Dia pergi?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah acara kencan, Devan tak berhenti tersenyum. Attariq, Aidan, serta Rajidan menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kesambet setan bahagia dimana dia?" tanya Aidan pada kedua temannya.

"Astagfirullah, tak baik seperti itu teman. Biarkanlah teman mu itu berbahagia. Karena, kalau dia sedih kita yang kena amukannya." Ucap Rajidan yang masih di dengar oleh Devan.

"Temen kamu itu kan, rada sensitip kea jerawat." Bisik Rajidan pada kedua temannya. Dan mereka bertiga malah tertawa garing.

Devan malas sekali menanggapi kedua temannya itu, karena hanya akan merusak mood baiknya.

"Berisik kalian, dasar makhluk Tuhan!" Ucap Devan singkat. Setelah itu, dia masih tersenyum manis seperti sebelumnya.

"Temen lu diapain Beryl sih?" tanya Attariq heran. Dan kedua temannya itu hanya menggelengkan kepala tampan mereka.

"Gatau tuh, keanya pas lagi ngedate kesambet kuntilanak bahagia. Makanya kaya gitu." ucap Aidan asal. Tapi, Attariq malah menyeriuskan perkataannya.

"Sumpah lu?" tanya Attariq agak horror.

"Ya enggak lah, dasar Attariq pinter," ucap Rajidan kesal, dan Attariq hanya cengengesan mengetahui bahwa dia salah.

***

Mereka pada akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah Devan. Alasannya, karena mager mau pulang. Sudah malam pula.

Aidan saat ini tengah menelpon bundanya untuk minta izin bahwa dia tidak tidur di rumah.

"Halo bunda, Aidan tidur rumah Devan ya, ini rame - rame kok.."

"Ya, jangan nakal - nakal ya, Dan. Kalo Attariq usil, pukulin aja Dan."

"Kasian lah Bun, di pukul mulu."

"Gapapa Dan, biar bandelnya ilang dikit. Pusing pala peri ngeliat dia bandelnya ga nahan."

"Idih, emang Bunda peri? Pake manggil- manggil diri sendiri peri."

"Oh ya jelas, bunda kan Bunda Peri."

"Ya bun, terserah aja. Aidan bahagia kalo bunda bahagia."

Mengetahui Aidan sedang asyik - asyiknya menelpon bunda, ketiga temannya malah merencanakan sesuatu.

"Dan, matiin dulu rokoknya."
"Dan, kasian nih, dia nunggu lama loh."
"Dan, pake kolor yang bener, masa mereng sebelah."
"Dan rokoknya ngeganggu nih. Matiin dulu."

Attariq, Devan, serta Rajidan sibuk berteriak hal yang tak senonoh. Dan Bunda Athena mendengar itu semua.

"Aidan, kamu ngapain?!"

"Aidan ga ngapa - ngapain Bun, iseng aja mereka."

"Kamu ga coba nakal kan, Dan?"

"Engga Bunda cantik, suer deh."

"Itu siapa yang nunggu kamu buat tidur?"

"Ga ada bunda sayang, mereka iseng."

"AIDAN PULANG SEKARANG, BUNDA GA MAU TAU."

"Bunda, ini dah malem. Nanti kalo Aidan di culik om om pedo gimana? Nanti kalo Aidan ga pulang, malah di ajakin ke tempat gelap gimana? Bunda mau anak bunda yang tampan ini ilang? Nanti siapa yang bunda ajakin berantem kalo engga Aidan?"

"Yaudah, jam 7 harus nyampe rumah bunda ga mau tau! Lagi pula, mana ada om - om yang mau sama kamu. Kamu kan laki!"

"Yakan, kali aja."

"Udah ah."

'Tut..tut..tut..'

***
Setelah acara telpon menelpon, Aidan menatap ketiga temannya dengan tatapan horror.

"KALIAN NI YA, KENA MARAH AIDAN." Teriak Aidan kesal dan ketiga temannya hanya menatapnya dengan tatapan polos.

"Biar kaya anak jaman Dan, kalo temennya nelpon digituin." Ucap Devan dengan cengiran khasnya.

"Basi ah."

***

Aidan masih marah dengan ketiga temannya. Dan dia memutuskan untuk tidur duluan, meninggalkan ketiga temannya itu.

"Ya Allah Aidan, jangan ngambek dong. Sesungguhnya kalau kamu memutuskan talisilaturahmi pada teman - teman mu, niscaya..."

Belum sempat Rajidan menyelesaikan ceramahnya, Aidan malah menyelanya tiba-tiba.

"Berisik bego, diem dah." Ucapnya kesal dan langsung menyelemuti dirinya dengan selimut yang tersedia.

Semua hanya menghela napas berat. Jika Aidan sedang marah, maka mereka wajib untuk diam. Dan mereka semua memutuskan untuk tidur. Mengikuti jejak Aidan, yang sudah dulu sampai pada pulau ciptaannya.

***

Paginya, mereka semua dibangunkan oleh teriakan unmanusiawi dari seorang pria, yang kerap di sapa Devan ini.

"BANGUN WOI BANGUN, TIDUR MULU, MIMPI JOROK YA? ASTAGFIRULLAH, TERNODAI ABANG." Teriakan pemuda bermata elang ini, yang langsung merusak pagi ketiga temannya yang indah ini.

"Berisik." Ucap Aidan kesal dan mulai bangun dari tidurnya.

"Dikit lagi Asta nyium gua, padahal." Ucap Attariq kesal. Dan ketiga temannya ini hanya menggelengkan kepala mereka, lelah.

"Move on mas, dia aja dah punya yang laen." Ucap Aidan keki.

"Sebelum janur kunging melengkung, haram hukumnya untuk menyerah." Ucap Attariq angkuh. Dan itu membuat teman - temannya geli sendiri.

"Terserah orang yang belum move on deh!" Ucap Aidan yang di tatap lelah oleh Attariq.

"Ngalah dah, sama yang kemaren putus." Ucapan Attariq sangat menyebalkan menurut Aidan.

Devan dan Rajidan hanya terkekeh mendengar kedua teman mereka saling menyindir kisah cinta masing - masing.

"Ini lagi tawa-tawa. Gua doain putus nih." Aidan yang terlanjur kesal malah berucap asal. Dan di tatap tajam oleh Devan dan Rajidan.

"Apa?" tanya Aidan dan langsung melarikan diri menuju kamar mandi.

Mereka hari ini berencana untuk pergi kesekolah, yang sedang mengadakan acara pentas seni untuk perpisahan anak kelas 12 dan juga pertunjukkan anak kelas 10.

Seharusnya, mereka ikut tampil dalam acara tersebut. Tapi berkat Aidan, mereka pun bebas tugas.

Mereka berganti - gantian untuk mandi dan bersiap - siap menuju sekolah yang baru mereka tempati sekitar 11 bulan.

"DEVAN BAGI GEL RAMBUT DONGGG" teriak Aidan heboh. Devan yang tengah mandi pun terganggu.

"Itu di meja deket kaca kan ada." Teriaknya kesal. Ritualnya menjadi terganggu akibat teriakan Aidan.

Setelah sekitar 1 jam untuk mereka berempat bersiap - siap. Akhirnya mereka memutuskan untuk langsung pergi tanpa sarapan.

Dan Devan, masih dengan senyuman manis penuh rasa.

Membuat teman - temannya makin mual, melihat senyuman manisnya tersebut.

***

Sesampainya di sana, bukannya berpamitan, Devan langsung tancap gas untuk pergi mencari pacarnya, Beryl.

"Kebiasaan. Langsung nyelonong aja." Maki Aidan sebal. Rajidan hanya menepuk - nepuk bahunya supaya sabar.

"Ayo, ke aula. Ada yang harus berpidato singkat." Ajak Rajidan yang membuat Aidan teringat sesuatu.

"MAMPUS! NASKAHNYA BELUM GUA BUAT." Teriak Aidan yang mampu membuat semua orang menatap kearahnya.

Rajidan menatapnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

"He he he. Ba, lu aja ya. Gua lupa, bukan mau melalaikan tugas." Ucap Aidan yang membuat Rajidan menghela napas beratnya.

"Masyallah, cobaan berat apa ini Tuhan? Baru aja pengen dua - duaan." Gumam Rajidan yang mampu di dengar kedua temannya itu.

"Emang kalo pacaran itu banyak cobaannya. Putus aja makanya." Ucap Attariq yang langsung meninggalkan Aidan dan Rajidan.

***

Devan berlari kesana-kemari, mencari keberadaan Beryl.

Pada akhirnya, dia melihat Beryl yang sedang berada di dekat danau belakang sekolah. Sedang duduk memikirkan sesuatu.

Tanpa pikir panjang, Devan menghampirinya dengan senyum sarat akan kehangatan.

"Beryl.." panggil Devan. Beryl, yang merasa di panggil pun langsung menoleh kearahnya.

"Devan?" Beryl terkejut melihat Devan berada didepannya.

"Kenapa? Kamu ga suka?" tanyaDevan sambil cemberut. Dan Beryl hanya tersenyum kecut.

Devan langsung duduk di samping Beryl dan menatap wajah Beryl dalam.

"Kenapa?" tanya Devan lembut. Dan Beryl hanya tesenyum tipis menanggapinya.

Suasana menjadi hening dan canggung. Devan tak berani membuka pembicaraan karena sikap Beryl berubah menjadi aneh.

Seperti bukan Berylnya.

"Pacaran tuh, berdasarkan kejujuran. Kalo ada apa - apa, utarakan. Jangan di simpan sendiri. Kadang, brangkas aja membutuhkan brangkas baru, buat ngebantu dia menyimpan harta lainnya." Ucap Devan sambil menatap ke arah danau di depan.

Beryl hanya menatapnya sekilas dan kembali menunduk.

"Suatu hubungan itu, didasarkan oleh sebuah kepercayaan yang..." belum sempat Devan melanjutkan kata - katanya, Beryl menatapnya dan menyela perkataannya.

"Dev, putus yuk?" tanya Beryl yang membuat Devan terdiam seribu kata.

"Kamu berubah, kamu bukan Devan yang aku tau. Kamu egois. Dan kamu selalu berfikir kalo kamu yang paling tersakiti dihubungan ini. Kalo gitu, ayo putus." Ucapan Beryl barusan, masih saja di cerna oleh Devan baik - baik.

"Maksud kamu?" tanya Devan bingung dan tak tau mengapa Beryl bersikap seperti itu tiba-tiba.

"Iya, kita putus. Aku pengen kita putus." Beryl menujukkan sisi menyebalkannya dihadapan Devan.



"Kamu diam berarti iya. Haha, sekarang kamu jadi mantan aku." Ucap Beryl sambil terkekeh. Dia langsung melangkah pergi, menjauhi Devan yang masih terpaku.

Setelah tersadar, Devan langsung menatap langkah Beryl yang terkesan lemah namun cepat itu.

"Ryl, gua ga mau putus.."
"Ryl, please, gua bakal berubah.."
"Ryl, please jangan giniin gua.."

Teriakan Devan tak berarti apa - apa bagi Beryl. Dengan cepat, Devan berlari menyusul Beryl yang sudah sedikit jauh darinya.

"Berylia Queenzy, tunggu gua!"

'Brukk'




***

Dabel apdet di malam hari ini~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro