Chapter 17: Kucing - Snow Bell

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Anak bebek ingin berenang, pergi naik ke puncak gunung, ibu bebek memangil, kwek kwek kwek."

Para anak bebek berbaris di pingir jalan lalu menyanyikan sebuah lagu. Lagu itu mereka nyanyikan secara bersamaan, saat masuk ke lirik 'kwek kwek,' maka tiba-tiba saja keadaan menjadi riuh, seriuh pasar bebek.

Pagi yang cerah datang bersama barisan anak bebek, suasana menjadi gembira. Cuaca cerah, udara hangat, dan suara kegimbiraan anak-anak hewan di Desa Pinus menjadi pagi yang ceria.

Sementara itu beberapa kepik jinga dan merah, bertotol hitam berterbangan di udara, mereka para kepik labu. Kemunculan mereka artinya saat ini sudah memasuki musim panen buah labu. Kepik-kepik itu terbang seperti seolah-olah meloncat dari daun ke buah labu. Mereka berjalan berputar-putar di atas buah labu.

Hari ini Melinda bersama dengan adik kucing Bell akan membeli buah labu. Diperjalan Bell selalu digendong dan dipeluk oleh Melinda, Bell senang, dia dielus dan dicium, bulu Bell putih dan bersih, meongannya juga kecil, Bell menjadi adik kucing yang sangat disayang.

Setelah melewati puluhan rumah, mereka sampai di ladang labu. Banyak labu besar terlihat kencang, mengembung, berwarna jinga, dan merah, namun ada sedikit warna hijau di sela kulit buah labu-labu besar itu.

"Waw! Besar sekali buah labu disini, saat pulang akanku ceritakan pada kakak," kata Bell. Bell suka bercerita dan dia juga suka mendengar cerita, adik kucing yang bersemangat.

Jauh didalam ladang ada sebuah rumah kecil, disana ada Pak Roni dan Bu Roni, namun hari ini mereka sedang ada urusan di Jakarta, jadi orang yang bisa mereka temui hanya Nina anak Pak Roni
Nina baru datang dari kota.

"Hai Melinda, sudah lama tidak bertemu," kata Nina. Nina anak perempuan satu-satunya di keluarga itu, di tahun ini dia berusia 14 tahun, satu tahun lebih tua dari Melinda.

"Hai kak Nina, bagaimana kabar mu?" tanya Melinda.

"Baik, tapi sebaiknya kau masuk dulu, aku baru saja membuat kue bingka labu, juga ada kue gorengan labu," kata Nina dengan bersemangat.

Tercium bau manis didalam rumah Nina. Merela masuk dan minum secangkir teh melati dan kue bingka labu yang lembut, juga gorengan labu yangbrenyah dan masih panas. Bell juga dapat kue bingka dan gorengan labu, Bell senang.

"Kucing mu besar," kata Nina heran melihat ukuran Bell dan ketebalan bulunya. "Benar-benar seperti gumpalan kapas. Dia makan apa?"

"Apa saja, hehe... Dia selalu makan."

"Eh, aku juga punya kucing. Aku memeliharanya 2 tahun yang lalu di kota, dia ada disini, kucing betina, jenia ras campuran, tapi kucingmu ini jenis kucing apa? Besar sekali, padahal masih anakan," tanya Nina memandang Bell heran.

"Entah lah, entah dia kucing jenis apa, dia kucing besar," kata Nina mengenyitkan dahinya.

"Wow! kucing super, siapa namanya?"

"Namanya Bell, ibu ku sering memangilnya Bell, dan kakaknya dirumah lebih besar," kata Melinda sambil meminum teh melati hangat.

"Apa?, yang benar saja! Masa namanya Bell," Nina terkejut, teh yang di mulutnya tiba-tiba keluar dari hidung saking kagetnya.

Saat mereka bercakap-cakap muncul seekor kucing kelabu dengan bulu bersih, dia melihat aneh ke arah Bell yang sedang makan dari tadi.

"Kucing konyol!" Kata kucing kelabu itu pada Bell.

"Kau juga konyol, badan mu kecil" Kata Bell, tubuh Bell tiga kali lipat besar dari tubuh lucing kelabu itu.

"Tentu saja, tubuhku langsing, aku ini kan kucing betina, ukuran tubuhku selalu dijaga. Tidak sepertimu kucing jantah bengkak seperti roti," kata kucing kelabu, "kau kucing jantan yang besar, kau pasti setiap hari minum susu berlemak dan makan keju, siapa nama mu kucing konyol."

"Nama ku Bell."

"Hah! Keju dan mentega! Yang benar saja!" Kata kucing kelabu itu kaget. "Nama ku juga Bell, Snow Bell, ya ampun! Dari mana kau dapat nama itu."

"Ikan kakap yang meberikan nama itu, menurutku nama Bell keren," kata Bell sambil mengunyah potongan kue terakhir.

"Ikan kakap, kau benar-benar... konyol!" Kata Bell si kucing kelabu sambil menghelan nafas.

"Wah jadi ada dua Bell dirumah ku," kata Nina. Mengetahui itu Melinda kaget. "Eh ayo ke kamarku, aku banyak membawa boneka dari kota, tingalkan saja Bell mu disini bersama Bell ku," dan Nina pun masuk kekamarnya bersama Melinda.

"Aku ingin kau menganti nama mu kucing konyol!" Sambil mencoba mencakar Bell, walau tubuh Bell lebih besar, gerakan Bell sangat cepat, jadi mereka saling mengejar, namun Bell kelabu kesulitan mengimbangi kecepatan Bell.

"Aku suka nama Bell," kata Bell meloncat dan berlari. Bell terus berlari dan dia baru sadar kalau merrka sudah berada di halaman rumah. "Banyak buah labu."

"Ikuti aku Bell," kata Bell kelabu, tiba-tiba mereka sudah lagi.

Bell dan Bell bermain, mereka mengejat burung pipit yang muncul bertenger di buah labu, mereka juga bermain menangkap kepik, mengejar belalang, dan memandangi banyak capung di udara.

Setelah lelah berlarian mereka beristirahat dibawah sebuah pohon.

Bell duduk sambil membulatkan tubuhnya, "aku mengantuk," kata Bell kelabu, "anginnya membuat ku mengantuk."

"Kalau begitu tidur lah," kata Bell.

Dua kucing bernama Bell beristirahat dibawah pohon, namun tiba-tiba ada yang melempar mereka dengan beberapa ranting kayu dan ada nyanyian yang membuat Bell kelabu kesal.

Ada kucing,
Dua kucing,
Super gemuk mengantuk,
Mengapa kau mengantuk,
Karena kalian pemalas dan pengantuk,

Kalian menguap sambil terpejam, dan terkantuk-kantuk,
Kucing malas si pengantuk, mungkin sudah tua dan tak bernyali,
Si pengecut konyol, kerjaannya hanya duduk dan berbaring sambil tidur,
Kucing konyol, dua kucing konyol,
Di siang hari bolong ku pergoki mereka bermalas-malasan dan terkantuk-kantuk,

Kucing konyol lululu,
Kucing malas lalala,
Dua kucing konyol dan malas tralala trululu.

"Lagu apa itu? Norak amat," kata Bell sambil menyipitkan mata dan mengembungkan pipi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro