Chapter 21: Burung Gagak - Huan Cacarot

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aduh mana bisa lewat kalau begini," kata Melinda duduk beralaskan rumput sambil memeluk Bell. Jalan ke pasar terhalang longsoran tanah dan pohon, mereka berempat tidak bisa lewat.

"Bagaimana ini kak?" Tanya adik kucing Bell cemas.

Sea terlihat berdiri dilongsoran tanah yang menghalangi jalan. "Mungkin ada jalan lain, kita berjalan sudah sejauh ini," kata Sea.

Seekor gagak telihat di atas pohon yang roboh, dan ikut menutupi longsoran tanah yang menghalangi jalan.

Di sana banyak penipu,
Tapi banyak juga yang jujur,
Banyak wanita berteriak-teriak,
Juga banyak pria bermanis mulut,
Yang untung banyak akan lekas pergi,
Yang belum untung belum mau pergi,
Tempat apakah itu?.

Itu adalah teka-teki yang yang disebutkan oleh seekor gagak, dia terlihat bertenger di dipohon tumbang didepan Sea. Nama burung gagak itu adalah Huan Cacarot si ahli teka-teki.

"Jawabanya... tentu saja pasar," kata Bell.

"Benar tuan kucing," kata Huan. "Apa kalian ingin kepasar?"

"Iya," kata Bell. "Maaf apa ada jalan lain?"

"Tentu saja ada," kata Huan, " kulihan kalian tadi bermain,  permainan cubit pipi ya? Bagaimana kalau kita juga bermain. Kalian dan aku akan bergantian menanyakan pertanyaan bersifat teka-teki, bila aku tidak bisa menjawab, aku beri tahu jalan lain kepasar, bila kalian yang tidak bisa menjawab, maka aku akan pergi."

"Mengapa seperti itu? kami perlu pertolonganmu, dasar burung gagak banyak tingkah!" kata Sea marah.

"Aku tahu, dan aku tidak suka banyak tingkah. Lihat disini ada... Hmmm, dua kucing kecil, satu manusia tapi entah apa dapat masuk hitungan, dan ada satu kerbau. Kalian semua akan melawanku, jadi kurasa kalian harus mau," kata Huan. "Lagi pula ini  satu lawan tiga. Jangan bilang kalian malu-malu, atau tidak mau."

"Kami tidak ahli teka-teki," kata Sea.

"Biat Sea, kita ikuti saja petmainanya. Bila kita kalah, ya sudah lah," balas Bull. " kita tidak punya pilihan."

Mereka pun sepakat, teka-teki akan diajukan bergantian.

Huan lebih dulu,

Huan :
Suka bersebunyi,
Mengisi dan membuat lubang sedikit-sedikit,
Dimanapun bersembunyi,
Kepalanya selalu saja terlihat.

"Itu paku," kata Bell senang.

"Benar tuan kucing kecil," kata Huan. "Giliran kaian. Siapa saja boleh, tapi hanya satu teka-teki."

Bull mengajukan teka-teki:
Ada sebuah pagat (pagar),
Jumlahnya tiga puluh dua ,
Walau pagat aku betada didalam getabang, (Walau pagar aku berada di dalam gerbang)
Getbang bisa menutup dan bisa membuka.

Huan tersenyum lebar. "Sayang aku tidak punya, tapi itu mudah, jawabanya pasti gigi," kata Huan dan Bull cemberut. Sekarang giliran Huan.

Huan:
Bertubuh dari besi,
Sering diletakan didalam kotak,
Namun juga sering berkarat,
Keluar masuk kedalam kain,
Bermata satu,
Berekor runcing.

"Bermata satu berekor runcing, aku tahu, aku tahu," kata Bell sambil tersenyum. "Jawabanya, tentu saja jarum."

Giliran Sea:
Tidak bersayap tapi bisa terbang,
Tidak memiliki air mata tapi bisa menangis,
Tidak bermulut tapi bisa bersuara,
Tidak berbahasa tapi bisa bergumam.

Huan merentangkan sayapnya dan melayang sedikit. "Mudah, jawabanya pasti angin," kata Huan tersenyum. "Giliran ku, bersiap-siap lah."

Huan:
Jumlahnya tidak sampai tiga belas,
Butuh tiga jarum yang ukurannya tidak sama,
Sering dilihat,
Dan sering ditulis, juga dibicarakan.

Sea dan Bull saling melihat bingung, "jawabanya, tentu saja jam," kata Bell.

"Wah tuan kucing kecil lagi," kata Huan senang. Bell memang hebat.

Giliran Sea :
Bisa dilihat tidak bisa disentuh,
Tidak bisa didengar, tidak bisa di cium,
Selalu setia tapi hanya mengikuti di belakang,
Lenyap di kegelapan dan hadir saat ada cahaya.

Huan lagi-lagi tersenyum seakan dia sudah menyiapakan jawabanya dari tadi, dan dengan cepat Huan berkata, "jawabnya, pasti bayangan."

Giliran Huan :
Kebanyakan wanita tidak mau membicarakanya,
Tapi anak kecil suka membicarkanya,
Dia terus naik,
Tapi menolak untuk turun.

Sea dan Bull melihat kearah Bell. "Jawabannya, tentu saja umur," kata Bell.

Giliran Bull :
Suka mengelinding,
Memilik enam muka,
Tapi punya dua puluh satu mata.

" 6 muka dan 21 mata, mudah sekali, itu kan dadu," kata Huan sambil tertawa.

Giliran Huan:
Sendiri tidak bernilai,
Di letakan di depan menggurangi nilai,
Di letakan di belakang menjadi banyak,
Di letakan di belakang menjadi kuat.

Sea dan Bull nampak berpikir keras, tapi punya bayangan sedikit pun tentang jawaban teka-teki Huan kali ini.

"Jawabanya tentu saja... Itukan angka 0," jawab Bell.

"Sekarang giliran mu Bell," kata Sea, "ajukan teka-teki yang sulit untuk si gagak."

Giliran Bell :
kadang diingat bila dibutuhkan,
Kadang dicari bila diperlukan,
Kadang dilupakan,
Kadang dibuang dan dicampakan,
Namun kehadiranya membuat senang,
Namun juga kadang dirindukan,
Namun mudah memberi bantuan,
Tapi mudah memaafkan.

"Otak ku lelah melawan kalian," kata Huan menunduk dengan agak malu. "Kita ke pasar saja ya, akanku tunjukan jalannya, di dalam hutan, menanjak sedikit namun jalanya rata."

Sea mengikuti Huan, Bell juga mengikutinya, Bull pun ikut berjalan, melihat para binatang kesayanganya mulai mengikuti burung gagak masuk ke hutan, Melinda segera mengerti bahwa burung itu sedang menuntun jalan mereka.

Sea, Bell, Melinda, dan Bull kini berjalan kedalam hutan, mereka melewati jalan menanjak berbatu, tapi jalan itu rata. Tidak lama terlihat dari kejauhan pasar di depan mereka, mereka sangat senang.

Sementara itu, jawaban teka-teki si adik kucing Bell adalah teman.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro