49. The Saddest Sadness

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gadis melihat suaminya begitu melihat anaknya pergi. Dia tersenyum pada suaminya. Dibelainya wajah lelaki itu dengan lembut seperti yang dilakukannya selama ini. Cinta yang dia usahakan muncul demi menjaga perasaan Goldie kini benar-benar menjadi cinta yang luar biasa untuk lelaki itu. 

"Kau tidak punya jalan keluar untuk kita, kan?" kata Humbert sambil mengelap darah di dagunya.

"Maaf," balas Gadis sambil meneteskan air mata.

Humbert memeluknya. "Selamatkan dirimu, Sayang. Lakukan apa pun asal kau bisa menyelamatkan diri dan anak-anak."

"Aku tak tahu caranya hidup sendirian lagi." Gadis berusaha menarik napas dalam. "Sudah sekian lama aku hidup dengan membiarkan kau memanjakanku. Rasanya akan sulit kalau aku harus hidup sendirian lagi."

Dia sudah berusaha tersenyum, tapi air matanya tak mau berhenti.

Humbert tersenyum. "Aku beruntung memiliki istri seperti dirimu. Kau bukan hanya memberiku banyak anak lucu, tapi juga kesetiaan yang tidak bisa didapatkan orang lain dengan mudah di dunia modern ini. Teman-temanku kehilangan istrinya karena istrinya tidur dengan lelaki lain yang lebih muda."

Gadis tertawa. "Kau membual. Teman-temanmu berlangganan pelacur siang dan malam."

Humbert tertawa. "Teman yang berbeda, Sayang. Intinya, mereka semua berselingkuh. Mereka semua tidak bisa mempertahankan cinta dalam hati mereka, tapi kita bisa membangun semuanya di hampir sembilan tahun terakhir ini dan aku yakin angka itu akan terus berlanjut kalau tidak ada bedebah ini."

"Aku mencintaimu, Humbert," kata Gadis dengan sungguh-sungguh. "Apa pun yang kau dengar tentang aku dan Juan hanyalah masa lalu. Aku sungguh-sungguh mencintaimu."

"Aku tahu, Sayang. Aku benar-benar tahu apa yang kau rasakan," ucap Humbert perlahan.

Gadis memeluk suaminya lagi. Dia membisikkan banyak kata cinta dengan penuh keyakinan. 

Dia sadar benar kalau dia memang mencintai Humbert sekalipun Juan memegang peranan penting dalam hidupnya di masa muda. Perasaannya pada Humbert begitu dewasa sampai dia tidak berharap lelaki itu memberikannya keromantisan yang muluk. Dia hanya meminta Humbert membuat hatinya tenang dan memberikan ruang baginya untuk sendirian. Yang diberikan lelaki itu lebih dari yang dia harapkan.

Pemberian Humbert jauh lebih banyak daripada yang dia harapkan. Tidak ada yang bisa membayar untuk sebuah ketenangan, kebahagiaan, dan rasa dihargai oleh seorang suami. Banyak perempuan yang menikah, tapi tidak mendapatkan semua itu.

Tiba-tiba, pintu besar ruangan itu terbuka. Juan masuk beserta dua orang pengawal bersenjatanya. Lelaki itu terkejut mealihat Gadis dan Humbert sudah tidak terikat lagi. Mereka berpelukan dengan seorang pengawalnya terbaring di lantai dengan bersimbah darah.

Bukan pengawal bertubuh besar yang tewas itu yang membuat Juan marah, tapi Gadis yang berpelukan dengan suaminya.

Selama ini Juan membayangkan Gadis berada di tempat yang kecil, suram, hanya berdua dengan bayi kecilnya itu saja. Dia membayangkan Gadis setia untuk tidak bersama dengan siapa pun selamanya, sama kesepiannya dengannya.

Setelah melihatnya tadi, Juan melihat lewat kamera yang dibawa oleh salah satu pasukannya kalau Gadis telah hidup dalam kekayaan yang cukup untuk membuatnya bahagia. Dari keterangan mata-matanya, Gadis telah menjadi pengusaha barang perlengkapan bayi yang sukses. Dia bukan hanya memiliki satu toko utama dan tiga toko cabang yang sukses di Ibukota, tetapi juga lima toko online yang telah merajai pasar. Bisnis milik Gadis telah mengakar dan membuatnya jadi perempuan yang mandiri.

Gadis tidak membutuhkan suami untuk hidup. Dia membutuhkan suami untuk merasa dicintai dan Humbert memberikan semua itu untuknya.

Humbert sama sekali tidak tertarik untuk mengambil keuntungan dari Gadis. Dia tetap mengerjakan semua pekerjaannya dan yang lebih mengesankan, dia bisa mengembangkaan kemampuan agar bisa mendirikan kelas miliknya sendiri. Mereka bukan hanya suami istri biasa, tapi pasangan yang saling menguatkan dan sempurna. Cinta yang dewasa milik mereka telah melahirkan anak-anak sopan yang berkarakter dan bisa merangkul Goldie untuk menjadi remaja yang baik.

Juan merasa seperti sebutir pasir di depan dua orang yang saling mencintai itu. Semua itu membuatnya semakin sakit hati.

Patah dalam hatinya membuatnya mengambil senapan milik salah satu penjaganya dan menodongkan senapan itu pada Gadis. Tentu saja Humbert melompat menyelamatkan istrinya, tapi pengawal Juan memeganginya, melemparnya ke lantai dan menginjak rusuknya yang sudah nyeri sekali sejak tadi.

"Aku tahu kau memanfaatkanku," tuduh Juan pada Gadis yang tetap tegar di depan moncong senapan. "Kau tidur denganku hanya karena kau ingin keluar dari sana. Iya, kan? Kau sama sekali tidak mencintaiku. Kau hanya mempermainkanku seperti gadis lain yang mencari keuntungan dariku."

"Aku mencintaimu, Juan. Aku pernah begitu mencintaimu. Aku bukan pelacur yang melakukan segalanya hanya demi keuntungan. Aku pelacur yang melakukan segalanya karena cinta yang pertama kali kurasakan."

Hati dua lelaki berdesir mendengar Gadis mengatakan hal itu.

"Tapi, setelah tahu dengan iblis macam apa aku tidur, rasanya aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Sepanjang kehamilan itu, aku terus menyalahkan diri sendiri karena telah menghancurkan masa mudaku dengan tidur denganmu."

"Kareka luka ini? Kau menganggapku monster karena luka ini? Kau menikahinya karena dia tampan dan tidak punya kecacatan?"

Gadis menggeleng. "Bukan luka itu yang membuatmu menjadi monster. Bukan luka itu yang membuatmu jadi tidak disukai banyak orang. Aku yakin tidak ada yang peduli pada luka pada wajahmu selain orang-orang yang memang memuja kecantikan dan kesempurnaan fisik, seperti semua orang di lingkungan kayamu itu. Mereka menyebutmu monster karena kau memang iblis. Kau membunuh anak-anak gadis tidak berdosa, membuat banyak keluarga menangisi mereka hanya karena bisnis yang kau buat."

"Aku tidak menculik anak-anak yang tidak berdosa. Aku mengambil pelacur-pelacur itu dari hidup mereka. Semua pelacur itu tidak pantas hidup. Lebih baik aku menghancurkan mereka sebelum mereka besar dan menghancurkan banyak lelaki lain."

"Pelacur? Apa menurutmu darah dagingmu juga pelacur?"

Juan menelan ludah.

"Kau memberikan sperma padaku yang menghasilkan anak perempuan, Juan. Kau yang membuat dia menjadi ada. Dengan sperma Humbert aku mendapatkan anak-anak lelaki. Tanpa spermamu, aku mungkin tidak akan mendapatkan Goldie. Kau tahu kenapa Tuhan membuat spermamu menghasilkan anak perempuan?"

Juan diam saja, hanya rahangnya yang semakin menjadi keras.

"Karena Tuhan ingin kau merasakan bagaimana jika kau memiliki seorang anak perempuan dan anak itu jijik pada kelakuanmu." Gadis menjawab pertanyaannya sendiri. "Tidak ada yang peduli pada lukamu, Juan. Hanya kau yang memikirkannya. Semua orang ketakutan padamu karena perilakumu yang menghasilkan teror. Kau menyakiti banyak orang, banyak keluarga. Kau mendanai perang yang seharusnya tidak perlu terjadi. Kau menghancurkan banyak orang yang seharusnya bahagia. Kau menghancurkan banyak gadis yang seharusnya memiliki masa depan. Kau menjadikan dirimu sendiri monster. Sekarang, kau menyalahkanku atas semua itu?"

Lagi-lagi Juan hanya diam saja. Matanya yang lurus menatap mata Gadis mulai berkaca-kaca.

"Kalau kau hanya lelaki biasa pun aku akan mencintaimu, Juan. Kalau kau hanya orang tanpa pekerjaan dengan bekas luka seperti itu pun aku akan mencintaimu. Aku mencintai seorang karena sesuatu dalam dirinya. Tapi, di dalam dirimu ternyata hanya ada monster. Di dalam dirimu hanya ada iblis yang kau sembah bersama rekan-rekan dalam organisasimu. Di dalam dirimu tidak ada tempat untuk cinta."

"Aku mencintaimu. Aku menghabiskan hidup untuk mencintaimu, Jalang!"

Gadis menggeleng. "Kalau kau mencintaiku, tentu kau tidak akan melakukan semua pembunuhan itu. Kalau kau mencintaiku, tentu kau tidak akan berusaha menyentuh Goldie saat pertama kali melihatnya. Kalau kau mencintaiku seharusnya kau berhitung berapa usia anakmu yang kau tahu telah kulahirkan. Seharusnya kau berpikir bahwa mungkin saja gadis-gadis yang kau bunuh untuk memuaskan organisasimu itu ternyata adalah anakmu. Bisa saja ternyata mereka adalah darah dagingmu. Tapi, kau tidak memikirkan itu. Kau hanya budak dari egomu. Kau kesepian karena kau memang terkutuk. Jiwa-jiwa semua gadis yang kau hancurkan itulah yang mengutukmu. Mereka semua berdoa pada Tuhan agar kau binasa, agar kau menjadi tidak bahagia selamanya. Selamanya."

Dengan wajah seperti akan muntah, Juan bertanya, "Apa kau bahagia?"

"Tentu saja," jawab Gadis dengan suara yang lebih pelan. Dia melihat suaminya. "Dia telah memberikanku banyak sekali, sangat banyak sampai aku yakin tidak akan bisa membalasnya. Dia bukan hanya mencintaiku dan menjagaku, tapi juga menutup dosaku dan menjadikanku perempuan yang jauh lebih baik. Kau tidak akan pernah tahu betapa kebahagiaan itu telah membuatku lupa kalau aku pernah mencintaimu. Kalau bukan karena bertemu denganmu lagi, tentu aku sudah sama sekali lupa padamu. CIntaku hanya untuknya saat ini. Hanya untuk suamiku."

Bagi orang lain, semua kalimat Gadis hanyalah kalimat biasa, sama sekali tidak menyakitkan. Namun, bagi Juan semua kalimat itu seperti belati yang menyakitinya. Hatinya gelap, sama seperti otaknya yang terasa panas seperti baru saja terbakar. Dia berbalik dengan senapannya, langsung menembak Humbert tepat di kepala. 

Gadis menjerit sekeras dia bisa. Dengan kedua tangannya, dia memukuli Juan, tapi Juan mencampakkannya ke lantai. Gadis merangkak pada mayat suaminya, memeluk suaminya dengan sayang. 

Sekalipun telah membunuh satu-satunya lelaki yang menghalangi dirinya dan Gadis, tetap saja Juan tidak merasa lega. Dia justru merasa lebih sakit dari sebelumnya. Sebuah fakta yang sangat mengerikan, bahkan setelah suaminya mati, Gadis masih tetap mencintai lelaki itu. gadis masih tetap tidak melihat Juan sama sekali.

Juan menekan moncong senapan ke kepala Gadis. "Susul dia ke neraka," desisnya pada bagian belakang kepala Gadis.

"Lakukanlah," ucap Gadis dengan lirih di antara isak tangisnya. "Kami mungkin akan ke neraka, tapi kau akan hidup di neraka selamanya. Kau akan merasakan rasa sakit seperti berada di neraka, bahkan saat kau masih bernapas."

Gadis berpaling melihat Juan dengan matanya yang basah. Mata itulah yang membuat Juan tak bisa menekan pelatuk. Mata itulah yang membuat Juan kehilangan keinginan untuk menyakiti. Di dalam kepalanya ada suara kecil yang sangat asing baginya. Suara itu berbisik, "Peluk dia! Bukankah itu yang selama ini kau inginkan? Kau telah melakukan banyak kesalahan. Jangan ulangi lagi! Peluk dia sekarang juga!"

Sayangnya, suara yang lebih besar menahan dirinya. Suara itu tidak memberikan perintah apa pun, hanya berdeham saja, tapi suara itu berkuasa atas diri Juan. Suara itu yang selama ini menjadi kesayangan Juan, selalu diberi makan dan dipelihara dengan sangat baik. Suara itu bernama ego.

***

Nggak ada yang bisa memaksakan cinta dan cinta itu bisa banget hilang kalau kita menemukan seseorang yang bisa membuat kita jadi dewasa. Seiring dengan mendewasanya kita, kita akan melihat dunia dari sisi yang jauh lebih baik. 

Jadi, Goldie sendirian sekarang?

Menurut kalian siapa yang bakal dimintain tolong sama Goldie?

Ayo cobak hitung rentang tahun dari sejak Goldie belum lahir sampai sekarang dan kira-kira siapa jagoan yang mungkin muncul.

See you next part, Bees!

Love,

Honey Dee

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro