlotte, Angel dan Die yang cengo karena mendengar ucapan Viara tadi.

Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya mereka berhenti di depan pintu sebuah Ruangan.

"Jaga sikap! Di dalamnya terdapat Rum, ketua Organisasi ini dan Selena yang akan menjadi ketua kita nantinya. Jangan pernah memancing emosinya!" Viara berbicara tanpa menoleh. Nada suaranya rendah dan tenang tapi tersimpan nada mengancam didalamnya.

"Yeah, pimpinan perampok." Sahut Adiera dengan menjengkelkan.

Gadis itu memasukkan kode untuk membuka Ruangan.

Kode Ruangan itu menggunakan Password yang hanya dimiliki oleh orang tertentu. Charlotte menghitung digit Password itu dan ia menghitung ada 17 angka.

Pintu terbuka, membuat jantung mereka bertiga terpompa karena akan menemui Leader dan Ketua mereka nanti.

Viara masuk dan menyapa dua orang yang salah satunya sedang duduk di sofa single Ruangan itu.

"Rum! Lena!" ucap Viara. Ia langsung berdiri di sebelah kiri Rum, Sang Leader. Sedangkan di sebelah kanan Rum ada Selena yang menatap datar ketiga orang itu.

"Ah. Jadi kalian tiga orang terpilih itu?" Rum menatap ketiga orang yang berada di depan dengan salah satunya melayang.

Rum menatap Adiera yang masih melayang lalu menatap Viara dengan heran.

"Kenapa dia melayang?" tanyanya pada Viara.

Viara menepuk dahinya karena melupakan Adiera yang masih melayang. "Ups. Maaf lupa," gadis itu menekan ipadnya untuk menurunkan gadis Mafia itu.

"Dari tadi kek!" seru Adiera yang telah menginjak lantai kembali. Ia memangku kedua tangannya.

"Maafkan dia. Terkadang gadis ini agak pelupa akan sesuatu saking seriusnya," ucap Rum santai, sembari memukul kepala Viara dari belakang.

"Aww!" teriak Viara. Pukulan Rum tidak terlalu kuat tapi mampu membuat belakang Kepala gadis itu berdenyut sebentar.

"Owh, jadi kau dan kau, Mister dan Miss pimpinan perampok yang dengan tidak elegan nya menculik ku ke sini? Sangat sialan dan menyebalkan. Jadi, kapan aku bisa kembali ke kamar indah ku?" tanya Adiera datar sambil memandang pemuda dan gadis di hadapannya yang mengaku sebagai Leader.

Rum sedikit tertawa, "Dia benar-benar anak yang menyebalkan, bukan?" desis Rum di telinga Selena.

"Dan kau seperti nya akan punya saingan." Sahut selena dengan suara kecil.

Viara memutar mata malas.

'Dua pimpinan yang luar biasa!' batinnya.

Sementara Charlotte dan Angel saling menatap bingung sambil menebak-nebak apa yang sebenarnya di bicarakan dua orang di hadapannya.

"Jadi bagaimana?! Aku ada pertemuan dengan beberapa idiot-idiot ku!" Kesal Adiera yang tubuh nya untuk kesekian kali nya membeku akibat ulah jari Viara.

"Baiklah Nona pemarah, biar ku jelaskan agar kau bisa cepat pulang dan bertemu idiot-idiot mu," sahut Rum.

"Perkenalkan. Namaku Rum! Leader kalian," ia melirik ke arah Selena yang hanya diam.

"Dia adalah Ketua kalian nanti, Selena Arabella My Silver!"

Bermacam-macam ekspresi yang ketiganya keluarkan saat melihat Selena.

Angelista menatap penasaran sosok Ketuanya itu.

Charlotte menatap Selena dengan raut wajah biasa karena menurutnya ia sudah biasa menatap orang seperti Selena. Gadis berwajah datar.

Sedangkan Adiera memutarkan bola matanya menatap Selena yang menatapnya datar. Adiera memiliki firasat bahwa Leadernya ini semacam Crush pada Ketuanya itu.

"Kalian juga pasti kenal dia? Dia adalah Viara Rexia, Ketua Tim Informasi Organisasi kita," Rum menjelaskan tentang Viara.

Charlotte dan Angelista berekspresi biasa saat Rum menjelaskan Viara. Karena mereka sudah tahu latar belakang gadis itu, berbeda dengan Adiera yang mendengus menatap gadis yang melayangkannya tadi.

Viara yang menglihat Adiera mendengus ke arahnya langsung menghadiahkan gadis itu dengan tatapan tajam membuat Adiera langsung berekspresi datar. Beberapa lama kemudian, Viara melepaskan tubuh Adiera agar gadis itu dapat bergerak lagi.

Semakin sering dia menghadiahi Adiera dengan tubuh yang membeku, maka semakin Adiera akan membantah nya. Dia harus mencari cara lain untuk membuat Adiera tunduk.

'Anak yang merepotkan.'

Setelah beberapa keheningan, Rum kembali angkat suara.

"Dan, ini organisasi penting. Kita bekerjasama dengan keamanan Negara dan... Bukan sekelompok perampok idiot seperti yang kau miliki, Nona Adiera." Jelas Rum.

Adiera mengerutkan dahi 'Dari mana dia tahu aku memiliki sekelompok perampok idiot? Aku kan tadi hanya mengatakan bahwa aku harus bertemu idiot-idiotku?'

Angelista akhirnya dengan segala keingin tahuannya membuka suara.

"Lalu setelah kami semua berkumpul, apa yang akan kami lakukan? Kau tau bukan, pasti ada alasan kita di kumpulkan di sini?" tanyanya.

"Kalian akan mendapatkan tugas. Tugas kalian yang pertama adalah istirahat terlebih dahulu," ucapan Rum membuat semangat juang Die sirna seketika.

"Sebenarnya, Ada berapa banyak tugas nantinya?" Tanya Charlotte.

"Kau akan tau nanti." singkat Rum.

"Apa akan ada darah di sana?" tanya Adiera yang sebenarnya bermaksud menanyakan apakah ada pembunuhan dengan raut wajah tertarik.

"Maybe yes maybe no," Adiera mendengus kesal mendengar jawaban Rum.

"Ah. My Silver!" ia menoleh ke arah Selena.

"Apa kau bisa mengantarkan ketiga gadis ini menuju ke kamar mereka masing-masing? Aku dan Viara harus berdiskusi tentang suatu hal," Rum ingin menghentikan perdebatan tentang kekuatan Viara.

Tanpa berkomentar Selena menjalankan perintah Rum. "Ikuti aku!" serunya pada ketiga gadis itu lalu mereka meninggalkan Ruangan.

"Jadi, Nona pimpinan, kapan aku bisa kembali ke rumah indah ku?" Tanya Adiera.

Selena memutar mata dan mengacuhkan pertanyaan Adiera.

"Luar biasa sekali. Aku berada di dalam kelompok yang anggotanya tuli semua." Cibir Adiera.

"Dia anak yang terlalu banyak bicara" gumam Angel.

Charlotte mengangguk. "Siapa nama mu?"

"Angel. Dan kau?"

"Charlotte. Senang berkenalan dengan mu,"

"Tidak ada yang bertanya siapa nama ku?!" Kesal Adiera.

Charlotte dan Angel saling menatap lalu mengangkat bahu acuh.

_______

Di Ruangan itu hanya tersisa Rum dan Viara.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya Rum?" tanya Viara yang berdiri di depan Rum yang masih duduk di Sofa single di Ruangan itu.

"Kau tidak lupakan tugasmu itu?" Rum sepertinya mengalihkan pembicaraan dan Viara mengetahuinya.

"Akan ku laksanakan,"

"Bagus,"

"Aku ingin kau menjaga mereka agar mereka tidak berbuat ulah nanti," Viara mengangkat satu alisnya.

"Karena aku membutuhkan kau. Hanya kau yang bisa melihat segala sesuatu dari berbagai sisi. Kau adalah orang yang selalu berpikir dengan kepala dingin, sehingga kau mungkin bisa mengendalikan ketiga gadis itu seperti kau mengendalikan Selena----"

"Selena bukan robot! Lagipula aku dan dia berteman!" senyuman Rum terlihat mengembang.

"Itu artinya Kau harus bisa menenangkan mereka jika salah satu dari empat gadis itu emosi. Dalam artian kau harus bisa berteman dengan ketiga gadis itu nantinya,"

"Terlebih lagi kau tahu sendiri jika Selena itu mudah meledak seperti Bom waktu,"

"Sialan," umpat Viara membuat tawa Rum menggema di Ruangan itu.

Viara mengerti sekarang. Mengapa Rum yang memintanya bukan Selena.

"Aku mengerti,"

"Istirahatlah!" Viara menunduk pada Rum sebelum meninggalkan Ruangan.

Tapi sebelum pintu Ruangan tertutup rapat. Viara mendengar ucapan Rum.

"RB berpesan! Kau harus selalu waspada."

Ting.

Pintu tertutup rapat.

Gadis manis itu tersenyum kecil.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro